Perawatan Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit

Muhammad Parikesit Wisnubroto
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
5 Mei 2024 14:49 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Parikesit Wisnubroto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemeliharaan tanaman menghasilkan kelapa sawit oleh seorang pekerja. Foto: Dokumentasi Pribadi (2023)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemeliharaan tanaman menghasilkan kelapa sawit oleh seorang pekerja. Foto: Dokumentasi Pribadi (2023)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perawatan tanaman menghasilkan merupakan aktivitas yang sangat vital dalam mendukung dan menunjang aktivitas produksi yang menghasilkan pendapatan bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit. Perawatan tanaman menghasilkan kelapa sawit berkorelasi positif terhadap peningkatan produktivitas kebun. Pada prinsipnya perawatan atau pemeliharaan tanaman menghasilkan kelapa sawit adalah untuk memberikan kondisi dan lingkungan yang optimal serta pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman kelapa sawit untuk tumbuh dan menghasilkan secara optimal. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Penjarangan (thinning out) terhadap pohon-pohon non produktif atau non valuer
Pohon-pohon yang disingkirkan tersebut adalah pohon yang menunjukkan kelainan dalam pertumbuhannya akibat faktor genetis dan bukan disebabkan oleh serangan hama dan penyakit maupun masalah hara. Adapun ciri-ciri pohon non valuer adalah:
• Pertumbuhan sangat jagur, batang lebih besar dan lebih tinggi dari rata-rata pohon di sekitarnya.
• Pelepah daun tumbuh erectus atau mengerucut sehingga sudut antara pelepah dengan batang relatif kecil. Selain itu, warna tajuk umumnya lebih hijau gelap dibanding dengan tanaman sekitarnya.
• Tanaman tidak pernah menghasilkan bunga ataupun jika terbentuk bunga betina selalu mengalami abortus atau keguguran.
2. Penyiangan atau pengendalian gulma
Tujuan dari pengendalian gulma ini adalah:
ADVERTISEMENT
• Menghilangkan persaingan terhadap tanaman utama antara lain persaingan terhadap kebutuhan hara, sinar matahari, kelembaban, dsb.
• Memudahkan jalannya panen dan pemeliharaan tanaman lainnya.
• Tidak mengganggu jalannya pengawasan atau pemeriksaan.
• Tidak menimbulkan iklim mikro dan lingkungan yang menguntungkan perkembangan hama dan penyakit bagi tanaman utama.
Adapun jenis-jenis penyiangan pada TM kelapa sawit antara lain:
• Penyiangan gawangan, gawangan dibersihkan dari anak kayu, keladi-keladian, pakis kawat, dan tanaman kayu lainnya sehingga yang ditinggalkan hanya tanaman penutup tanah dan rumput lunak.
• Membersihkan piringan pohon, pasar/jalan pikul, pasar/jalan hektar, TPH atau tempat penerimaan hasil, dan parit-parit pengeringan.
3. Penunasan (Pruning)
Jumlah pelepah pohon yang harus ditinggalkan atau dipertahankan pada tanaman berumur di bawah 8 tahun adalah 50-56 pelepah dan pada tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun adalah 42-48 pelepah. Prinsip dari penunasan adalah membuang cabang yang dianggap tidak berfungsi lagi, sehingga jumlah daun menjadi ideal dan dapat berfungsi secara optimal.
ADVERTISEMENT
4. Pemupukan
Pemupukan merupakan aktivitas pemeliharaan yang sangat penting untuk dilaksanakan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit. Hal ini merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan perlakuan pemupukan yang terarah dan tepat diharapkan sasaran produktivitas yang maksimum dapat dicapai. Biaya pemupukan yang cukup tinggi diharapkan dapat kembali dengan jumlah produksi yang lebih besar.
Pemupukan tanaman menghasilkan kelapa sawit dalam satu tahun dapat dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu
• Aplikasi pertama pada Bulan Maret sampai April
• Aplikasi kedua pada Bulan Juli sampai Agustus
5. Pengambilan contoh daun kelapa sawit
Pengambilan contoh daun kelapa sawit dimaksudkan untuk dianalisis di Balai Penelitian Kelapa Sawit sehingga dapat dipakai sebagai pedoman untuk rekomendasi pemupukan. Adapun tata cara pengambilan contoh daun adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
• Penentuan Leaf Sampling Unit (LSU)
LSU adalah suatu areal yang telah ditentukan untuk pengambilan sampel daun guna dianalisis sehingga dapat diketahui rekomendasi pemupukan yang sesuai. Adapun ketentuan dalam menetapkan 1 LSU antara lain harus seragam terkait umur tanaman, jenis tanah, tindakan kultur teknis, dan topografi. Biasanya luasan 1 LSU adalah 20-30 hektar. Apabila keadaannya homogen, luasan dapat diperluas tetapi sebaiknya tidak melebihi 70 hektar.
