Membahas Kelangkaan Gandum di Indonesia dan Barang Substitusinya

Viendya Arum
Mahasiswa penyuka kucing di Universitas Amikom Purwokerto.
Konten dari Pengguna
30 Desember 2022 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viendya Arum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagaimana kita tahu perang antara Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung selama enam bulan memberikan implikasi yang sangat serius pada pasar global. Rusia adalah produsen dan eksportir minyak terbesar ketiga, eksportir gas alam terbesar kedua, dan eksportir batu bara terbesar ketiga di dunia. Selain itu, Ukraina sama pentingnya dalam memenuhi pasar global sebagai eksportir minyak bunga matahari terbesar, eksportir jagung terbesar keempat, dan eksportir gandum terbesar kelima di dunia.
ADVERTISEMENT
Kedua negara ini merupakan pemasok yang sangat penting bagi negara-negara defisit seperti Asia Tenggara. Secara absolut, perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia ini mengakibatkan kenaikan harga gandum dunia yang berimbas pada negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa kenaikan harga gandum ini berimbas pada kenaikan pada harga mie instan. Hal ini disebabkan karena bahan baku utama dalam pembuatan mie instan (gandum) yang dikirim dari Ukraina mengalami hambatan dalam proses impor akibat peperangan yang tak kunjung usai.
Melihat situasi yang telah terjadi, penulis berpendapat pemerintah sebaiknya bersikap waspada dan mencari cara agar kelangkaan bahan pangan gandum ini dapat teratasi. Alasannya karena bahan pangan adalah suatu bahan kebutuhan pokok yang penting untuk keberlangsungan kehidupan manusia di dunia.
ADVERTISEMENT
Jika bahan pangan gandum mengalami kelangkaan, maka keberlangsungan hidup manusia juga akan terhambat. Meskipun kita tahu bahwa sumber bahan pangan pokok pertama di Indonesia saat ini adalah padi, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kelangkaan gandum ini memberikan dampak yang negatif pada perekonomian negara.
Alih-alih mencari cara agar kelangkaan bahan pangan gandum dapat teratasi, alangkah baiknya pemerintah mengganti bahan pangan tersebut dengan bahan pangan lain yang memiliki manfaat dan gizi yang sama seperti gandum.
Disini penulis akan membahas barang substitusi yang tepat untuk pengganti gandum. Dari beberapa perdebatan mengenai barang substitusi, penulis akhirnya memilih sorgum sebagai pilihan terbaik untuk dijadikan pengganti gandum.
Sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan kelima setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.
ADVERTISEMENT
Alasan penulis menyarankan kepada masyarakat untuk menggunakan sorgum sebagai barang substitusi gandum adalah karena kandungan utama sorgum terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, serat, dan mikronutrien. Komponen mikronutrien seperti vitamin, mineral, dan antioksidan membuat sorgum kaya akan nutrisi. Menariknya, kadar protein dalam 100 gram sorgum adalah 10,4 gram. Setara dengan kadar protein gandum dan lebih tinggi dari beras. Selain itu, sorgum juga kaya akan kandungan vitamin B kompleks.
Dilihat dari sumber gizinya, penulis menyimpulkan bahwa sorgum ini adalah bahan pangan yang cocok untuk mengganti kelangkaan bahan pangan gandum.
Walaupun penulis tahu bahwa pada kenyataannya sorgum tidak bisa digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan mie, tetapi penulis yakin sorgum tetap dapat digunakan sebagai barang substitusi yang dapat menekan impor gandum di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, gandum yang digunakan sebagai bahan baku utama untuk membuat mie bisa diganti dengan tepung sorgum dan tepung terigu, sehingga pemerintah dapat memproduksi dan menstabilkan dampak dari kelangkaan gandum.
Alasan lain mengapa penulis memilih sorgum sebagai bahan pengganti gandum adalah karena sorgum memiliki kecocokan yang tinggi apabila ditanam di Indonesia yang beriklim tropis. Terutama pada daerah dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah. Maka dari itu, sorgum adalah barang substitusi yang tepat untuk menekan impor dan menstabilkan kelangkaan gandum akibat perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.