Cerita Relawan Pengatur Lalin di Jalur Longsor Bantul: Dimarahi dan Diancam

Konten Media Partner
20 November 2022 16:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Relawan yang berjaga untuk atur lalu lintas di jalur longsor di Gunungkidul. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Relawan yang berjaga untuk atur lalu lintas di jalur longsor di Gunungkidul. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akhir pekan menjadi hari yang paling sibuk untuk Yoga, Febry dan Ardi. Ketiganya adalah bagian dari relawan yang bertugas menjaga sistem buka tutup di lokasi longsoran jalur Jogja-Wonosari Km 17 tepatnya di Dusun Plesedan Kalurahan Srimulyo Kapanewon Piyungan Bantul.
ADVERTISEMENT
Setiap akhir pekan, jumlah kendaraan yang melintas naik tajam bahkan 2 atau tiga kali lipat dari hari biasa. Oleh karenanya, mereka harus bekerja ekstra keras karena tak sedikit pengguna kendaraan yang tak mematuhi anjuran mereka.
Seperti yang banyak diunggah di media sosial, seperti akun tiktok @prayoga ataupun @cctvpiyungan. Keduanya sering mengunggah pengendara mobil dan juga bus menerobos barikade waterbarrier dengan masuk ke jalur lawan arah.
Mereka tidak bersedia mengantre meskipun di jalurnya nampak berjajar puluhan kendaraan roda empat. Mereka berpikir bisa lancar dengan tidak mengantre di jalurnya. Namun kenyataannya justru memicu kemacetan menjadi lebih lama dan lebih panjang.
Karena ketika bus ataupun mobil nekat mengambil jalur berlawanan tiba-tiba dari arah berlawanan jalur sudah dibuka sehingga kendaraan langsung meluncur. Kendaraan dari arah berlawanan akhirnya bertemu. Hal ini otomatis memaksa kendaraan yang menerobos antrean tersebut harus berjalan mundur kembali.
ADVERTISEMENT
"Ya itu risikonya. Harus mau berjalan mundur agar tidak ada kemacetan. Tentu ini menambah lama antrean," kata Yoga, Minggu (20/11/2022).
Agar tidak terus terulang, para relawan bertindak tegas meskipun masih banyak yang ngeyel. Tak sedikit dari pengguna kendaraan yang memarahi, mengejek hingga bahkan mengancam para relawan. Tak sedikit yang menantang berkelahi. Namun demikian, mereka tetap teguh menjalankan amanah tersebut agar jalan tetap lancar.
"Dimarahi, diejek dan diancam sudah menjadi makanan sehari-hari. Karena memang perilaku pengendara masih banyak yang tidak mematuhi imbauan," ujarnya.