Gula, Si Manis yang Harus Diwaspadai

Zikra Mulia Irawati
Mahasiswi Jurnalistik dan editor di pers mahasiswa GEMA Politeknik Negeri Jakarta.
Konten dari Pengguna
7 Juni 2021 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zikra Mulia Irawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi makanan manis. Sumber: Unsplash/Micheile Henderson
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makanan manis. Sumber: Unsplash/Micheile Henderson
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang tidak suka gula? Bahan makanan dengan rasa manis ini digemari masyarakat dari berbagai kalangan usia. Oleh karena itu, tak heran jika hidangan manis seperti boba, es kopi, hingga dessert box menyabet titel makanan dan minuman kekinian karena laku keras.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman theconversation.com, Steffi Sonia, Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran FKUI-RSCM Jakarta, menyebut rasa manis itu seperti candu. Gula mampu memberikan perasaan bahagia dan mengusir stres. Hal ini dibuktikan dengan rasa manis yang kerap dikaitkan dengan kebahagiaan karena cinta pada berbagai karya, khususnya musik.
Namun, beberapa dari kita mungkin pernah dilarang untuk makan permen terlalu banyak saat masih kecil. Alasan paling umum karena gigi bisa rusak. Lantas, bahaya apa lagi yang sebenarnya mengintai di balik rasa manis ini?

Gula yang diam-diam membunuh

Konsumsi gula yang berlebihan ternyata dapat berbuah petaka. Masalahnya pun tak hanya sesederhana gigi rusak. Ada risiko kenaikan berat badan, diabetes, penyakit jantung, gangguan fungsi otak, hingga gagal ginjal menanti.
ADVERTISEMENT
Salah satu penyakit yang telah disebutkan di atas, diabetes, bahkan dijuluki silent killer. Penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Namun, penderitanya bisa saja mengalami komplikasi saat memeriksakan diri ke rumah sakit. Terlebih, penyakit ini juga dapat diturunkan melalui genetik.
Menimbang risiko di atas, kita tak harus serta-merta berhenti mengonsumsi gula. Hal yang harus kita lakukan adalah berhati-hati. Simak caranya di bawah ini.

Mulai kontrol konsumsi gula

Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, konsumsi gula per hari sebaiknya 10% dari total energi (200 kkal) atau setara dengan 4 sendok makan (50 gram). Saat membeli makanan dan minuman kemasan, perhatikan kadar gula pada bagian informasi nilai gizi. Jangan lupa juga untuk mempertimbangkan kadar gula dalam makanan pokok kita.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ganti asupan gula dengan rasa manis alami buah-buahan. Tak hanya manis, buah juga mengandung serat dan vitamin yang baik untuk kesehatan. Sebagai variasi, buah dapat dijadikan berbagai olahan seperti jus dan salad. Namun, pastikan untuk tidak menambahkan gula lagi ke dalamnya.
Terakhir dan yang terpenting, selalu imbangi dengan olahraga. Gula merupakan salah satu sumber energi. Jika kita membakarnya dengan berolahraga, gula tidak akan menumpuk dan membawa penyakit bagi tubuh.
Jadi, sudahkah kamu mempertimbangkan untuk mulai mengontrol konsumsi gulamu? Awalnya memang terasa berat. Namun, hal ini adalah investasi kesehatan jangka panjang. Jika kita waspada sejak dini, tubuh tentu akan sehat lebih lama.
Zikra Mulia Irawati
Politeknik Negeri Jakarta