Gagal Meski Sudah Berusaha Maksimal, Apa Tuhan Jahat?

Uliana Hidayatika
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
4 Juli 2023 18:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Uliana Hidayatika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gagal SNMPTN. Foto: Dok. Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gagal SNMPTN. Foto: Dok. Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kamu mengalami kegagalan? Bagaimana perasaanmu saat itu? Kegagalan merupakan peristiwa ketidakberhasilan yang menyebabkan rasa sedih, kecewa, dan menyesal. Contoh bentuk kegagalan yang erat dengan kehidupan kita sehari-hari adalah kegagalan saat berkompetisi dan kegagalan saat mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri.
ADVERTISEMENT
Dalam ajang kompetisi dan seleksi masuk perguruan tinggi negeri, pastinya dicari yang terbaik dari yang terbaik dan yang memenuhi kriteria nilai atau apa pun yang menunjang diterimanya seseorang dalam seleksi tersebut.
Oleh karena itu, tidak semua peserta atau pendaftar dapat menjadi juara atau lolos. Namun, pastinya semua peserta menginginkan gelar juara atau lolos perguruan tinggi negeri yang ditujunya. Lantas, bagaimana bila kita sudah optimal dan menampilkan versi terbaik diri kita dalam suatu ajang kompetisi dan seleksi, tetapi masih tetap gagal?
Apakah artinya Tuhan jahat? Apa Tuhan tidak menghargai usaha maksimal yang kita lakukan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simaklah penjelasan berikut.
Saat mengalami kegagalan pastinya rasa sedih, kecewa, dan ingin menyerah menghampiri kita. Namun, ada beberapa alasan mengapa kita jangan menyerah dan harus tetap bertahan bahkan berjuang agar lebih baik lagi. Alasan utama dari beberapa alasan tersebut adalah karena Tuhan sangat menyayangi kita. Mengapa Tuhan menyayangi kita, sedangkan keberhasilan yang kita dambakan tidak Ia kabulkan?
ADVERTISEMENT
Alasan pertama adalah karena Tuhan mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Sebagai Sang Maha Pencipta, Tuhan pasti mengetahui seluk beluk tentang hamba-Nya. Bahkan ke bagian terkecil dari kehidupan hamba tersebut. Pengetahuan Tuhan mengenai hamba-Nya tidak terbatas, sesuatu yang kita ketahui dan kita anggap baik, belum tentu baik menurut Tuhan.
Hal ini terdapat dalam Al-quran Surat Al-Baqarah ayat 216 dengan terjemahan bahasa Indonesia:
Bisa jadi PTN impian yang kita anggap baik untuk kita, tetapi nyatanya tidak. Bisa jadi kalau kita diterima di PTN tersebut malah akan banyak kesengsaraan yang akan dirasakan. Tuhan Maha Tahu, rencana-Nya tidak pernah keliru.
ADVERTISEMENT
Kedua, Tuhan ingin menghadiahi kita dengan manisnya kegagalan agar kita dapat “naik kelas”. Seperti yang sudah dijelaskan di paragraf sebelumnya, pengetahuan Tuhan tentang hamba-Nya sangat tidak terbatas. Pengetahuan tersebut termasuk mengenai kemampuan hamba-Nya.
Saat Tuhan mengatakan tidak pada rencana kita, artinya Tuhan tahu bahwa kita mampu menghadapinya. Kata tidak Tuhan tersebut bekal yang sangat berharga untuk keberhasilan kita di masa depan, belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan pribadi yang lebih kuat lagi.
Ketiga, alasan Tuhan berkata “nanti dulu” terhadap usaha maksimal yang telah kita lakukan adalah untuk mengetahui keyakinan hamba-Nya terhadap pencipta-Nya. Tuhan ingin mengetahui, apakah hamba-Nya dapat bersabar dan tetap berpikir positif terhadapnya? Atau malah sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Dalam Surat Fushshilat ayat 23 dengan arti:
Dari ayat tersebut, dapat kita ketahui bahwa Allah berlaku sesuai prasangka hamba-Nya. Oleh karena itu, berpikir positif lah di keadaan apa pun, termasuk saat kita mengalami kegagalan. Yakin lah bahwa Allah itu Maha Baik di setiap kesempatan.
Keempat, alasan Tuhan belum mengiyakan rencana kita adalah karena bentuk pengabulan doa bukan hanya iya, tetapi ditunda dan diganti dengan yang lebih baik. Jadi, harapanmu, rencanamu, usahamu, dan doamu nyatanya selalu Tuhan iyakan. Namun, bentuknya bermacam-macam. Nyatanya juga Tuhan selalu mendengarkan tidak pernah mengacuhkan. Tetap lah berdoa dan berusaha, jangan menyerah hanya karena satu kegagalan kecil yang ada. Bunga yang mekar hari ini tidak dirawat kemarin bukan?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan empat alasan di atas, dapat ditariksimpulan bahwa kegagalan yang kita rasakan bukan karena luntur atau hilangnya kasih sayang Tuhan. Bukan juga karena Tuhan jahat dan tidak mendengarkan permohonan ciptaannya atau melihat perjuangan maksimal ciptaannya. Kita harus meyakini kebaikan, kasih sayang, dan kekuasaan Tuhan. Keyakinan tersebut akan membuat rasa ingin menyerah dari kegagalan yang dirasakan perlahan sirna.
Berkaca dari pengalaman pribadi, saya kerap kali mengalami kegagalan dari upaya maksimal yang sudah dilakukan. Rasa ingin menyerah memang ada, tetapi saya tetap bangkit dan menyakini kasih sayang Allah senantiasa mengiringi. Tugas kita sebagai hamba hanya tetap berusaha dan berpikir positif terhadap-Nya.