Persepsi: Kenali Dirimu atau Hidup Dalam Kebimbangan

Yodha Ardell Ahmad
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
16 November 2021 12:37 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yodha Ardell Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Pixabay
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak awal abad masehi, filsuf terkenal, Socrates, sudah membahas tentang ‘mengenal diri sendiri’ dalam perkataannya, “Kenalilah dirimu sendiri!”. Karena dari pengenalan ini seseorang bisa mengerti berbagai kemampuan dan aspek dalam diri pribadi; fisik, psikis, sosial ataupun moral (Tirtawinata, 2013). Pengenalan terhadap diri sendiri adalah hal dasar yang diperlukan individu dalam menghadapi sebuah masalah. Jadi, konsep pengenalan diri (self knowledge) akan berdampak pada bagaimana individu menghadapi sebuah masalah yang kompleks dan dihadapi pada waktu yang hampir bersamaan. Jika tidak ada konsep ini maka akan membuat individu mengalami kesulitan dan tidak percaya diri pada hal-hal yang dia lakukan.
ADVERTISEMENT
“Siapa saya” dan “bagaimana saya", adalah pertanyaan dasar manusia dalam fase untuk mengenali diri sendiri. Ini dikarenakan tidak semua orang bisa menilai dirinya sendiri secara objektif bahkan terkadang lebih mudah mengenali orang lain atau bahkan mengalami self-serving bias (hanya menerima informasi positif dan menolak informasi negatif).
Sebenarnya, maksud dari kalimat “kenalilah dirimu sendiri” itu memiliki makna yang dalam dan luas. Mungkin anda pernah membaca sebuah kalimat, “manusia itu rumit”. Nah, di sini terkandung bahwa aspek dan berbagai hal yang berada pada diri manusia adalah sesuatu yang tidak dapat diperkirakan dan tidak akan pernah selesai untuk dibahas. Walaupun sekarang pada abad ke-21 ini sudah banyak cabang ilmu psikologi, konsep tentang ‘diri’ masih tidak bisa dijelaskan secara gamblang. Salah satunya adalah tentang konsep ‘diri’ dan ‘saya’. Contohnya seperti pertanyaan, "siapa saya?"
ADVERTISEMENT
Self-knowledge (pengetahuan terhadap diri sendiri) bisa sangat berguna dalam pengetahuan tentang diri kita sendiri. Seseorang yang tidak paham dengan dirinya sendiri hanya akan membawa pada keraguan dan, walaupun kita memberikan beribu jawaban tidak akan pernah bisa meyakinkannya. Saya akan suguhkan sedikit cerita pada anda tentang hal ini.
Tokoh Ratu dalam kisah Putri Salju bertanya pada cermin tentang kecantikannya beberapa kali dalam sehari. Ini karena dia ingin memastikan “ucapan” cermin tentang dirinya dan setiap kali cermin ditanya, cermin itu akan menjawab,
“Ratu adalah yang paling cantik.”
Maka setelah mendengar pengakuan cermin, Ratu akan merasa lega dan senang, tapi pada hari berikutnya dia akan kembali ragu dan merasa yang dikatakan cermin adalah sebuah kebohongan. Mungkin sang Ratu tidak pernah menganggap atau tidak tahu bahwa dirinya cantik. Di sisi lain dia juga tidak siap dalam menghadapi dirinya yang tidak cantik. Namun suatu saat kata-kata cermin berubah,
ADVERTISEMENT
“Ratu sangat cantik, tapi putri salju lebih cantik.”
Sontak kata-kata ini membuat Ratu sangat murka hingga memecahkan cermin tersebut. Mengingat Ratu yang selalu mengenakan pakaian indah dan terbaiknya saat bercermin, tapi ketika dia mendengar bahwa dia bukan yang paling cantik, dunianya seakan-akan roboh. Tapi mengapa bisa demikian?
Jadi, ini karena penerimaan sang Ratu terhadap dirinya sangat pendek. Menurut Handayani dkk. (2015) dijelaskan jika penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang bisa menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dalam menggunakannya dalam kelangsungan hidupnya. Pengakuan di sini adalah tentang kekurangan dan juga kelebihan. Sikap sang Ratu yang tidak bisa mengakui bahwa dirinya cantik dan memerlukan pengakuan dari orang lain, membuatnya selalu gelisah dan ragu telah memberi contoh efek dan dampak dari seseorang yang tidak bisa menerima atau mengenali diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Ratu memiliki skema (pandangan) diri yang negatif. Skema diri itu berisi tentang pengetahuan diri, juga berisi tentang belief (kepercayaan) seseorang yang akan membantu mengarahkan informasi yang relevan tentang diri (Brehm & Kassin dalam Helmi, 2015). Nah, skema diri ini berdasarkan pada pengalaman yang relevan tentang diri, pengetahuan dan konsep diri. Dalam hal ini Ratu juga masuk pada tahap self-relevance effect, di mana sekumpulan informasi tentang diri kemudian membentuk persepsi atau pandangan tentang konsep dirinya.
