Konten dari Pengguna

Model Komunikasi Friedemann Schulz von Thun

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
13 Februari 2024 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Friedemann Schulz von Thun adalah seorang psikolog Jerman dan ahli dalam komunikasi antarpribadi dan intrapribadi. Schulz von Thun bekerja sebagai seorang profesor psikologi di Universitas Hamburg hingga pensiunnya pada 30 September 2009.
Berkomunikasi yang baik membutuhkan pengalaman berkomunikasi. Foto: https://www.pexels.com/
zoom-in-whitePerbesar
Berkomunikasi yang baik membutuhkan pengalaman berkomunikasi. Foto: https://www.pexels.com/
Di antara berbagai publikasinya adalah seri buku tiga bagian berjudul "Miteinander Reden" (Bicara Satu Sama Lain) yang telah menjadi seri buku teks standar di Jerman dan banyak diajarkan di sekolah, universitas, dan pelatihan keterampilan vokasional.
ADVERTISEMENT
Schulz von Thun mengembangkan sejumlah model teoritis komprehensif untuk membantu orang memahami penentu dan proses pertukaran antarpribadi. Schulz von Thun (2023) mengatakan bahwa setiap pesan komunikasi memiliki empat lapisan yaitu (1) Isi dari sesuatu yang diinformasikan (2) Permintaan dari sesuatu yang ingin diraih (3) Hubungan antara komunikator dan penerima pesan (4) Pengungkapan diri yaitu sesuatu yang diperlihatkan dari diri pemberi pesan.
Sesungguhya, kita sering menjumpai jenis komunikasi yang bermasalah dalam kehidupan sehari-hari karena tidak memahami lapisan-lapisan komunikasi di atas. Tetapi, lapisan komunikasi tidak cukup. Pesan harus dipahami berdasarkan pengalaman percakapan yang diletakkan dalam konteks dan level komunikasi karena menurut Konrad Lorenz (2023), sesungguhnya apa yang dipikirkan tidak selalu diucapkan, apa yang diucapkan tidak selalu didengar, apa yang didengar tidak selalu disetujui, apa yang disetujui tidak selalu dilakukan, apa yang dilakukan tidak selalu dilakukan lagi.
ADVERTISEMENT
Dalam pengalaman percakapan kita dapat memahami karakter komunikator dan penerima pesan, konteks pembicaraan, nada bicara, dan ragam isyarat non-verbal lainnya. Dalam pengalaman berkomunikasi kita memahami strategi berkomunikasi yang baik secara verbal dan non-verbal. Hanya dengan pengalaman berkomunikasi juga, kita dapat memahami bahasa non-verbal yang sangat menentukan kesuksesan komunikasi di berbagai konteks dan level.
Komunikasi yang baik memperhitungkan konteks dan level komunikasi. Foto: https://www.pexels.com/
Bagaimana mengatasi kesalahpahaman dalam berkomunikasi yang kerap terjadi di level antar individu? Dengan saling membicarakan tentang cara kita berkomunikasi satu sama lain atau dengan mempraktikkan meta-komunikasi. Karena komunikasi yang baik terjadi apabila ada keselarasan niat dan pemahaman. Komunikasi yang baik jika memiliki argumen yang baik, cara penyampaian yang baik dan dapat memantik antusiasme lawan komunikasi di berbagai level komunikasi.
ADVERTISEMENT
Alhasil, berkomunikasi harus mempertimbangkan empat lapisan utama dalam proses berkomunikasi yaitu konten komunikasinya, ekspektasi kedua belah pihak ketika berkomunikasi, relasi antara komunikator dan komunikan saat berkomunikasi dan yang terakhir adalah representasi diri yang diharapkan dari orang-orang yang terlibat dalam aktivitas berkomunikasi. Namun, hal yang paling menentukan dalam kesuksesan berkomunikasi yang baik adalah pengalaman berkomunikasi dalam berbagai konteks dan level.