Dampak Covid-19 terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Yusrih Amalia
Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
29 September 2021 10:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusrih Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi UMKM /Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi UMKM /Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan penyebaran virus ini.
Dengan adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut, tentunya juga berdampak pada para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Seperti yang kita ketahui bahwa bisnis UMKM menjadi salah satu sektor yang paling merasakan dampak wabah Virus Corona. Berdasarkan info dari Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) (Kompas, 27 Maret 2020), setidaknya terdapat 949 laporan dari pelaku koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terkena dampak wabah virus Corona (Covid-19).
Dengan keadaan yang terus berlanjut seperti ini selama beberapa bulan belakangan ini banyak pengusaha UMKM yang gulung tikar karena sepinya pembeli. Rata-rata pengusaha UMKM yang mengalami kebangkrutan adalah mereka yang tidak memanfaatkan teknologi digital.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu di zaman yang serba canggih seperti saat ini UMKM perlu menyesuaikan proses bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi karena dengan digitalisasi akan mempermudah UMKM untuk terus tumbuh.
Menurut Wilson Andrew selaku Sr Manager External Affairs PT Shipper Indonesia ekosistem digital dan pertumbuhan e-commerce di Indonesia belakangan ini telah menciptakan demand yang sangat besar bagi industri logistik. Dimana diketahui dari produk-produk yang dihantarkan oleh perusahaan logistik ini banyak yang berasal dari UMKM. Oleh sebab itu akan sangat disayangkan jika para produsen tidak memanfaatkan teknologi digital dalam rantai bisnisnya.
Menurutnya biaya logistik di Indonesia rata-rata mencapai 24 persen PDB dan merupakan yang tertinggi di ASEAN. Sementara itu di beberapa negara sahabat biaya logistik hanya sekitar 8 persen PDB.
ADVERTISEMENT
"Logistik itu yang menghambat industri kita dan bikin kita kalah daya saingnya. Logistik menjadi tantangan terbesar bagi pelaku usaha terutama UMKM yang mau kirim barangnya ke luar negeri tapi begitu ngurus logistiknya mahal dan ribet," kata Wilson.
Wilson menambahkan saat ini pihaknya telah mengoperasikan 222 gudang yang tersebar di 35 kota di Indonesia. Pihaknya komitmen untuk memberikan layanan one stop solution kepada kliennya sehingga tercipta kecepatan dan kemudahan dalam pengurusan logistik.