Orang yang memiliki skema diri yang negatif biasanya akan memproses informasi hanya untuk melindungi diri dan agar merasa aman untuk sejenak (Helmi, 2015). Dia tidak akan nyaman dengan informasi di luar keinginannya dan cenderung bias pada informasi yang berlawanan. Ratu menggunakan ‘ucapan’ cermin sebagai tolak ukur persepsi atau pandangan tentang dirinya sendiri dan menolak informasi berlawanan dari dalam dirinya yang timbul dari keraguan. Jadi, Ratu harus terus mendengar konfirmasi dari orang tentang kecantikannya, bahwa dia cantik dan yang paling cantik. Nah, jadi bagi orang yang mempunyai skema diri negatif ini, informasi yang memperburuk harga diri dan bernada negatif tidak akan diproses dan diseleksi. Bias dalam kognisi diri disebut self-serving bias sebagaimana yang telah dituliskan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Di sini efek perkataan pada psikologis seseorang itu sangat berpengaruh, lho. Seseorang yang tidak memiliki self-knowledge (pengetahuan tentang diri sendiri) akan mudah dalam menerima perkataan orang lain dan menyerapnya begitu saja. Ini dikarenakan ketidaktahuannya tentang diri sendiri dan menyebabkan dirinya menjadi mudah terbawa pendapat orang lain. Contoh efek negatif lainnya adalah menjadi ‘lupa dengan diri sendiri’ yang bisa berujung pada rasa bimbang ataupun kekhawatiran terhadap diri sendiri, pekerjaan kita atau masa depan.
Menurut Golmen (1996), ada tiga kecakapan utama dalam mengenali diri sendiri, yaitu: mengenali emosi diri dan pengaruhnya, pengakuan diri yang akurat dan kepercayaan diri. Nah, tiga hal inilah yang menjadi dasar manusia mampu mengenal perasaan, menyadari kehadiran eksistensi dirinya dan batasan yang bisa dia lakukan. Sehingga segala kelebihan diri sendiri dapat tersalurkan dengan baik serta tidak adanya rasa bimbang yang tertinggal.
ADVERTISEMENT
Adapun tentang bagaimana mempertinggi kesadaran pada diri sendiri, ada beberapa cara, nih, seperti:
1. Menemukan kembali perasaannya
Ini dilakukan agar kita semakin mengenal berbagai macam emosi yang dirasakan, mengenal diri sendiri dan bagaimana sifat kita dalam mengontrol emosi tersebut.
2. Mengenali keinginan sendiri
Seseorang yang mengenali keinginan dirinya sendiri menandakan sudah maju satu langkah untuk mengenal diri sendiri.
Dalam cerita Putri Salju tersebut, Ratu tidak mengetahui tentang dirinya sendiri, tidak sadar dengan kecantikannya dan terlalu peduli pada penilaian eskternal. Kemudian berakhir pada kecemasan dan takut apabila penilaian tersebut salah. Ratu tidak akan pernah tenang sebelum mendengar penilaian sesuai harapannya. Ketidaksadaran akan diri sendiri hanya membawa pada keruntuhan persepsi mengenai diri sendiri, kurang percaya dan ragu pada segala kelebihan yang dimiliki. Apabila hal seperti ini terus berlanjut, berkemungkinan besar akan menuju pada pesimisme terhadap kehidupan karena tidak yakin dengan kemampuan sendiri.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Helmi, A. F. (1999). Gaya kelekatan dan konsep diri. Jurnal Psikologi, 26(1), 9-17.
Tirtawinata, C. M. (2013). Mengenal dan menemukan diri melalui kebersamaan dengan orang lain. Humaniora, 4(2), 1309-1319.
Handayani, M. M., Ratnawati, S., & Helmi, A. F. (1998). Efektifitas pelatihan pengenalan diri terhadap peningkatan penerimaan diri dan harga diri. Jurnal Psikologi, 25(2), 47-55.