Jokowi, Presiden Paling Baik Hati Sedunia?

Yanu Endar Prasetyo
Peneliti. Pusat Riset Kependudukan BRIN
Konten dari Pengguna
18 Februari 2024 8:45 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yanu Endar Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain rajin bekerja, Joko Widodo (Jokowi) adalah presiden Indonesia yang sangat disayangi dan dicintai oleh rakyatnya. Kemana pun Ia pergi, disana akan ada ratusan bahkan ribuan orang yang setia menunggu untuk sekedar berjabat tangan atau melihat sosoknya dari dekat. Saat dilempari kaos oleh Pemimpin pujaannya dari dalam mobil pun, mereka dengan riang gembira saling berebut.
Ia adalah sosok pemimpin yang sangat dekat dengan rakyat, seolah tanpa jarak. Penampilan yang sederhana, kalem, dan tidak banyak bicara itu, bahkan menjadi simbol yang dianggap mewakili rakyat Indonesia pada umumnya.
Dari masuk gorong-gorong, blusukan ke kampung-kampung, ke desa-desa, ke pasar-pasar, rajin memberi sepeda dan bermain bola dengan anak-anak, menjadi ciri yang melekat pada diri Jokowi. Tak heran, restu seorang Jokowi benar-benar menjadi tuah yang diharapkan setiap politisi. Mereka pun berlomba menjadi yang paling dekat dengan Jokowi. Bahkan, Capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo pun sempat harus berebut dukungan Jokowi sebelum akhirnya restu dan dukungan itu jatuh ke pangkuan Prabowo Subianto, Ketua Umum & Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
ADVERTISEMENT
Tak tanggung-tanggung, dukungan kepada Capres Gemoy dan Oke Gas itu pun diwujudkan dengan menyandingkan putra sulung kesayangannya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai pendamping sang mantan Jenderal yang maju untuk keempat kalinya dalam perebutan kursi orang nomor satu di Indonesia ini. Dukungan penuh juga diberikan oleh Ibunda, Paman (waktu itu menjadi ketua MK), Adik (Ketum PSI), hingga Adik ipar (Walikota Medan), kepada Gibran.
Kemenangan sementara Prabowo - Gibran dalam Quick Count yang mencapai hampir 60 persen itu, menjadi bukti "Jokowi Effect" yang dahsyat. Selain unggul di hampir seluruh Provinsi, pasangan 02 ini pun menang dan paling banyak dicoblos oleh para tahanan di Rutan KPK.
Ribut-ribut soal isu keputusan MK, Nepotisme, politisasi bansos hingga dugaan kecurangan Pemilu seperti yang ditampilkan dalam film Dirty Vote, seolah hanya teriakan di ruang hampa yang tak mampu menggoyahkan pilihan hati sebagian besar rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ada yang menganggap semua hal itu hanyalah kegaduhan elit, bukan isu akar rumput. Kemunduran Demokrasi dianggap hanya isu minoritas mereka yang intelek, bukan isu mayoritas yang digadang-gadang sebagai silent majority oleh Ridwan Kamil, tim sukses Prabowo-Gibran. Masyarakat terbukti senang dengan hasil kerja bapak infrastrukur Indonesia yang dianggap nyata dan bukan omon-omon belaka.
Anggapan tersebut mungkin benar adanya. Presiden Jokowi bahkan layak dinobatkan menjadi presiden paling murah hati di dunia. Mengutip pernyataan Jokowi sendiri soal Bantuan Pangan, misalnya, tidak ada di negara lain yang melakukannya. Hanya di Indonesia saja bantuan beras 10 Kg itu diberikan.
Saking 'baik'-nya, pemberian bantuan pangan ini pun langsung dilakukan sendiri oleh Presiden, dibantu oleh beberapa menteri dari partai pendukung koalisi Prabowo-Gibran dan meninggalkan Menteri Sosial yang kebetulan berada di luar koalisi.
Kunjungan Kerja dan Bagi-Bagi Bansos Presiden Jokowi 3 bulan jelang Pemilu (Sumber: diolah dari presidenri.go.id)
Fakta ini bisa kita lihat dari agenda kunjungan kerja Presiden RI sepanjang November-Desember 2023 hingga Januari dan awal Februari 2024. Tak hanya membagi-bagikan bantuan pangan (beras 10 kg), namun Presiden juga ikut membagikan PIP, sembako, menyambangi peserta JKN-KIS, bagi-bagi sertifikat tanah, Bantuan Tunai Langsung (BTL) pedagang pasar, dan BLT puso untuk petani. Ini menjadi semacam 'paket lengkap' kunjungan kerja presiden di 36 titik dalam 3 bulan jelang Pencoblosan.
ADVERTISEMENT
Melihat fakta di atas, tentu tidak ada yang bisa menyangkal soal 'kebaikan hati' dan 'kecintaan' Presiden Jokowi pada rakyatnya. Tugas-tugas penyaluran Bansos pun berjalan dengan paripurna. Sebagai Presiden yang setiap hari mendengar dan bertemu Rakyat, Ia paham betul apa yang dibutuhkan rakyat.
Presiden sangat yakin bahwa beragam Bansos tadi haruslah segera sampai ke tangan rakyat dan tidak bisa ditunda-tunda. Karena rakyat Indonesia dalam kondisi krisis dan harus dibantu, meski Menkeu sendiri justru optimis pertumbuhan ekonomi RI kokoh di 5,2 persen. Entah perhitungan siapa yang keliru?
Akhirnya, Pilpres 2024 ini memberikan contoh 'terbaik' bagi politisi-politisi muda penerus bangsa lainnya. Bahwa menjadi pemimpin di Indonesia haruslah dekat dengan rakyat dan memiliki sifat yang dermawan. Politisi yang 'baik' adalah yang tidak ragu dalam membantu rakyat. Tak peduli dari mana pun sumber bantuannya, bantuan itu bisa diklaim dari tangannya sendiri. Pemimpin 'baik hati' seperti itu pula yang ternyata dinanti-nantikan dan dielu-elukan enam puluh persen rakyat pemilih.
ADVERTISEMENT
Jika kelak menjadi presiden atau pemimpin di daerah, jangan pernah ragu untuk mengambil peran dan posisi, baik sebagai pemain, wasit, penonton, atau ketiganya sekaligus. Belajar dari Jokowi, modal terpenting adalah pencitraan positif dan rajin berbagi Bansos dengan rakyat. Dengan cara inilah, maka kemungkinan besar kekuasaan itu bisa dipertahankan dan diwariskan.
Selamat menanti makan siang dan susu gratis untuk menyambut Indonesia (c)emas 2045!