Derita Warga Gunungkidul, Antri Berhari-hari untuk Air Bersih

Konten Media Partner
20 Oktober 2019 16:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Gunungkidul yang hrus antri untuk dapat air bersih, Minggu (20/10/2019). Foto: erl.
zoom-in-whitePerbesar
Warga Gunungkidul yang hrus antri untuk dapat air bersih, Minggu (20/10/2019). Foto: erl.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kekeringan yang melanda Kabupaten Gunungkidul kian parah. Sumber mata airpun kian berkurang debitnya, pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tak menjangkau seluruh masyarakat Gunungkidul. Satu-satunya cara yang masih diharapkan oleh warga Gunungkidul adalah dari droping air bersih baik dari pemerintah maupun pihak swasta yang peduli dengan kondisi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Namun karena permintaan dropping air cukup banyak, maka masyarakat harus mengantri cukup lama untuk mendapat pasokan air bersih melalui mobil-mobil tanki tersebut. Antrian bertambah panjang karena sumber air yang biasa diambil untuk droping air juga berkurang jumlahnya. Debit dari sumber air juga menyusut drastis sehingga terkadang membuat warga sekitar tidak mengijinkan truk tanki mengambil air.
Seperti yang diungkapkan oleh Ningsih, warga Padukuhan Gubar, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari Gunungkidul. Dusun tersebut mendapat amanah bantuan air bersih sebanyak 15 tanki dari BUMN yang perduli dengan kekeringan. Namun meskipun sudah sepekan lebih sejak pengiriman tangki air pertama, kuota 15 tangki ukuran 5.000 liter belum juga terpenuhi.
Warga Gunungkidul yang menerim bantuan air bersih. Foto: erl.
"Antrinya luar biasa. Jadi tiga atau empat hari baru bisa dikirim satu tangki,"ujarnya, Minggu (20/10/2019).
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, berdasarkan penuturan dari sopin truk tanki yang telah menyatakan kesanggupannya, permintaan droping air bersih sekarang bertambah banyak. Donatur-donatur juga banyak yang masuk ke wilayah ini juga semakin bertambah dan semuanya minta segera dikirim. Padahal armada tangki di Gunungkidul terbatas di samping juga debit dari mata air yang diambil tangki-tangki tersebut menyusut drastis.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Andi, warga Padukuhan Kerjan Desa Beji Kecamatan Patuk. Di dusunnya menerima bantuan droping air bersih sebanyak 5 tangki. Namun pengirimannya belum tahu kapan akan dilaksanakan karena memang harus antri dengan yang lain. Tak hanya itu, harganyapun sekarang naik dibanding dengan pekan yang lalu.
"Di sini biasanya satu tangki 5.000 liter itu Rp 150.000 baik diambil dari Piyungan Kabupaten Bantul ataupun dari Nglipar. Tapi sudah tiga hari ini jadi Rp 170.000-Rp180.000,"ungkapnya.
Dropping air bersih pada warga Gunungkidul yang mengalami kekeringan. Foto: erl.
Pemilik mobil tanki asal Desa Karangtengah, Titik mengaku memang kesulitan memenuhi permintaan untuk droping air yang kini kian banyak jumlahnya. Di samping karena kebutuhan masyarakat kian meningkat, kini semakin banyak donatur yang menyumbang air bersih ke masyarakat sehingga untuk memenuhinya memang harus menunggu daftar antrian.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, kondisi sumber mata air yang biasa tempat mengambil air juga sudah menyusut. Di mana biasanya masyarakat sekitar juga sudah membatasi jumlah tanki air yang mengambilnya. Bahkan ada sumber mata air yang sudah ditutup dan tidak diperkenankan diambil airnya karena debitnya menipis.
"Kemarin-kemarin sehari itu bisa 10 tanki. Sekarang sudah ndak bisa, airnya berkurang,"ujarnya.
Warga Gunungasem, Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk Mujib mengakui, kemarau kali ini memang cukup panjang. Di mana datangnya kemarau lebih awal dan berakhirnya juga lebih akhir dibanding dengan wilayah lain. Seingat dirinya, hujan terakhir yang ia alami adalah tanggal 5 Maret 2019 lalu dan sampai sekarang juga tak kunjung hujan.
"Saking panjangnya kemarau kali ini, warga di sini harus beli air dan itupun antri. Padahal tahun-tahun sebelumnya, meskipun kemarau, belum pernah beli air karena sumur gali masih ada airnya. Lha sekarang, harus beli air,"terangnya. (erl)
ADVERTISEMENT