Amerika Serikat, Media Sosial, dan Gerakan Mahasiswa untuk Palestina

Muhammad Thaufan Arifuddin
Pengamat Media dan Politik. Penggiat Kajian Filsafat, Mistisisme Timur dan Cultural Studies. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
28 April 2024 12:49 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Thaufan Arifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa adalah corong kebenaran dan keadilan di seluruh dunia. Foto: www.Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa adalah corong kebenaran dan keadilan di seluruh dunia. Foto: www.Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa minggu ini, media sosial diramaikan dengan aksi solidaritas mahasiswa-mahasiswa di berbagai universitas di Amerika Serikat (AS) bergolak mendukung Palestina, mengkritik dominasi Barat dan melawan kebrutalan Israel. Aksi dukungan kemanusiaan dan kepedulian ini pun mendapatkan reaksi dari pihak keamanan di AS.
ADVERTISEMENT
Para mahasiswa yang aksi pun ditangkap dan bahkan diskors. NYPD telah menangkap lebih dari 100 demonstran di New York University (NYU) termasuk para dosen pada Senin malam (22/4/2024) kemarin menurut laporan dari Time.
Salah satu tuntutan aksi solidaritas mahasiswa di AS adalah meminta universitas-universitas mereka melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mendapat keuntungan dari pendudukan Israel selama ini di kawasan Palestina.
Mahasiswa di AS memiliki tradisi gerakan sosial yang sudah lama sejak tahun 1960-an akhir. Foto: www. Pexels.com
Sejumlah universitas yang terpantau telah membangun solidaritas untuk Palestina di antaranya adalah Universitas New York di mana mahasiswa tak hanya mendirikan tenda perkemahan “Zona Pembebasan” di Gould Plaza di NYU Stern School of Business pada 22 April 2024, tetapi juga mengadakan aksi berdoa bersama untuk Palestina; Universitas Yale di mana mahasiswa memblokir persimpangan College Street dan Grove Street, di luar Woolsey Hall, di New Haven, Connecticut; pada 22 April 2024,Universitas Michigan di mana koalisi mahasiswa berkumpul di sebuah perkemahan untuk menekan pihak universitas untuk melepaskan dana abadinya dari perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel atau yang dapat mengambil keuntungan dari konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di kampus Universitas Michigan di Ann Arbor, Michigan pada 22 April 2024, University of California, Berkeley di mana mahasiswa berkumpul di depan Sproul Hall di kampus UC Berkeley pada 22 April 2024, Universitas Columbia di mana mahasiswa menempati perkemahan untuk mendukung Palestina di halaman Universitas Columbia pada 22 April 2024.
Gerakan mahasiswa mengalami dilema di seluruh dunia hari ini antara memperjuangkan idealisme dan kepedulian sosial atau segera menyelesaikan studi untuk masuk ke dalam dunia kerja. Foto: www. Pexels.com
Selain kelima kampus besar ini, beberapa universitas lain juga ikut melancarkan aksi pro-Palestina yaitu Universitas Texas, Institut Teknologi Massachusetts, Universitas Minnesota, Universitas California, Berkeley, Universitas Pittsburg, Universitas Rochester New York, Universitas Tufts, Universitas Maryland, Universitas California Selatan, Universitas Negeri Ohio, Perguruan Tinggi Emerson Massachusetts, Perguruan Tinggi Swarthmore Pennsylvania, dan Universitas Politeknik California, Humboldt.
Universitas-universitas yang telah bergerak untuk solidaritas Palestina. Foto: CAIR California.
Bergejolaknya universitas-universitas di AS secara cepat dan masif tak lain dan tak bukan karena dua faktor yaitu pertama, faktor jaringan informasi media sosial dan kedua, tradisi gerakan sosial baru di AS. Kedua faktor ini saling interseksi hari ini sebagai faktor kuat dalam penyebaran gerakan sosial baru secara cepat dan masif.
ADVERTISEMENT
Pertama, jaringan informasi media sosial semakin terkoneksi hari ini. Semua kejadian brutal dan melawan hukum internasional yang dilakukan oleh Rezim Zionis Israel dengan mudah diakses oleh mahasiswa-mahasiswa di AS hari ini. Informasi sensitif dan menggugah nurani telah sampai ke gawai-gawai dan laptop mahasiswa-mahasiswa di AS melalui WA, Facebook, Instagram, X dan YouTube dst.
Dunia semakin kecil di era internet dan mahasiswa adalah suara hati nurani di seluruh dunia. Ketika terjadi kebiadaban Israel yang membunuh ribuan rakyat Palestina, menghancurkan fasilitas publik dengan ratusan rudal yang ditembakkan dari atas jet tempur canggih f16 dan f35 dan tak bisa lagi dicegah oleh komunitas internasional maka mahasiswa pun bergerak demi menyuarakan kemanusiaan yang universal.
