Mardani Sebut Naga Tak Akrab dengan Budaya RI, Budayawan: Ada di Legenda Jawa

Konten Media Partner
3 Januari 2022 18:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi naga. Foto: Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi naga. Foto: Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keberadaan patung naga di Bandara YIA, Kulon Progo belakangan menuai sorotan. Salah seorang politikus PKS, Mardani Ali Sera, menyebutkan jika naga bukan simbol yang akrab dengan Budaya Indonesia. Namun pengamat budaya Jawa, Djarot Heru Santosa berpendapat lain.
ADVERTISEMENT
Pendidik di Prodi Sastra Jawa FIB UGM itu menyebut bahwa anggapan bahwa naga tidak memiliki kedekatan dengan budaya Indonesia itu menurutnya tidak tepat. Akan tetapi, memang dalam perkembangannya anggapan itu juga bisa dipengaruhi dengan adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha serta China.
“Kalau saya menganggap akrab (keberadaan naga dengan budaya Indonesia). Sebagai salah satu peninggalan budaya Hindu-Budha dan pengaruh budaya China di lingkungan kita,” ujar Djarot saat dihubungi pada Senin (3/1/2022).
Ketika ditanya lebih lanjut apakah kepercayaan yang berkembang di masyarakat Indonesia khususnya Jawa soal makhluk mitologi berwujud ular raksasa tersebut sepenuhnya berasal dari pengaruh kebudayaan luar, ia mengaku belum bisa memastikan. Akan tetapi, ia menduga bahwa hal itu sudah berlangsung sejak lama.
ADVERTISEMENT
“Saya belum berani memastikan, namun dilihat dari munculnya pengaruh Hindu-Budha dan dalam cerita rakyat/legenda Jawa sudah ada, maka bisa dikatakan sudah sejak lama ada,” sebutnya.

Alasan Naga Diterima Masyarakat Indonesia

Ia kemudian menjelaskan mengapa naga ini bisa diterima oleh masyarakat Indonesia hingga kemunculannya banyak ada di berbagai tempat seperti pintu gerbang, sampai dengan hikayat masyarakat. Ada sejumlah faktor yang mendasari namun salah satunya ialah soal estetika.
“Ornamen dan penggambaran bentuk naga/ular (dalam budaya kita) sangat indah dan enak dipandang. Itu yg membuat kita bisa menerima simbol naga/ular itu dengan baik. Ornamen ukiran gebyok, rana/penyekat dan semacamnya juga banyak muncul ornamen ular naga,” ungkapnya.
Meski demikian terlepas dari hal itu tentu saja, naga dalam budaya Jawa punya pembedanya sendiri dengan yang ada di China. Dalam kisah, naga Jawa digambarkan sebagai ular raksasa dan tak berkaki.
ADVERTISEMENT
“Itu dimaknai sebagai sang penjaga mata angin artinya bahaya dari segala arah penjuru angin. Jadi kekuatannya dianggap dahsyat untuk penangkal dan perlindungan,” sebutnya.