787 Ribu Hektare Kebun Karet di Sumsel Terserang Gugur Daun

Konten Media Partner
25 Juli 2019 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi petani karet (Dok. Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani karet (Dok. Kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wabah gugur daun yang melanda perkebunan karet di Sumatera Selatan semakin meluas. Dinas Perkebunan mencatat, total kebun karet yang terpapar wabah tersebut kini mencapai 787.903 hektar sejak tahun 2017. Dengan begitu, artinya sudah lebih dari 50 persen dari total luas 1,3 juta hektar kebun karet di Sumsel yang terpapar wabah gugur daun ini.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP), Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan serangan gugur daun sudah merata hampir di seluruh perkebunan karet yang ada di Sumsel. Rata-rata dalam 1 hektar lahan karet, sekitar 30-50 persen tanaman petani terkena penyakit tersebut.
"Kondisinya makin meluas. Bahkan sepanjang triwulan satu 2019 saja sekitar 400 ribu hektar lahan yang terserang wabah ini," katanya, Kamis (25/7).
Rudi bilang, kondisi itu mengancam produktivitas tanaman karet. Produksi karet pasca gugur daun ini dari 2017-2019 tinggal 971.479 ton dan sampai triwulan I, kembali berkurang menjadi 60 persennya atau lebih kurang 583 ribu ton.
"Penyebabnya serangan gulma yang ada di kebun karet sudah menjadi inang," katanya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya tahun ini telah memberikan bantuan pupuk untuk petani sebanyak 4 ribu hektar untuk 7 kabupaten di Sumsel. Rinciannya, Kabupaten Banyuasin, Ogan Ilir, Muara Enim, Mura dan Muba masing-masing sebanyak 600 hektar. Lalu Kabupaten OKI dan OKU masing-masing 500 hektar.
Tidak hanya bantuan pupuk saja, kata Rudi, penanganan penyakit karet tersebut juga dilakukan dengan membersihkan gulma serta sanitasi lingkungan secara massal. "Jadi harus menyeluruh di kebun sekitarnya. Karena kalau kebun sebelahnya tidak dibersihkan maka inangnya akan kembali lagi," katanya.
Menurutnya, pengendalian gulma bisa dilakukan dengan cara pembersihan gulma yg tumbuh disekitar tanaman. Gulma dicabut dan dimasukkan lubang lalu ditimbun dengan tanah supaya menjadi kompos.
ADVERTISEMENT
"Kita anjurkan masyarakat pekebun karet, UPPB maupun kelompok tani karet untuk melakukan pembersihan serentak," katanya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Wilayah Sumsel, Alex K Eddy mengatakan, produktivitas tanaman karet yang menurun juga berdampak terhadap pasokan bahan baku di pabrik karet. menurutnya, kini produktivitas kebun karet di Sumsel mengalami penurunan hingga 20 persen.
"Karena stok bokar yang berkurang, kebanyakan pengusaha mengurangi waktu produksi untuk menghemat biaya," katanya.
Dia menjelaskan, bahan baku yang tersedia saat ini hanya sanggup memenuhi 60-70 persen dari kapasitas produksi. "Kalau dibawah itu, biaya produksinya besar. Makanya ada yang memilih berhenti sementara," katanya. (jrs)