Potensi Sektor Non-Tambang dalam Strategi Diversifikasi Hilirisasi Industri

Tio Putra Wendari
Dosen Departemen Kimia Universitas Andalas dan Peneliti Ilmu Material Sebagai Bahan Penyimpan Energi
Konten dari Pengguna
1 Mei 2024 8:14 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tio Putra Wendari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potensi hilirisasi produk perkebunan di Indonesia: Biji Kopi Robusta dari Desa Kopi Banaran di Semarang (Sumber: shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Potensi hilirisasi produk perkebunan di Indonesia: Biji Kopi Robusta dari Desa Kopi Banaran di Semarang (Sumber: shutterstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam upaya untuk memperluas dan mendiversifikasi hilirisasi industri di Indonesia, perhatian utama telah beralih tidak hanya dari sektor tambang namun ke sektor non-tambang seperti perkebunan, pertanian, dan perikanan. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah dan keragaman geografisnya menciptakan potensi besar dalam pengembangan produk-produk unggulan dari sektor ini.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Hilirisasi Strategis Kementerian Investasi, Heldy Satrya Putera, menyoroti pentingnya memperluas fokus hilirisasi industri dari sektor tambang ke sektor-sektor non-tambang, termasuk produk pertanian. Seperti halnya pergeseran paradigma dari sekadar mengekspor CPO mentah menuju nilai tambah yang lebih tinggi melalui pengolahan menjadi produk turunan seperti oleokimia. Langkah ini akan meningkatkan nilai jual industri minyak sawit dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Selain itu, sebagai salah satu produsen hasil perkebunan terbesar dunia, kita memiliki potensi besar untuk menghasilkan produk olahan yang bernilai lebih, seperti kopi, teh, dan karet. Misalnya, kopi Indonesia dikenal karena kualitasnya yang unggul, seperti Kopi Gayo dari Aceh, Kopi Toraja dari Sulawesi, dan Kopi Java dari Jawa Timur. Dengan melalui proses hilirisasi yang tepat, kopi-kopi tersebut dapat diolah menjadi produk-produk kopi spesialitas yang diminati baik di pasar domestik maupun internasional.
ADVERTISEMENT
Di sektor perikanan, produk olahan perikanan dari Indonesia dikenal karena keanekaragaman jenisnya dan kualitasnya yang unggul. Misalnya saja udang vaname menjadi salah satu produk ekspor andalan. Melalui hilirisasi industri, produk-produk perikanan ini dapat diolah lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah seperti udang kering, udang olahan, atau makanan laut beku yang siap saji.
Produk sektor perikanan di Indonesia (Sumber: shutterstock)
Menurut Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti, peta jalan hilirisasi non-tambang telah dimasukkan dalam draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang kini sedang disusun. Langkah ini menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat industri non-tambang dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi di sektor ini.
Dengan adanya dukungan kebijakan yang jelas, diharapkan industri hasil pertanian dan sektor-sektor hilirisasi non-tambang lainnya dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam perbandingan antara hilirisasi hasil non-tambang dan mineral, terdapat beberapa perbedaan yang signifikan, terutama dalam hal dampak sosial dan ekonomi yang dihasilkan. Selama ini, hilirisasi mineral dikenal sebagai proses yang lebih sulit dalam menyerap tenaga kerja karena bersifat padat modal dan padat teknologi.
Industri mineral seringkali membutuhkan keterampilan teknis yang tinggi, yang membuatnya sulit bagi banyak warga lokal untuk terlibat secara langsung dalam proses produksi. Hal ini berbeda dengan hilirisasi di sektor non-tambang, di mana teknologi yang digunakan cenderung lebih sederhana, sehingga memungkinkan partisipasi tenaga kerja lokal dalam skala yang lebih besar.
Lebih lanjut, hilirisasi non-tambang memiliki potensi untuk lebih merangkul usaha kecil menengah (UKM) lokal. Dalam konteks ini, UKM dapat menjadi bagian integral dari rantai produksi yang melibatkan investor besar. Dengan demikian, multiplier effect dari hilirisasi non-tambang diharapkan lebih terasa dalam memperkuat perekonomian lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hilirisasi hasil non-tambang menawarkan potensi untuk memberikan dampak sosial dan ekonomi yang lebih inklusif daripada hilirisasi mineral. Dengan melibatkan lebih banyak tenaga kerja lokal, termasuk pelaku UKM, hilirisasi hasil pertanian dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Melalui strategi yang tepat, dukungan kebijakan yang terarah, dan sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, Indonesia dapat memanfaatkan potensi hilirisasi produk dari hasil perkebunan, pertanian, dan perikanan. Insentif fiskal dan investasi yang telah terbukti berhasil dalam meningkatkan hilirisasi tambang juga perlu diperluas ke sektor non-tambang.