Sempat Tak Sempat, Yuk Mampir ke Parapat!

Yunita Purwaningyas
Working Mom in Foreign Affairs. Member of Sesdilu Man74b. into traditional dances.
Konten dari Pengguna
19 Juni 2023 20:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yunita Purwaningyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Patung Selamat Datang khas Simalungun yang terletak di RTP Pantai Terbuka Parapat (Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Selamat Datang khas Simalungun yang terletak di RTP Pantai Terbuka Parapat (Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Parapat atau Prapat, kota kecil nan indah di tepi Danau Toba yang sempat saya dan rekan Sesdilu 74 kunjungi selama berada di Sumatera Utara sepekan lamanya. Menangkap berbagai keindahannya dari berbagai sudut kota, memang pantaslah kota ini jadi destinasi wisata populer di kalangan turis mancanegara pada era 90-an.
ADVERTISEMENT

Mau tahu hal menarik tentang Parapat? Check it out.

Jejak Tokoh Nasional Ada Di Parapat

Bagi pemerhati sejarah kemerdekaan spot ini pasti menarik untuk dikunjungi, Peranggrahan Soekarno di Parapat. Sebuah rumah yang kental dengan aksen eropa, berada di puncak kota dan bertatapan langsung dengan birunya air di Danau Toba. Di tempat ini, Presiden Soekarno bersama Sultan Sjahrir dan Agus Salim diasingkan untuk memutus komunikasi mereka dengan para gerilyawan kemerdekaan.
Rumah Pesangrahan Soekarno di Parapat. Bangunan khas Eropa yang menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia (Dok. Pribadi)
Tak putus akal, Bapak Proklamator tetap bisa berkirim lewat surat dengan para gerilyawan Indonesia melalui Opung Tindaon dan Buka Sinaga, keduanya adalah asisten rumah tangga di rumah pengasingan tersebut.
Salah satu pojok diskusi di Rumah Pesangrahan Parapat. Tempat lahirnya berbagai ide dan strategi dari ketiga tokoh nasional (Dok. Pribadi)
Soekarno meminta untuk dibawakan paha ayam dan sayur kangkung sebagai menu makanan favoritnya, setelah selesai makan, tulang paha ayam dibersihkan dan diselipkan surat di bagian dalamnya. Sisa tulang ayam dan sampah batang sayur kangkung tersebut kemudian diteruskan oleh Opung Tindaon dan Buka Sinaga kepada gerilyawan Indonesia, untuk mengepung Parapat dan membebaskan mereka dari tahanan politik Belanda.
Pemandangan dari Balkon Rumah Pesangrahan yang disambut dengan pesona Danau Toba (Dok. Pribadi)

Pantai Bebas Parapat

ADVERTISEMENT
Melihat lebih dekat ke tepi danau, saya takjub dengan pasir putih yang biasanya saya temui di pantai tepi laut. Kali ini berbeda, pasir putih dengan hamparan airnya yang hijau kebiruan saya nikmati dari Pantai Bebas Parapat. Unik banget!
Pose menggemaskan di tepi Danau Toba yang berpasir putih (Dok. Pribadi_Astari)
Kementerian PUPR telah menata kembali pantai ini dengan membuat Ruang Terbuka Publik (RTP) yang dilengkapi dengan wahana bermain dan olahraga terbuka, serta spot selfie dengan backdrop Danau Toba yang magis dan mempesona.
Danau Toba dilihat dari anjungan Pantai Bebas Parapat (Dok. Pribadi)

Jalur Penghubung Utama Ke Samosir

Kalau mau ke Pulau Samosir dengan sensasi menyebrangi Danau Toba, sudah pasti akan melewati Parapat. Kota ini menjadi titik utama penghubung untuk kapal feri menyebrang ke Samosir. Selain feri, ada juga opsi penyeberangan penumpang dengan Kapal Kayu dari Pelabuhan Tigaraja Parapat. Menurut saya, menyebrang dengan Kapal Kayu lebih fun dan menantang.
Kenzo, Kapal Kayu yang mengantarkan saya bertemu dengan Sigale gale di Pulau Samosir (Dok. Pribadi)
Perjalanan dari Parapat menuju Samosir dengan Kapal Kayu ditempuh selama 30 – 45 menit sekali jalan, sedangkan dengan feri bisa memakan waktu hingga 2 jam/perjalanan. Deburan ombak di tengah danau menambah sensasi yang tidak boleh dilewatkan. Perjalanan pulang kami dari Samosir kembali ke Parapat ditemani oleh cantiknya sunset jingga di ufuk barat Danau Toba.
Pose dulu sama sunset cantik di tengah Danau Toba (Dok. Pribadi)
Parapat sarat dengan cerita, legenda dan kecantikan alam yang luar biasa. Paket lengkap ini menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan. Ditambah lagi, setelah mendarat di Bandar Udara Internasional Silangit, menuju Parapat dapat ditempuh dengan bus umum atau kendaraan pribadi selama kurang lebih 2 jam, melintasi Jalan Raya Lintas Sumatra bagian barat yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Padang.
ADVERTISEMENT
Bagi kamu yang suka bepergian dengan pesawat pribadi, lebih nyaman lagi, ada Bandar Udara Sibisa yang bisa jadi landasan private jet-mu untuk lanjut berwisata ke Parapat.