Manajemen Sumber Daya Air: Apakah Indonesia Bisa Tiru Armenia dan Singapura?

Zoen Yokhanan Sianipar
Mahasiswa program studi Teknologi Sains Data angkatan 2022 Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
28 November 2023 9:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zoen Yokhanan Sianipar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keran air. Foto: VladKK/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keran air. Foto: VladKK/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Air adalah sumber daya alam yang krusial untuk kehidupan sehari-hari di berbagai sektor. Meskipun bersifat tidak hidup (abiotik), sumber daya air dapat diperbaharui. Pentingnya manajemen profesional dari mata air hingga distribusi bertujuan untuk melindungi sumber daya air.
ADVERTISEMENT
Namun, pandangan masyarakat yang menganggap sumber daya air tak terbatas telah mengurangi kesadaran akan potensi kelangkaannya. Hal ini terlihat dalam penggunaan air yang tidak efisien, disertai dengan kurangnya hukum atau regulasi yang tegas terkait pencemaran air.
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk menangani masalah tersebut, dampaknya masih belum terlihat secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Indonesia, sebagai negara yang masih berkembang, masih menerapkan pendekatan konvensional dalam manajemen sumber daya air, seperti menggunakan bendungan dan sistem irigasi yang belum terintegrasi dengan teknologi masa kini.
Berdasarkan laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2020, sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Sumatera Selatan, NTB, Sulawesi Selatan, Jawa, dan Bali, diperkirakan akan mengalami status langka hingga kritis karena proporsi luas wilayah diprediksi akan meningkat dari 6 persen pada tahun 2000 menjadi 9,6 persen pada tahun 2045.
ADVERTISEMENT
Meskipun telah dilakukan berbagai langkah, seperti pembuatan embung dan sumur resapan, pertanyaannya adalah sampai kapan kita dapat terus menampung, terutama di tengah krisis iklim dengan pola hujan yang tidak menentu. Kita tidak memungkinkan hanya mengandalkan air hujan saja.
Negara yang luas seperti Indonesia, diperlukan suatu sistem akuntansi air yang lebih mudah diakses oleh masyarakat agar mereka lebih mengetahui dan sadar terhadap pengelolaan air. Contohnya dapat dilihat dari negara Armenia di Eropa, yang telah meluncurkan program 'Water Account' pada tahun 2018, sebuah sistem yang menyediakan data komprehensif mengenai sejauh mana penggunaan sumber daya air yang ada.
Awalnya, data berasal dari hasil registrasi administrasi badan hukum dengan izin penggunaan air. Informasi tentang asupan air, penggunaan air, dan drainase diserahkan kepada Komite Statistik. Hal ini cukup sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia. Data yang dikumpulkan dari tahun 2012-2015 digunakan sebagai indikator makro untuk sumber daya air tawar dan asupan air tahunan. Data ini dianalisis secara statistika, melibatkan pengumpulan, pemeriksaan, dan perbandingan data, serta penyebaran informasi elektronik.
ADVERTISEMENT
Parameter yang dianalisis melibatkan konsumsi air, konsumsi air per PDB, konsumsi air per output produk, penggunaan air, penggunaan air per PDB, penggunaan air yang dibebankan pada output produk, serta porsi konsumsi air dan kerugian selama transportasi dalam total penggunaan air. Dengan data tersebut, Armenia berhasil menurunkan penggunaan air pada tahun 2020. Armenia juga dikenal dengan akses air gratis di salah satu kotanya, dengan praktik daur ulang air yang berkelanjutan.
Data yang telah terkumpul dapat dianalisis lebih lanjut, seperti yang dilakukan di Singapura dengan konsep data science pada proses daur ulang airnya.
Agensi di sana, seperti PUB (Badan Air Nasional Singapura), menggunakan model yang dibuat oleh insinyur PUB dan ilmuwan data GovTech untuk mengelola sumber daya air secara efektif. Setiap hari, operator agensi tersebut harus mengalokasikan sumber daya air dengan seksama untuk memenuhi permintaan di seluruh pulau.
ADVERTISEMENT
Dengan model ini, waktu perencanaan berhasil dikurangi dari dua jam menjadi lima belas menit. GovTech dan PUB menggunakan teknik ilmu data, khususnya pemrograman linier, untuk menyederhanakan parameter dan mengoptimalkan alokasi sumber daya air, termasuk sumber air dan pipa yang terhubung.
Ilustrasi Linear Programming Sederhana. Foto: Shutterstock
Adanya program manajemen sumber daya air ini sangat penting dan berfungsi untuk mengidentifikasi beban lingkungan dan mengendalikan kebijakan yang relevan. Untuk mencapai hal ini, data harus diintegrasikan, dianalisis, dan diubah menjadi informasi yang berguna bagi pengambil kebijakan, masyarakat, administrator, dan peneliti. pemerintah dan korporasi dari beberapa stakeholder sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sumber daya air, agar keberadaannya tetap terjaga serta sesuai dengan prinsip sustainable.
Menyadari bahwa Indonesia merupakan negara besar, tantangannya menjadi sangat nyata. Armenia dan Singapura, sebagai negara kecil, tidak menghadapi tantangan sebesar ini. Oleh karena itu, pendekatan ini dapat diimplementasikan pada skala yang lebih kecil, seperti desa, kecamatan, atau lingkup lingkungan tertentu.
ADVERTISEMENT
Meskipun BPS memiliki peran dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa data yang telah diproses tidak selalu mencapai masyarakat. Oleh karena itu, peran sumber daya manusia harus diperhatikan kembali untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya informasi statistik dari penggunaan sumber daya air.