Usung Anies-AHY, Istana Mati Gaye

Tony Rosyid
Pengamat politik
Konten dari Pengguna
27 Mei 2018 12:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tony Rosyid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jokowi belum aman. Tidak saja elektabilitas, tapi juga tiket. Fahri Hamzah malah bilang: Jokowi tak akan dapat tiket. Boleh jadi. Prediksi Fahri bisa benar, bisa salah.
ADVERTISEMENT
Jika PDIP dan Golkar tarik diri, Jokowi tak dapat tiket. Mana mungkin? Bisa saja. PDIP ingin Puan Maharani jadi cawapres. Istana keberatan. Alias menolak. Meski agak halus. Mana berani terang-terangan. Kalau PDIP ngotot, bisa jadi akan ada konflik yang mengakibatkan tarik dukungan ke Jokowi.
Golkar dikenal sebagai partai terlincah. Pertama, Manuvernya tak mudah dibaca arahnya, apalagi dikendalikan. Sangat dinamis. Partai tua yang mampu menjaga stabilitas konstituennya. Kedua, banyak senior berpengalaman, matang dan berpengaruh. Dari pengaruh tangan para senior, peta bisa dirubah seketika. Tarik dukungan? Sangat terbuka.
Kurang kuatnya apa Akbar Tanjung dan Setya Novanto, tumbang di tangan para senior yang piawai merubah arah politik.
PDIP dan Golkar, tak ada yang menjamin dukungannya ke Jokowi bertahan sampai akhir waktu pendaftaran ke KPU. Apalagi, elektabilitas Jokowi tak terlalu menggembirakan, alias menghawatirkan. Begitu muncul tokoh yang kuat, dukungan bisa berbalik.
ADVERTISEMENT
Selama lawannya Prabowo, istana boleh merasa aman. Tidak meremehkan, tapi kalkulasi survei memang demikian. Meski, semua tetap bisa berubah. Khusus Jokowi vs Prabowo,, harapan untuk berubah sangat kecil. Alias diragukan.
Jokowi tak aman, apalagi Prabowo. Prabowo juga tak aman. Baik elektabilitas, maupun kecukupan tiketnya. Sebab, Gerindra mesti koalisi kalau Prabowo mau tetap maju. Dengan siapa? Itulah masalahnya
Dengan PKS, Gerindra menolak Ahmad Heryawan (Aher). Prabowo-Aher, gak deal. Prabowo-Anis Matta? Belum jelas, karena belum ada penjajagan. Dengan PAN? Apalagi. Prabowo-Zulkifli Hasan nyaris tak terdengar suaranya. Dengan PKB? Prabowo-Muhaimin akan selalu dibayang-bayangi kardus duren. Demo terhadap kasus ini sedang dimainkan. Dengan Demokrat? Prabowo-AHY tak dapat restu Sang Ayah. Sang Ayah, entah karena tak yakin pada Prabowo. Atau ada jejak masa lalu yang tak terlupakan, tak setuju Prabowo capres.
ADVERTISEMENT
Jalan buntu mesti terurai kalau partai oposisi ingin berhenti puasa. Mesti sedikit melepaskan mindset kepartaian jika ingin menguasai istana. Caranya? Cari pasangan alternatif.
Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (ABW-AHY), bisa jadi pasangan ideal. Anies mewakili Gerindra-PKS-PAN. AHY mewakili Demokrat. Jumlah kursi Demokrat 61. Sedikit di bawah Gerindra, yaitu 73. Jadi, proporsional jika Demokrat dapat cawapresnya.
Anies punya narasi dan personifikasi yang relatif ideal. Kapasitas dan integritasnya diterima kelompok nasionalis dan religius. Abangan terima, ulama terima. Santri nerima, akademisi apalagi. Tapi yang paling menonjol dalam diri Anies adalah kemampuan konseptual dan oralnya. Ini jadi modal besar dalam komunikasi politik dan poin debat. Disamping dukungan luar negeri non-China.
Ada yang seloroh, debat sama Anies, Jokowi bisa ditelan mentah-mentah. Sudah mulai banyak yang membandingkan pidato Anies dengan Jokowi. Dalam hal ini, memang publik menilai sangat kontras.
ADVERTISEMENT
Sementara AHY adalah anak muda yang sedang bersinar. Ganteng, cerdas, dan santun. Secara psikologis, sangat digandrungi ibu-ibu dan para remaja. AHY itu milenial banget.
Jika Jokowi naik motor Cooper, berjaket ala anak muda, lalu berkeliling ke kampung-kampung. Besoknya, berita jadi heboh. Gambaran milenial Jokowi akan berakhir dan tamat jika AHY naik motor gede, lalu menyapa ibu-ibu dan anak-anak muda. Kelompok milenial akan tersapu bersih untuk AHY. Padahal jumlahnya hingga 40%.
Di sisi substansial konsep dan kinerja Jokowi dihadang oleh Anies. Dan di sisi pencitraan milenial, ditutup oleh AHY. Dua pintu branding Jokowi akan terhadang.
Bagi istana, majunya pasangan ABW-AHY itu petaka. Terlalu sempurna untuk bisa dilawan. Sempurna, karena pertama, pasangan ini akan mengkompromikan empat partai oposisi istana. Kedua, merepresentasikan semua kalangan. Anies akademisi sipil, nasionalis-moderat dan dekat dengan para ulama. AHY militer, muda dan milenial banget. Ketiga, elektabilitas Anies dan AHY selalu berada di urutan 3-5 besar. Selain ada sosok Gatot Nurmantyo yang masih sibuk menyelesaikan masalah komunikasinya dengan Habib Rizieq.
ADVERTISEMENT
Dari data tersebut, Anies-AHY tidak hanya solusi bagi kebuntuan koalisi, tapi juga pasangan yang bisa diharapkan untuk 2019 Ganti Presiden. Sebab, berhadapan dengan pasangan ABW-AHY, istana diprediksi bisa mati gaye.
Jakarta, 27 Mei 2018.