Pekerjaan Rumah Perguruan Tinggi Cegah Radikalisme pada Mahasiswa Sejak Dini

Konten Media Partner
26 Mei 2022 21:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi terorisme. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi terorisme. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Baru-baru ini, sivitas akademik Universitas Brawijaya (UB) dikagetkan dengan penangkapan seorang mahasiswanya oleh Detamen Khusus 88 (Densus 88), pada Senin 25 Mei 2022. Penangkapan ini terkait keterlibatan mahasiswanya dalam jaringan terorisme.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa yang diketahui berasal dari Lampung ini, telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polri. Ia diduga terlibat dalam kegiatan penggalangan dana dan perencanaan aksi teror dengan organisasi terorisme, ISIS.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, tersangka juga diketahui mengelola sebuah media sosial yang digunakan untuk menyebar materi-materi terkait tindak pidana teroris.
UB berkomitmen mencegah terorisme lewat pendidikan deradikalisasi pada mahasiswa sejak dini. Foto: Ulul Azmy
Mahasiswa berusia 22 tahun itu juga kedapatan memiliki komunikasi intens dengan seorang tersangka kelompok Jamaah Ansharud Daulah (JAD). Keduanya bahkan tengah menyusun rencana amaliyah atau bom bunuh diri di fasilitas umum dan kantor-kantor polisi.
Keterlibatan mahasiswa dalam jaringan terorisme ini sudah sedemikian jauh. Pihak kampus sendiri kaget dengan kabar ini, terlebih kualitas mahasiswa tersebut tergolong di atas rata-rata karena mencatatkan nilai IP rata-rata di atas 3.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu dari 10 lembaga pendidikan terbaik di Indonesia, UB lantas tak diam begitu saja. Sejumlah upaya dielaborasikan guna mencegah kejadian ini terulang. Kasus pengungkapan jaringan terorisme di kalangan perguruan tinggi tidak terjadi sekali ini saja.
Wakil Rektor UB, Prof Abdul Hakim menegaskan mulai saat ini pihak kampus akan memperketat izin dan pengawasan setiap kegiatan atau aktivitas mahasiswa di luar jam pembelajaran.
''Harus ada izin dan sepengetahuan pimpinan. Materi kegiatan juga akan diseleksi lebih ketat lagi, termasuk siapa narsumnya,'' tegas dia, pada Rabu (25/5/2022).
Dalam pengawasan ini, UB juga akan berkolaborasi dengan pihak kepolisian untuk berbagi informasi kegiatan mahasiswa, baik di dalam maupun luar kampus. Dengan begitu, pencegahan radikalisme bisa dilakukan sejak dini.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pengungkapan identitas pelaku ini sendiri, UB juga ikut aktif melakukan mitigasi. Dalam hal ini, UB ikut memitigasi sejumlah kegiatan atau jejaring apa saja yang diikuti mahasiswanya. Entah dalam bentuk kelompok diskusi atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Hal tersebut dimungkinkan saja terjadi karena saat ditangkap di rumah kosnya, petugas khusus anti-terorisme Densus 88 telah mengamankan sejumlah barang bukti mulai bendera ISIS, busur panah, pisau komando, laptop, hingga buku-buku.
Lebih lanjut, pihak kampus mulai harus memperkuat pencegahan radikalisasi lewat pendidikan, salah satunya dengan kembali mengarusutamakan pendidikan deradikalisasi. Kalau bisa, pendidikan pencegahan ini sudah diberikan sejak masa-masa awal orientasi mahasiswa.
Dalam pendidikan anti-radikalisme ini, nanti akan fokus membangun kembali semangat dan nilai-nilai toleransi sesuai Pancasila. Toleransi dalam hal ini merupakan bangunan pondasi penting agar mahasiswa tidak terjerumus ke lubang gelap ekstrimisme.
ADVERTISEMENT
Namun pada faktanya, semangat toleransi ini mulai meluntur, apalagi sejak masuknya teknologi yang memudahkan akses informasi untuk didapat secara bebas. Melunturnya toleransi ini dibuktikan dari hasil survei UPT Pengembagan Kepribadian Mahasiswa (PKM) UB terkait pemetaan karakter toleransi mahasiswa UB yang diambil pada April 2022.
Hasilnya, usia-usia peserta pendidikan, khususnya di jenjang perguruan tinggi, ternyata lebih rentan terpapar paham radikalisme. Ini dibuktikan dengan skor nilai toleransi yang berada di taraf sedang-sedang saja. Rata-rata yang mudah terpapar ini usia rentan mahasiswa di semester 1 dan 2.
Menurut Abdul Hakim, pendidikan anti-radikalisme kepada mahasiswa sejak dini penting diperkuat lebih lagi. Meski pendidikan tersebut juga sudah dilakukan sejak lama. Namun ternyata masih tidak intens.
ADVERTISEMENT
Ke depan, pelaksanaan pendidikan akan diperluas lagi, tidak hanya di acara-acara kampus, tapi juga di setiap kegiatan jurusan maupun fakultas.
''Sebenarnya juga sudah ada program pembinaan mental kebangsaan dari Kementerian dan BPPT itu. Tapi nanti itu akan kita kuatkan lebih lagi,'' pungkasnya.(*)