ADVERTISEMENT
Kedua, tradisi gerakan sosial baru di AS. Amerika Serikat sejak tahun 60-an, 70-an, dan 80-an telah memiliki tradisi gerakan sosial baru yang sangat kritis dan umumnya berangkat dari kampus-kampus di AS misalnya Gerakan Anti-perang Vietnam, Gerakan Anti-Nuklir, Gerakan Perempuan, Gerakan Hak Sipil, Gerakan Pendudukan Wallstreet #OWS, Gerakan Anti-Globalisasi, Gerakan #BlackLivesMatter dst. Sejatinya, gerakan mahasiswa Pro-Palestina dan Anti-Israel ini hanyalah kelanjutan dari gerakan mahasiswa Anti-Perang di tahun 1970-an. Dengan kata lain, gerakan mahasiswa adalah kunci dan tradisi di AS.
Dalam pandangan Christopher Rootes, gerakan mahasiswa sesungguhnya sebuah fenomena modern yang memiliki sejarah panjang dalam setiap aksi revolusi di berbagai belahan dunia misalnya di Amerika, Prancis, Spanyol, dan Indonesia. Gerakan ini lazimnya mengkritik kebijakan, melawan elite, dan menumbangkan kekuasaan rezim otoriter yang telah mengalami krisis legitimasi dan otoritas moral. Gerakan ini menjadi lokomotif perubahan sosial dan terkadang respons terhadap perubahan kebijakan politik pemerintah atau respons terhadap situasi internasional.
ADVERTISEMENT
Di negara maju seperti AS dengan kematangan demokrasi yang baik, aksi protes mahasiswa jamaknya terjadi untuk merespons kebijakan negara yang tidak demokratis atau situasi internasional yang terkoneksi dengan rezim AS. Misalnya tahun 1960-an di Amerika, terjadi aksi protes terhadap perang Vietnam dan aksi protes untuk memperjuangkan hak sipil warga Afro-Amerika.
Yang paling inspiratif adalah aksi protes untuk kebebasan berbicara (freedom of speech) di University of Berkeley pada tahun 1964, yang mendorong aksi mahasiswa di berbagai kampus di Amerika. Pasca 2000-an hingga 2010 setelah vakum tanpa gebrakan selama satu dasawarsa di AS, aksi massa termasuk gerakan mahasiswa dikagetkan oleh revolusi demokrasi kelima dalam Occupy Wall Street (OWS). Dengan kuasa dan imajinasi teknologi media sosial, aksi massa mulai beradaptasi dengan revolusi media-informasi dan lambat laun bergeser menjadi gerakan oposisi virtual yang perlahan tumpah di jalanan.
ADVERTISEMENT
Eskalasi aksi kontemporer ini, tentu saja telah mengubah perspektif gerakan mahasiswa secara total yang dulunya ekslusif-ideologis menjadi lebih inklusif-populis. Tren lama gerakan mahasiswa yang eksklusif-ideologis memang disegani oleh elite politik dan kekuasaan otoriter, tetapi ia tampaknya hanya bertumpu pada tokoh dan organisasi mahasiswa yang terpisah jauh dari massa kecuali dalam situasi klimaks. Belum lagi, konten isunya terkadang tradisional-primordial dan efeknya temporer serta acapkali skala domestik.
Belajar dan bergerak untuk mendorong keadilan sosial adalah tugas mahasiswa di seluruh dunia. Foto: www. Pexels.com
Sangat berbeda dengan tren baru gerakan mahasiswa yang bermain dalam jejaring sosial dan tak lagi simbolik bernama gerakan mahasiswa, ketika terasa lebih populis-progresif. Semua kelas sosial terkoneksi, semua bisa berbicara dan semua bisa berbagi gagasan perubahan di mana pun, kapan pun. Tren ini tak hanya menebar horor dalam skala domestik tetapi juga merontokan keangkuhan kekuatan konspirasi-hegemonik hiperpower dunia. Tren ini juga makin menguatkan ampuhnya gerakan oposisi virtual dalam jejaring media sosial untuk mendesain kesadaran global misalnya pentingnya isu lingkungan daripada isu terorisme.
ADVERTISEMENT
Lihatlah Occupy Wall Street (OWS) sebagai protes kaum muda sosialis yang juga diprakarsai kebanyakan mahasiswa Amerika terhadap sistem Kapitalisme Liberal yang hanya menguntungkan 1% kaum kaya dan memiskinkan 99% rakyat di Amerika, telah membuat rezim Kapitalisme ketar-ketir hingga kini. Atau aksi pro-Palestina hari ini di AS yang menyebar di lebih 50 kampus besar.
Hebatnya, virus aksi massa kaum muda progresif ini telah menyebar ke seluruh dunia dan diketahui oleh hampir semua mahasiswa dan siapa pun yang mengakses media sosial semisal Instagram, TikTok, Facebook, X, Youtube dst serta menjadi gerakan universal kemanusiaan dan anti Kapitalisme-Global.
Alhasil, kebenaran dan kemanusiaan tak dapat disembunyikan. Perubahan tak bisa dielakkan. Media sosial betapa pun remehnya sungguh telah menjadi the real juggernaut yang akan menggilas kebiadaban rezim Barat dan Rezim Zionis Israel. Dunia, universitas dan mahasiswa di AS sedang melawan kebrutalan dan mendorong bangkitnya solidaritas global untuk kemanusiaan.
ADVERTISEMENT