PP Muhammadiyah Tanggapi Sikap Sejumlah Kampus yang Kritik Pemerintahan Jokowi

Konten Media Partner
5 Februari 2024 20:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi yang sampaikan soal Presiden bisa mengikuti kampanye dengan syarat. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi yang sampaikan soal Presiden bisa mengikuti kampanye dengan syarat. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjelang pemilu 2024, gelombang protes terus bermunculan dari berbagai perguruan tinggi termasuk di Yogyakarta seperti UGM, UII, UMY dan lain sebagainya. Mereka mengeluarkan petisi berisi kritik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan menyinggung soal etika hingga kenegarawanan.
ADVERTISEMENT
Rata-rata civitas akademika dari berbagai kampus itu menyuarakan kegelisahan terhadap terhadap masa depan demokrasi dan masa depan Indonesia apalagi belum lama ini Presiden Jokowi menyatakan bahwa Presiden boleh berkampanye dan memihak.
Sontak saja hal itu memicu persepsi bahwa Jokowi tidak netral, padahal sebelumnya, seluruh aparat TNI Polri, pejabat publik hingga ASN pernah diminta untuk selalu mengedepankan netralitas nya selama Pemilu berlangsung.
"Pernyataan itu merupakan seruan moral yang seharusnya direspon positif oleh penyelenggara pemilu, pemerintah, partai politik, dan semua pihak yang berkontestasi dalam pemilu 2024," ujar Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Minggu (4/2/2024).
Mu’ti lalu menegaskan terkait adanya beberapa pernyataan yang mengatasnamakan perguruan tinggi Muhammadiyah, semuanya itu merupakan pernyataan perseorangan atau kelompok tertentu.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, pernyataan sikap itu juga diinisiasi oleh sejumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Sikap itu menurut dia sebagai wujud keresahan para guru besar dan civitas akademika. Selain itu, juga sah sebagai wujud dalam berdemokrasi. Terlebih dalam konteks ini mengkritisi dinamika yang terjadi, yang tentunya memiliki tujuan untuk menjaga masa depan demokrasi dan masa depan Indonesia.
Sehingga pihaknya tetap menghormati pernyataan dari perwakilan perguruan tinggi Muhammadiyah tersebut.
"Pernyataan yang beredar saat ini bukan pernyataan resmi yang mewakili warga Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah," pungkasnya.
Sebelumnya, para guru besar dan akademisi di berbagai kampus ternama di berbagai daerah, ramai-ramai mengeluarkan pernyataan terbuka soal kondisi demokrasi era Jokowi yang akhir ini carut-marut.
Salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah yakni UMY yang disampaikan oleh Rektor UMY, Gunawan Budiyanto, menilai proses demokrasi saat ini mulai menjauhi cita-cita kemerdekaan Indonesia. Sehingga kampus dinilai perlu ikut terlibat dalam upaya mengembalikan demokrasi di Indonesia kembali ke cita-cita tersebut melalui pernyataan sikap yang diadakan ini.
ADVERTISEMENT
Civitas akademika UMY berharap penyelenggara negara bisa menjadi teladan dalam penegakan prinsip-prinsip konstitusi dan etika bernegara bagi warganya
"Kita bukan partisan. Sangat tidak pantas kalau kampus itu menjadi partisan, jadi kampus itu menjadi social kontrol terhadap pelaksanaan berbangsa dan bernegara," pungkasnya.
(M Wulan)