Ribuan Warga Ikuti Nyadran Punggahan di Gunung Sumbing

Konten Media Partner
22 Maret 2023 20:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Dusun Jekaton mengusung tenong usai nyadran di makam setempat Rabu (22/3/2023). Foto: ari/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Warga Dusun Jekaton mengusung tenong usai nyadran di makam setempat Rabu (22/3/2023). Foto: ari/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Satu hari menjelang puasa masyarakat yang tinggal di ketinggian Gunung Sumbing, di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah masih menggelar tradisi nyadran. Salah satunya di Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, yang merupakan desa tertinggi di Sumbing antara 1.350-1.500 mdpl.
ADVERTISEMENT
Ribuan warga mengikuti tradisi nyadran punggahan di makam-makam dusun, antara lain di Dusun Dukuh Seman, Dusun Jekaton. Bahkan di desa di bawahnya Coyo warga juga menggelar nyadran pungkasan. Masyarakat mengusung tenong berisi ingkung ayam dan berbagai uba rampe, baik yang disunggi, maupun dipikul di bawa dari rumah masing-masing menuju makam.
Di Makam Ki Ageng Makukuhan yang terletak di permukiman paling tinggi di lempeng Sumbing warga berdoa khusyuk di area Makam Klamat membaca tahlil. Hal serupa juga dilakukan warga di Makam Jekaton.
Warga Gunung Sumbing di Dusun Dukuh Seman, Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung menggelar nyadran klamat di makam Ki Ageng Makukuhan, Rabu (22/3/2023). Foto: ari/Tugu Jogja
"Ini adalah nyadran terakhir sebelum Ramadhan, sebelumnya ada nyadran kali, dan nyadran makom. Kalau yang sekarang di makam Klamat ini kita mendoakan tokoh-tokoh yang dimakamkan di sini. Ada Ki Ageng Makukuhan, Mbah Kiai Poleng, Mbah Kiai Kejul, Nyi Rantamsari, Nyi Tanjungsari, Sunan Brojonolo, Sunan Geseng dan lain-lain,"kata Kasi Pemerintahan Desa Wonosari, Bambang Irawan (53), kepada Tugu Jogja, Rabu (22/3/2023).
ADVERTISEMENT
Ki Ageng Makukuhan adalah salah satu tokoh terkemuka murid Sunan Kalijaga di tlatah Kedu yang dahulu melakukan syiar agama Islam. Ki Ageng Makukuhan sendiri adalah seorang tokoh beretnis Tiong Hoa dengan nama asli Ma Ku Kwan. Sosok ini dahulunya adalah santri di Masjid The Lieng Sieng, Pondok Pesantren di Desa Glagah Wangi pimpinan Sunan Kudus yang merupakan satu dari Wali Songo yang melakukan syiar Islam di Tanah Jawa.
Dalam perjalanan hidupnya Makukuhan bertemu dengan Sunan Kalijogo, yang juga anggota Wali Songo di Bagelen Purworejo. Dari pertemuan inilah Ki Ageng Makukuhan mendapat petunjuk untuk melakukan syiar agama Islam dan mengajarkan bercocok tanam.
Warga Gunung Sumbing di Dusun Dukuh Seman, Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung menggelar nyadran klamat di makam Ki Ageng Makukuhan, Rabu (22/3/2023). Foto: ari/Tugu Jogja
Dari Ki Ageng Makukuhan ini pula masyarakat Sumbing konon mendapatkan ilmu bagaimana membudidayakan tembakau. Tanaman tembakau di lereng Sumbing sampai saat ini dikenal memiliki kualitas terbaik dunia, seperti jenis srintil. Ki Ageng selain melakukan syiar agama, mengajarkan bercocok tanam, juga dikenal sebagai tabib, juga memiliki keahlian dalam seni budaya.
ADVERTISEMENT
Sosoknya kemudian begitu dihormati masyarakat di wilayah eks Karesidenan Kedu dan masyarakat Kendal terutama wilayah Sukorejo. Maka nyadran punggahan salah satunya digelar untuk menghormari mendiang Ki Ageng Makukuhan bersama para pengikutnya. (ari)