Schneider Electric Pimpin Transformasi Menuju Green Data Center di Indonesia

zeligarrafii
Mahasiswa Universitas Airlangga, Teknik Elektro
Konten dari Pengguna
12 Desember 2023 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari zeligarrafii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Schneider Electric merupakan perusahaan dibidang keberlanjutan dan efesiensi energi terbarukan. Foto : Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Schneider Electric merupakan perusahaan dibidang keberlanjutan dan efesiensi energi terbarukan. Foto : Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Schneider Electric kembali dipercaya menjadi mitra digital bagi pelaku data center di Indonesia untuk bertransformasi menuju green data center.
ADVERTISEMENT
Kali ini, Schneider Electric ditunjuk oleh PT Dunia Virtual Online untuk mendukung pembangunan infrastruktur data center-nya yang baru yang diberi nama AREA31 berlokasi di Cimanggis, Jawa Barat.
Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di wilayah Asia Tenggara. Menurut Badan Koordinasi Nasional untuk Survei dan Pemetaan Indonesia, jumlah total pulau di kepulauan ini adalah 13.466, di mana 922 di antaranya secara permanen dihuni. Negara ini memiliki luas total 1.904.569 km2, dari 60°N hingga 11°S dan dari 95°E hingga 141°E. Garis khatulistiwa melintasi Indonesia, memberikan sinar matahari yang cukup untuk pengembangan dan eksploitasi pembangkit listrik tenaga surya.
Terutama Indonesia berada di tepi lempeng tektonik Pasifik, Eurasia, dan Australia, sehingga terdapat 127 gunung berapi aktif (pada tahun 2012). Negara ini juga sering mengalami gempa bumi setiap tahun.Indonesia memiliki 2 musim: musim kemarau dan musim hujan, dengan suhu rata-rata 28°C di dataran pantai dan 23°C di daerah pegunungan yang lebih tinggi. Suhu relatif konstan sepanjang musim dan juga panjang jam siang. Jumlah hujan adalah 238,35 mm/bulan (World Bank, 2017). Hal ini menawarkan alternatif menarik bagi investor karena Indonesia sendiri memiliki musim panas yang panjang dan paparan sinar matahari yang lebih stabil, sehingga cocok untuk membangun green data center.
ADVERTISEMENT
Gambaran Umum Teknik Green Data Center. Foto : Research Gate
Dipicu oleh konsumsi energi yang tinggi dan penggunaan data center yang rendah, banyak upaya penelitian dalam beberapa tahun terakhir telah difokuskan pada desain infrastruktur dan layanan pusat data yang ramah lingkungan. Secara umum, pendekatan ini dapat dikategorikan menjadi dua kelas utama: 1) yang mengadopsi teknologi "hijau" pada fase desain awal dan pembangunan pusat data, dan 2) yang meningkatkan efisiensi pengeluaran harian selama operasi pusat data.
Berbagai studi tentang pembangunan green data center juga telah dilakukan yang telah mengeksplorasi mekanisme penyesuaian kecepatan dan daya untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi penghematan energi. Dalam pengaturan penyesuaian kecepatan standar, terdapat kecenderungan untuk menggunakan tingkat kecepatan rendah, dengan mempertimbangkan batasan waktu yang ditentukan. Sebaliknya, dalam kombinasi dengan pendekatan daya mati, dapat bermanfaat untuk mempercepat pemrosesan tugas untuk menghasilkan interval idle di mana perangkat dapat beralih ke mode hemat daya. Mereka menggabungkan mekanisme penyesuaian kecepatan dan daya mati untuk menentukan jalur dan jadwal routing serta tingkat transmisi untuk setiap aliran.
Ilustrasi Green Data Center. Foto : Shutterstock
Membangun pusat data hijau menimbulkan tantangan yang kompleks yang melampaui model ideal daya. Penelitian masa depan perlu mempertimbangkan skenario dunia nyata, mengakui faktor-faktor seperti overhead yang timbul selama perpindahan kecepatan dan dampaknya pada keandalan prosesor. Pendekatan tradisional terhadap penjadwalan paralel, di mana jumlah server tetap ditentukan sebelumnya, bertentangan dengan sifat dinamis pusat data di mana server dapat diaktifkan atau dilepaskan sesuai permintaan. Hal ini menimbulkan tantangan terkait dengan skalabilitas, ketidakpastian, dan efisiensi. Selain itu, laten dan konsumsi daya yang terkait dengan restart server atau switch tidak bisa diabaikan, terutama di tingkat jaringan di mana kehilangan data dapat terjadi.
ADVERTISEMENT
Mengelola konsumsi energi secara efisien di jaringan pusat data tetap menjadi perhatian besar, memerlukan eksplorasi topologi yang terstruktur dengan baik. Pergeseran menuju arsitektur pemrosesor heterogen juga merupakan pertimbangan lain, karena pemrosesor khusus yang disesuaikan untuk tugas tertentu dapat meningkatkan efisiensi energi. Meskipun dihadapkan dengan tantangan ini, Indonesia akan tetap menekankan kebutuhan terus-menerus akan solusi inovatif dalam mencapai pusat data hijau.