135 Pengungsi Kerusuhan Wamena Pulang ke Probolinggo

Konten Media Partner
18 Oktober 2019 9:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
135 Pengungsi Kerusuhan  Wamena Pulang ke Probolinggo
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ratusan pengungsi dari Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, kembali datang di Kabupaten Probolinggo. Pengungsi ini merupakan warga Probolinggo, yang mengadu nasib di Papua.
ADVERTISEMENT
Ada 135 pengungsi, datang di Pendopo Bupati Probolinggo yang berada di Jalan Ahmad Yani, Kota Probolinggo pada Kamis malam, (17/10/2019).
Ada 117 pengungsi ber-KTP Kabupaten Probolinggo, 5 pengungsi tidak ber-KTP, dan sisanya anak-anak. Tangisan pengungsi pecah ketika turun dari 2 bus yang disediakan Pemkab Probolinggo. Isak tangis haru tumpah saat bertemu kerabat yang sudah menunggunya.
Sebelum pulang ke Kabupaten Probolinggo, ratusan pengungsi itu tersebar di sejumlah tempat penampungan. Saat kisruh pecah di Wamena, warga ini kabur begitu saja, menyelamatkan diri meninggalkan harta benda.
“Sudah tidak ada harta lagi, hanya tinggal pakaian melekat di badan saja,” ujar salah satu pengungsi, Nur Samsiah (35), warga Desa Jorongan, Leces, Kabupaten Probolinggo.
Di pendopo, para pengungsi diterima langsung oleh Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari, pejabat utama Pemkab Probolinggo, dan Dandim 0820 Probolinggo, Letkol Inf. Imam Wibowo. Mereka, selanjutnya akan diantar ke rumah masing-masing di 11 kecamatan wilayah Probolinggo.
ADVERTISEMENT
“Kami atas nama Pemerintah Kabupaten Probolinggo, menyampaikan duka mendalam. Namun, mari kita mulai lagi semuanya dari nol. Mari membangun bersama Kabupaten Probolinggo. Kalau pun masih ingin kembali ke sana, tunggulah sampai kondisinya betul-betul kondusif,” kata Tantri, pada para pengungsi.
Para pengungsi ini kemudian didata oleh petugas Dinas Sosial. Selanjutnya, diberi paket sembako dan bantuan. Setidaknya ada 122 penerima bantuan paket sembako, dari Pemkab Probolinggo. Bantuan itu diyakini setidaknya bisa meringankan beban para pengungsi.