kumparanTALK: Peluang dan Tantangan Kerja di Industri Film Hollywood

teman kumparan
Ayo gabung ke komunitas teman kumparan!
Konten dari Pengguna
2 April 2020 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari teman kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Hollywood. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Hollywood. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemajuan di era global membuat peluang industri kerja menjadi tidak terbatas. Batasan negara dan demografi tak lagi menjadi hambatan bagi seseorang untuk berkarir. Siapapun bisa berkarir di bidang yang diminatinya, asalkan memiliki kemauan yang keras untuk bisa mewujudkannya.
ADVERTISEMENT
Teddy Setiawan merupakan salah satu orang Indonesia yang meniti karir di industri film hollywood. Sederet film terkenal seperti Crazy Rich Asian dan John Wick 3 merupakan hasil kontribusi Teddy sebagai Art Director atau Set Designer. Semua aspek visual di luar kostum dan pencahayaan, seperti warna, ruangan, dekorasi, benda-benda yang digunakan para aktor dan aktris, makanan, tanaman/landscaping merupakan tanggung jawab Teddy pada saat proses syuting berlangsung. Di Indonesia, pekerjaan itu disebut sebagai Bagian Tata Artistik.
Sukses berkarir di Negeri Paman Sam, Teddy mengatakan bekerja di bidangnya bukanlah perkara yang mudah. Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dari bekerja di industri film Hollywood adalah susunan anggota tim yang dapat berubah-ubah pada setiap pekerjaan. Selain itu, profesionalisme pekerja juga dipertanyakan, sehingga memerlukan upaya dan kerja keras untuk mendapatkan hasil kerja yang terbaik.
ADVERTISEMENT
“Bekerja dalam tim dengan berbagai latar belakang bukanlah hal mudah. Sebagai kru yang memegang paspor Indonesia, banyak produksi yang akan bertanya-tanya, apakah kita mampu dan mempunyai standar? Di sinilah pentingnya membuktikan profesionalisme kita. Profesionalisme dan kualitas hasil kerja adalah salah satu nilai jual paling penting. Kemampuan kerja sama dalam tim juga menjadi salah satu pertimbangan sebuah produksi film untuk mempekerjakan kru film.”
Pada kumparanTALK hari ini, teman kumparan berkesempatan membahas mengenai Peluang dan Tantangan Kerja di Hollywood bersama Teddy Setiawan. Penasaran seperti apa keseruannya? Simak rangkumannya di bawah ini.
Poster kumparanTALK. Foto: Dok. kumparan
Tanya: Gimana sih cara kita masuk ke dunia film? Apa langkah awalnya? Dan kalau kita punya karya harus dibawa ke mana?
ADVERTISEMENT
Jawab: Sejujurnya saya masuk ketika diajak kawan saya yang kebetulan sudah bekerja di industri ini. Itu pun saya mulai dari sekedar bantu angkat-angkat alat, kalau istilah mereka posisinya itu disebut ‘runner’. Kemudian setelah tahu background dan kemampuan teknis yang saya punya, saya baru diminta untuk membantu sebagai set designer.
Soal kalau punya karya bisa dibawa ke mana? Jujur industri film ini sampai saat ini masih belum ada jalur rekrutmen yang resmi/jelas, bahkan sangat jarang ‘buka lowongan kerja’. Tapi kalau untuk Art Department boleh kok kalau mau kirim portofolio ke saya.
Tanya: Menurut Mas Teddy, apa yang kurang dari industri film di indonesia ?
Jawab: Sistem industrialisasinya. Begini kira-kira, kalau industri film Hollywood/Inggris itu sistemnya seperti sebuah pabrik manufaktur maju. Katakanlah seperti pabrik mobil atau korporasi multinasional. Industri film Indonesia saat ini mungkin kalau diibaratkan masih ada di tahap industri rumahan. Pembagian kerjanya masih belum begitu terspesialisasi (satu orang masih harus memegang beberapa peranan/tanggung jawab); jam/waktu kerja dan upah kerja masih belum ada standar; kurang aturan-aturan baku/produk hukum untuk melindungi dan mengatur industri film Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bukan berarti kualitas akhirnya tidak bagus/baik. Kualitas film Indonesia bisa bersaing dengan film asing. Tetapi proses pembuatannya masih banyak yang dapat diperbaiki.
