Dekan FEB Unisma: Islamic Sociopreneur Sesuai dengan Masyarakat Indonesia

Konten Media Partner
19 September 2020 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nur Diana. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Nur Diana. Foto: dok
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) kembali menghadirkan webinar bertajuk Islamic Sociopreneur, sebagai peluang usaha bagi generasi milenial di era new normal.
ADVERTISEMENT
Webinar yang diadakan pada 19 September 2020 ini menghadirkan para praktisi dari institusi yang bergerak di bidang sociopreneur, yaitu Aprilia Eviyanti dari Laznas BSM Umat, Nur Fadhlan dari NU CARE-LAZIZNU, dan Yakin Adhi Negoro dari akuberbagi.com.
Dalam sambutan, Dekan FEB Unisma, Nur Diana SE MSi, menyampaikan bahwa wirausaha social atau sociopreneur telah dikembangkan sejak masa sebelum kemerdekaan, seperti sarikat dagang Islam dengan HOS Cokroaminto sebagai tokoh dan Nahdlatut Tujjar.
Pemateri webinar. Foto: dok
Menurut Diana, semangat sociopreneur ini perlu dihidupkan kembali bagi generasi milenial, khususnya di era new normal ini.
Apalagi diera saat ini, lanjut Diana, di Indonesia terjadi bonus demografi, dimana saat jumlah penduduk produktif atau angkatan kerja, usia 15-64 tahun, lebih besar.
ADVERTISEMENT
"Tentunya ini sangat menguntungkan jika generasi millenial didorong untuk terlibat dalam Islamic Sociopreneur, apalagi beberapa lembaga yang memiliki program sociopreneur bekerjasama dengan perguruan tinggi," ucap Diana.
Pemateri webinar. Foto: dok
“Islamic sociopreneur sangat mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi problem tingginya angka pengangguran di negara kita. Bonus demograsi yang tinggi diharapkan mampu menggerakkkan roda pereknomian Indonesia yang saat ini krisis. Apalagi masyarakat Indonesia terkenal memiliki sifat saling menolong dan gotong royong,” imbuh Diana.
Sementara itu, dalam pemaparannya, Aprilia menyampaikan, permasalahan social yang berkembang di dalam masyarakat, bisa menjadi peluang pengembangan sociopreneur.
Dia menjelaskan, Laznas BSM Umat memiliki program pengembangan Islamic Sociopreneur yang menyasar mahasiswa di perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Pendanaan dari program ini berasal dari dana ZIS yang berada di Bank Syariah Mandiri.
Pemateri webinar. Foto: dok
"Dari program ini diharapkan memunculkan pengusaha dari kalangan milenial yang nantinya akan kembali ke daerah masing-masing dan mampu menjalankan usaha yang dapat berkontribusi dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya," papar Aprilia.
ADVERTISEMENT
Sementara Nur Fadhlan menyampaikan, semangat sociopreneur perlu ditingkatkan pada generasi milenial, karena banyak pihak yang melihat bahwa generasi milenial itu cenderung mementingkan dirinya sendiri.
"Dengan semangat kreatif dan akrab dengan teknologi, menjadi peluang pengembangan usaha yang memberi impact social bagi kalangan milenial," terangnya.
FEB Unisma. Foto: dok
Nur Fadhlan melanjutkan, kegiatan sociopreneur ini banyak menyasar grass root, dan NU Care memiliki program pemberdayaan masyarakat bawah melalui jaringan muslimat dan pesantren.
Masih kata Nur Fadhlan, NU Care juga memiliki 9 saka program yang bisa menggandeng generasi milenial dalam memberikan solusi bagi permasalahan social dan ekonomi yang ada dalam masyarakat.
Sedangkan Yakin, mengatakan bahwa semangat sociopreneur bukan hal yang baru dalam sejarah Islam, bahwa hal ini banyak dicontohkan dalam praktek kehidupan Rasulullah dan para sahabat.
FEB Unisma. Foto: dok
Yakin menggaris bawahi, jika seseorang ingin memulai sociopreneur, harus memiliki dua syarat, yaitu usaha yang dijalankan tidak bertujuan untuk memperkaya diri sendiri, tetapi juga harus berkontribusi dalam kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Contoh mudah sociopreneur yang bisa dilakukan adalah menggiatkan wakaf tunai di kalangan milenial," sebutnya.(ads)