Apakah Mobil Listrik Benar-benar Lebih Baik untuk Lingkungan?

Tio Putra Wendari
Dosen Departemen Kimia Universitas Andalas dan Peneliti Ilmu Material Sebagai Bahan Penyimpan Energi
Konten dari Pengguna
29 April 2024 9:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tio Putra Wendari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mobil listrik di stasiun pengisian daya (Sumber: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Mobil listrik di stasiun pengisian daya (Sumber: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mobil listrik, dengan citranya sebagai transportasi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, muncul sebagai solusi yang menjanjikan dalam menghadapi krisis lingkungan global yang semakin memprihatinkan. Namun, di balik kemajuan teknologi ini, apakah benar mobil listrik adalah jawaban yang sesungguhnya untuk mengatasi tantangan lingkungan dari kebutuhan transportasi kita saat ini?
ADVERTISEMENT
Di balik kecanggihan teknologi mobil listrik, terdapat masalah besar yang muncul, yaitu masalah mineral. Baterai mobil listrik, yang menjadi komponen kunci dalam kendaraan ini, dipenuhi dengan mineral yang diekstraksi dari berbagai penjuru dunia. Dari lithium hingga kobalt, jutaan ton mineral ini ditambang, diproses, dan diolah, seringkali meninggalkan jejak pelanggaran hak asasi manusia dan kerusakan lingkungan. Sebagai contoh, penambangan lithium sering dikaitkan dengan penggunaan air yang besar dan pencemaran air di beberapa wilayah.
Pertanyaannya, apakah semua tantangan ini mengurangi manfaat mobil listrik dalam memperbaiki lingkungan dibandingkan dengan kendaraan konvensional yang masih mengandalkan bahan bakar fosil? Ini membawa kita pada perbandingan yang menarik: apakah lebih baik menggunakan mobil dengan mineral yang diambil dari lingkungan atau tetap bergantung pada mesin pembakaran yang sudah dikenal selama ini?
ADVERTISEMENT
Salah satu poin utama dalam mendiskusikan manfaat lingkungan mobil listrik adalah kemampuannya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara. Dalam hal ini, mobil listrik memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan dengan mobil bahan bakar fosil. Mobil listrik tidak menghasilkan emisi langsung saat digunakan, sebaliknya, mobil bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas buang saat mesinnya beroperasi. Menurut data dari Badan Perlindungan Lingkungan AS, mobil bahan bakar fosil rata-rata menghasilkan sekitar 4,6 metrik ton CO2 setiap tahunnya, sementara mobil listrik tidak menghasilkan emisi CO2.
Komponen Baterai Lithium-ion Tegangan Tinggi untuk Mobil Listrik (Sumber: Shutterstock)
Namun, ada satu aspek penting yang seringkali terabaikan: dampak lingkungan dari produksi baterai mobil listrik. Proses ini melibatkan ekstraksi dan pengolahan mineral seperti lithium, kobalt, dan nikel, yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan, termasuk deforestasi, kerusakan habitat, dan pencemaran air. Selain itu, masalah etika juga muncul seperti penambangan kobalt di beberapa negara yang melibatkan pekerjaan anak dan kondisi kerja yang buruk.
ADVERTISEMENT
Namun, kendati produksi baterai mobil listrik dapat menyebabkan emisi awal yang lebih tinggi, dalam jangka panjang mobil listrik cenderung memiliki jejak karbon yang lebih rendah. Ini memunculkan pertanyaan tentang apakah manfaat jangka panjangnya dapat mengimbangi dampak lingkungan dari produksi baterai tersebut.
Selain itu, isu daur ulang juga menjadi pertimbangan penting dalam mengevaluasi dampak lingkungan dari mobil listrik dan mobil konvensional. Daur ulang baterai mobil listrik menjadi fokus utama dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan pada penambangan mineral baru dan mengurangi limbah elektronik. Baterai mobil listrik, terutama yang terbuat dari lithium-ion, dapat didaur ulang untuk menggunakan kembali material yang berharga seperti lithium, kobalt, dan nikel..
Di sisi lain, mobil konvensional tidak memiliki proses daur ulang yang signifikan terkait dengan penggunaannya, sehingga meninggalkan jejak limbah yang sulit diatasi. Bahan bakar konvensional seperti bensin dan diesel tidak dapat didaur ulang sehingga tidak ada proses daur ulang yang signifikan. Selain itu, pemusnahan mesin pembakaran dalam mobil konvensional dapat menghasilkan limbah berbahaya yang berpotensi mencemari lingkungan.
ADVERTISEMENT
Dengan mempertimbangkan keunggulan daur ulang dan pemusnahan baterai mobil listrik, dapat disimpulkan bahwa dari perspektif lingkungan, mobil listrik menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan daripada mobil konvensional. Namun, penting untuk terus meningkatkan proses daur ulang dan pemusnahan baterai mobil listrik untuk memastikan bahwa dampaknya minimal terhadap lingkungan.
Selanjutnya, yang tak kalah penting adalah isu penggunaan bahan bakar yang memberikan dampak besar terhadap lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Mobil listrik menggunakan energi listrik dengan baterai yang diisi ulang melalui stasiun pengisian daya rumah atau umum. Di mana depan, energi listrik ini dapat bersumber dari berbagai energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, hidro, nuklir, hingga fosil. Di sisi lain, mobil konvensional bergantung pada bahan bakar fosil seperti bensin, diesel, atau gas, yang stoknya semakin menipis dan tidak dapat diperbaruhi. Untuk mendapatkan bahan bakar fosil diperlukan proses ekstraksi, pengolahan, dan pembakaran minyak bumi yang juga dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca dan polutan udara yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, penilaian tentang apakah mobil listrik "benar-benar" lebih baik untuk lingkungan masih kompleks dan memerlukan solusi yang holistik. Namun, secara keseluruhan, mobil listrik dapat dianggap sebagai langkah positif menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.