Tanya: Apakah dunia film bisa menghargai kemampuan otodidak? Maksudnya tidak ada background pendidikan di perfilman sama sekali. Adakah tips untuk terus mengembangkan kemampuan di bidang perfilman secara otodidak?
Jawab: Saya tidak ada background pendidikan perfilman sama sekali. Saya banyak bertanya dan memperhatikan saat saya menjadi runner. Berikut tips mengembangkan keahlian/kemampuan/pengetahuan di bidang perfilman secara otodidak. Sekarang kan internet memudahkan kita untuk belajar apapun, cukup masukkan kata kuncinya, kita bisa lihat dan belajar, seperti misalnya:
- perbandingan antara skenario dan scene di film yang sudah jadi
(script to film breakdown banyak yang bahas ini di YouTube).
ADVERTISEMENT
- The Art of (masukkan judul film) kalau ini banyak di internet dan juga buku-buku yang diterbitkan.
- cinematography 101 atau dasar-dasar sinematografi.
- dasar-dasar editing dan sebagainya.
Tanya: Apa suka dukanya ketika garap film Crazy Rich Asians?
Jawab: Dukanya dulu deh ya:
1. Waktu pembuatannya cukup mepet untuk film sekaliber Crazy Rich Asians, jadi kami kerja ekstra keras dan harus efektif dan efisien.
2. Beban moralnya cukup besar, mengingat Crazy Rich Asians ini buku yang sangat terkenal. Karena saya pribadi pun sempat kecewa menonton beberapa film adaptasi dari buku yang ternyata filmnya tidak sesuai ekspektasi.
3. Duka personal, saking sibuknya saya sampai nggak sempat main ke lokasi shooting untuk melihat hasil pekerjaan saya.
ADVERTISEMENT
Sukanya:
1. Filmnya ternyata sukses, orang-orang banyak yang suka dan untuk waktu kerja yang singkat, hasilnya cukup memuaskan
2. Pekerjaannya menantang, tidak banyak film yang memberi kita kesempatan untuk mendesain interior pesawat, rumah seperti istana, pesta di beberapa spot turis terkenal di Singapura, pesta dan upacara pernikahan impian
3. Pekerjaan ini memberi saya kesempatan untuk mengangkat budaya Asia Tenggara khususnya, Asia umumnya yang sebelumnya tidak banyak mendapat tempat di dunia perfilman Hollywood
Tanya: Film apa saja yang disukai? Berdasarkan apa?
Jawab: Film yang saya sukai banyak banget. Waktu kecil saya suka semua film Indiana Jones karena petualang keren, saya suka anime (tidak jarang terinspirasi dan mengambil referensi dari setting latar belakang di anime). Romantic comedies itu salah satu genre yang underrated, karena tidak mudah membuat romantic comedies yang bagus. Kalau belum nonton tonton deh film-film yang dibuat Richard Curtis. Berikut lebih lengkapnya:
ADVERTISEMENT
- film India, terutama buatannya Aamir Khan, kalau yang belum nonton di layanan streaming yang cukup besar ada yang judulnya Dangal itu bagus banget, bisa ditonton bersama keluarga.
- Film Indonesia akhir-akhir ini saya suka film yang ditulis/disutradarai Gina S. Noer.
- Film festival beberapa juga saya suka.
- Film di luar produksi Hollywood, biasanya ceritanya dan pendekatan visualnya lebih beragam.
Bagi teman kumparan yang ingin berdiskusi lebih lanjut seputar industri film bersama Teddy, dapat berkunjung ke Instagram pribadi milik Teddy di bawah ini.
kumparanTALK Milennial masih akan berdiskusi dengan narasumber lain yang nggak kalah menarik, loh.
Tertarik ikuti keseruannya? Yuk gabung di Grup WhatsApp Teman kumparan Milennial.
ADVERTISEMENT