• Penentuan daun untuk dianalisis
Secara umum, contoh daun yang diambil untuk dianalisis adalah daun ke-17. Apabila daun ke-17 nya rusak, maka dapat diambil daun ke-9 sebagai gantinya.
• Prosedur pengambilan contoh daun
Waktu pengambilan pada pagi hari mulai pukul 07.00 sampai dengan 12.00 siang. Adapun pengambilan contoh daun tidak diperkenankan untuk dilaksanakan pada saat hujan dan sore hari.
ADVERTISEMENT
6. Pengendalian alang-alang
Alang-alang atau Imperata cylindrica adalah gulma yang sangat merugikan tanaman pertanian dan/atau perkebunan termasuk kelapa sawit. Cara pengendalian alang-alang bisa dilakukan secara manual dan kimiawi dengan menggunakan herbisida sistemik.
7. Pengendalian hama dan penyakit
a. Hama
Adapun hama pada tanaman menghasilkan kelapa sawit yang sangat merugikan antara lain:
1) Ulat api (Setothosea asigna) dan ulat kantong (Mahasena corbetti)
Pengaruh serangan hama ulat api dan ulat kantong terhadap tanaman kelapa sawit adalah penurunan produksi yang sangat besar dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk memulihkan tanaman.
Adapun mekanisme dan cara pengendalian hama ulat api dan ulat kantong adalah dengan melakukan pemeriksaan secara rutin pada setiap blok dengan pengambilan sampel 5 pohon per hektar. Pengendalian dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu secara mekanis atau hand picking dan kimiawi menggunakan insektisida.
ADVERTISEMENT
2) Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros)
Pada umumnya hama tersebut menyerang tanaman kelapa sawit yang muda dan biasanya berdekatan dengan perkampungan dan areal semak. Adapun penurunan produktivitas tanaman akibat serangan hama ini disebabkan karena jumlah tegakan pohon produktif yang berkurang.
Pengendalian hama tersebut dapat dilaksanakan sebagai berikut:
• Secara manual, dengan menyediakan tenaga khusus untuk memburu larva dan imago.
• Metode perangkap menggunakan feromon.
• Secara kimiawi menggunakan insektisida.
b. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman menghasilkan kelapa sawit antara lain:
1) Busuk buah marasmius
Penyakit buah busuk marasmius disebabkan oleh cendawan Marasmius palmivorus. Penyakit ini sering menyebabkan kerugian yang cukup besar terutama pada saat tanaman masih muda, kerugian busuk buah ini dapat mencapai 30-40%. Gejala penyakit ini sulit dideteksi dan diketahui biasanya terlihat buah tertutup cendawan berwarna putih dan cepat menyebar ke seluruh tandan. Cara penanggulangan penyakit ini yaitu dengan sanitasi yang baik, melakukan penunasan secara rutin dan buah-buah yang busuk terkena penyakit marasmius diturunkan dan dikumpulkan di gawangan mati kemudian dibakar.
ADVERTISEMENT
2) Busuk pangkal batang
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Ganoderma boninense yang menyebabkan serangan pada pangkal batang sehingga menjadi busuk dan menyebabkan tanaman kelapa sawit tumbang. Gejala penyakit pada tanaman menghasilkan antara lain daun tombak yang tidak terbuka dan kanopi daun umumnya pucat, kemudian secara perlahan menguning dan mengering dimulai dari daun yang lebih tua dan selanjutnya pohon tersebut tumbang.
Adapun cara pengendalian penyakit busuk pangkal batang antara lain:
• Pembumbunan pada individu yang terserang gejala penyakit busuk pangkal batang.
• Pembuatan parit di sekeliling tanaman yang sakit dan diberikan belerang.
• Sebelum penanaman tanaman baru, tunggul atau sisa-sisa tanaman dibongkar.
• Bibit yang akan ditanam diberikan mikoriza dan trichoderma.
ADVERTISEMENT
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman menghasilkan kelapa sawit merupakan bagian dari pemeliharaan tanaman yang tidak dapat diabaikan, karena gangguan hama dan penyakit yang eksplosif pada tanaman menghasilkan dapat menurunkan produktivitas tanaman secara signifikan.