September 2019, DIY Alami Deflasi 0,07 Persen

Konten Media Partner
1 Oktober 2019 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bawang merah. foto: Kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bawang merah. foto: Kumparan.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yogyakarta pada Bulan September 2019 mengalami deflasi sebesar 0,07 persen. Turunnya harga bawang merah dan daging ayam memang menjadi penyebab Yogyakarta mengalami deflasi pada bulan September yang lalu.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, JB Priyanta mengungkapkan inflasi ini lebih disebabkan karena turunnya indeks harga konsumen kelompok bahan makanan sebesar 1,34 persen. Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,10 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik 0,24 persen, kelompok sandang naik 0,95 persen, kelompok kesehatan naik 0,30 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,27 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan naik 0,14 persen.
Menurutnya, deflasi terjadi karena turunnya harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan turun 1,34 persen. Sedangkan kelompok makanan jadi minuman, rokok & tembakau naik 0,10 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik 0,24 persen, kelompok sandang naik 0,95 persen, kelompok kesehatan naik 0,30 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik 0,27 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan naik 0,14 persen.
ADVERTISEMENT
"Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada Bulan September 2019," tuturnya, Selasa (1/10/2019) di kantornya.
Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga yang mendorong terjadinya deflasi diantaranya bawang merah dan juga daging ayam ras. Ia menyebutkan, bawang merah turun 24,52 persen dengan memberikan andil -0,09 persen, daging ayam ras turun 8,54 persen dengan memberikan andil sebesar -0,08 persen, telur ayam ras turun 4,77 persen dengan memberikan andil sebesar -0,03 persen.
Cabai rawit, cabai merah, kacang panjang, semangka dan bir turun 8,46 persen, 5,99 persen, 13,24 persen, 12,24 persen dan 2,48 persen dengan memberikan andil masing-masing sebesar -0,02 persen. Tak hanya itu, Ketimun, kembang kol, pepaya, tarif kereta api, baju kaos berkerah, cabe hijau, bawang putih, biskuit dan terong panjang yang turun 25,14 persen, 19,46 persen, 2,92 persen, 2,08 persen, 3,08 persen, 9,23 persen, 1,34 persen, 2,57 persen dan 10,00 persen.
ADVERTISEMENT
"Kelompok terakhi ini memberikan andil masing-masing sebesar -0,01 persen," tambahnya.
Priyanta menyebutkan, pada Bulan September 2019 dari 82 kota yang dihitung angka inflasinya, 12 kota IHK mengalami inflasi dan 70 kota IHK mengalami deflasi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Meulaboh sebesar 0,91 persen diikuti oleh Kota Tual dan Bengkulu masing-masing sebesar 0,65 persen dan 0,64 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Palopo dan Watampone yang masing-masing mencapai 0,01 persen.
"Deflasi terbesar terjadi di Kota Sibolga yang mencapai -1,94 persen diikuti oleh Kota Medan dan Jayapura yang masing-masing mencapai -1,92 persen dan -1,26 persen,"paparnya.
Di wilayah Sumatera dari 23 Kota IHK, 4 kota IHK mengalami inflasi dan 19 kota IHK mengalami deflasi, Kota Meulaboh merupakan Kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu mencapai 0,91 persen, diikuti oleh Kota Bengkulu dan Tanjung Pandan masing-masing sebesar 0,64 persen dan 0,48 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 0,09 persen. Deflasi terbesar terjadi di Kota Sibolga yang mencapai -1,94 persen, diikuti oleh Kota Medan dan Pematang Siantar masing-masing -1,92 persen dan -1,18 persen. Sedangkan deflasi terkecil terjadi di Kota Tanjung Pinang yang mencapai -0,11 persen.
ADVERTISEMENT
Di wilayah Pulau Jawa dan Madura dari 26 Kota IHK, semua kota IHK mengalami deflasi. Kota Purwokerto merupakan kota yang mengalami deflasi terbesar yaitu mencapai -0,50 persen, diikuti oleh Kota Bogor yang mencapai -0,48 persen dan Kota Cilacap yang mencapai -0,46 persen, sedangkan Kota Surabaya mengalami deflasi terkecil yaitu mencapai -0,02 persen, diikuti Kota Malang dan Tangerang yang masing-masing mencapai -0,03 persen. (erl/adn)