Begini Respons Muhammadiyah soal Jemaah Aolia Gunungkidul yang Lebaran Duluan

Konten Media Partner
8 April 2024 11:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. Foto: M Wulan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. Foto: M Wulan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul hingga saat ini masih menjadi perbincangan publik setelah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah lebih awal dibandingkan pemerintah dan Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Jamaah Aolia itu telah melaksanakan Salat Idul Fitri 2024 pada Jumat (5/4/2024), lalu. Menanggapi hal itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan pihaknya tetap menghormati keputusan tersebut.
Kata dia, dari perbedaan itu yang terpenting adalah tidak menyimpang dari ajaran utama nilai-nilai keagamaan.
"Kita toleran saja terhadap perbedaan itu," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Minggu (7/4/2024).
Kendati demikian, Haedar merasa perlu adanya dialog yang melibatkan tokoh setempat, pihak terkait, hingga ormas keagamaan agar aliran keagamaan ini tidak menyimpang dari syariat Islam. Menurut dia, sejak dulu, tokoh-tokoh setempat itu memiliki peran sebagai key person yang bisa menjadi mediator fasilitator pendamai dan penyatu.
"Kami berharap ormas-ormas kemasyarakatan, mari kita introspeksi diri jangan sampai kita tercerabut dari akar warga, akar masyarakat, akar umat. Boleh ada perhatian pada politik tapi tugas utama kita membangun masyarakat," ucap dia.
ADVERTISEMENT
"Apabila ada yang dinilai terlalu jauh diharapkan bisa mengutamakan semangat dialog untuk mencari penyelesaian," sambungnya.
Lebih lanjut, Haedar mengajak setiap tokoh agama bisa beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar, menggunakan ilmu dan akal sehatnya.
Dia meminta agar tidak ada yang mempermainkan ajaran Islam dan berdalih telah bicara dengan Allah SWT. Sementara itu, seluruh umat juga diminta menghargai perbedaan termasuk sesama umat Muslim.
Pasalnya toleransi itu bakal menjadi hal mendasar dalam kehidupan majemuk di Indonesia yang musti dipelihara.
"Kalau ada masalah, entah itu terkait keagamaan atau persoalan sosial lain, upayakan kedepankan dialog," imbuhnya.
Sebelumnya diketahui, Mbah Benu dan Jamaah Aolia di Gunungkidul menyita perhatian warganet secara luas karena pernyataannya usai merayakan Idul Fitri lebih awal dari umat Islam lainnya.
ADVERTISEMENT
Pimpinan Jemaah Masjid Aolia itu mengaku sudah menelepon Gusti Allah untuk menentukan 1 Syawal yang kemudian mengundang perhatian dari warganet. Ucapan itu kemudian diklarifikasinya karena mengundang pro kontra di masyarakat.
"Jadi terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Gusti Allah SWT, itu sebenarnya hanya istilah. Yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya, kontak batin dengan Allah SWT," ujar Mbah Benu dikutip dari akun @merapi_uncover.
(M Wulan)