Siswa SD Muhammadiyah di Gunungkidul Trauma Enggan Sekolah dan Ingin Pindah

Konten Media Partner
9 November 2022 17:33 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Relawan psikologi dari UAD melakukan assesment di SD Muhammadiyah Bogor Gunungkidul. Foto: erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Relawan psikologi dari UAD melakukan assesment di SD Muhammadiyah Bogor Gunungkidul. Foto: erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ambruknya atap lantai 2 SD Muhammadiyah Bogor Kapanewon Playen Gunungkidul membuat sejumlah siswa trauma. Mereka masih takut dan enggan untuk belajar lagi di sekolah karena khawatir peristiwa ambruknya atap SD tersebut terulang kembali.
ADVERTISEMENT
Widodo salah satu wali murid SD Muhammadiyah Bogor Playen ini mengatakan saat ini posisi siswa tengah diliburkan. Dan mereka tidak mengetahui sampai kapan sekolah diliburkan. Kendati demikian, dua anaknya yang bersekolah di SD tersebut menolak ketika diminta untuk sekolah ketika libur telah selesai.
"Tak tanya sekolah lagi. Anak saya bilang Ndak mau lagi di sana,"kata dia, Rabu (9/11/2022).
Dia menambahkan dua anaknya memang bersekolah di SD Muhammadiyah Bogor Playen. Bahkan anaknya yang kelas 6 SD adalah teman sebangku dari Fauzi, korban yang meninggal. Sesaat sebelum kejadian, anaknya sudah mengajak Fauzi untuk keluar ruangan mengikuti pelajaran olahraga.
"Anak saya yang besar, sama sekali tidak bersedia untuk ke sekolah lagi karena mengalami dan melihat secara langsung posisi korban saat terjepit baja ringan,"terang dia
ADVERTISEMENT
"Ora arep sekolah. Wedi. Pengene pindah (tidak akan sekolah. Takut. Inginnya pindah),"kata Widodo menirukan anaknya.
Ia memaklumi trauma yang dialami oleh anak sulungnya tersebut. Sebab pagi itu, sebenarnya jam pelajaran belum di mulai. Namun pada jam 0, anak-anak memang seperti biasa para siswa bergiliran diminta untuk mempresentasikan hafalan quran. Dan kegiatan hafalan quran tersebut sebenarnya hampir selesai.
"Nah anak saya itu ada di pinggir ruangan. Dia sudah berteriak-teriak mengajak Fauzi untuk segera keluar ruangan karena mau olahraga,"kata dia.
Namun kala itu, Fauzi tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Fauzi terlihat sibuk dengan sesuatu sehingga ketika peristiwa terjadi Fauzi terjepit antara kerangka baja ringan yang runtuh dengan meja. Kebetulan punggung Fauzi tertimpa langsung reruntuhan atap tersebut.
ADVERTISEMENT
Meskipun anaknya trauma enggan bersekolah lagi di SD tersebut namun sampai saat ini pihak sekolah ataupun yayasan belum ada yang datang ke rumahnya sekadar menanyakan kondisi anaknya.
Orang tua siswa yang lain asal Ngawu yang enggan disebutkan namanya, mengaku anaknya saat ini duduk di bangku kelas 2 SD tersebut juga menyebut anaknya enggan untuk sekolah lagi di tempat tersebut. Anaknya masih ketakutan peristiwa itu terulang.
"Anak saya juga Ndak mau sekolah. Pengennya pindah. Anak saya sempat benjol kepalanya karena terbentur dinding akibat kaget peristiwa tersebut," kata dia.
Kepala UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Dinas Sosial Gunungkidul, Aris Winata mengatakan untuk trauma healing memang direncanakan akan segera mereka laksanakan. Mereka sebenarnya telah melakukan pemetaan, namun trauma healing tersebut masih menunggu moment yang tepat.
ADVERTISEMENT
"saat ini prosesnya baru rehabilitasi medis untuk mengobati luka dari para siswa. Kalau selesai langsung nanti kami akan ke sana. Dari berbagai pihak termasuk juga dari Provinsi," kata dia.