Impostor Syndrome: Si Hobi Merasa Tidak Layak Sukses

Tavita Narazelda
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
16 November 2022 11:06 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tavita Narazelda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.shutterstock.com/image-vector/impostor-syndrome-word-concepts-banner-psychological-2063975111
zoom-in-whitePerbesar
https://www.shutterstock.com/image-vector/impostor-syndrome-word-concepts-banner-psychological-2063975111
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata "impostor" belakangan ini, tepatnyanya sejak pandemi semakin sering kita dengar akibat game viral saat awal pandemi 2020 dan sempat ramai di kalangan remaja, Among Us. Dalam game ini, terdapat karakter impostor yang dihindari oleh karakter lain karena ia memiliki keahlian dalam menipu dan dapat mematikan pemain yang lain. Tahukah kamu? dalam kehidupan sehari-hari, ternyata banyak impostor yang dapat kita temui dalam bentuk sindrom atau yang biasa dikenal dengan Impostor Syndrome.
ADVERTISEMENT
Impostor Syndrome pertama kali dicetuskan oleh dua orang psikolog klinis bernama Dr. Pauline dan Suzanne A. Imes pada tahun 1978.
Impostor Syndrome adalah keadaan dimana seseorang tidak mampu menginternalisasi pencapaian mereka dan mengalami ketakutan berlebih akan sebutan penipu.
Singkatnya, Impostor Syndrome adalah gagasan bahwa seseorang sukses hanya karena keberuntungan, bukan karena kualifikasi diri.
Sifat-sifat seperti apa yang rawan dicurigai sebagai Impostor Syndrome?
Ketika dipuji oleh orang lain, seseorang dengan Impostor Syndrome akan merasa tidak percaya dengan kerja kerasnya dan kemampuan yang dimilikinya. Pujian yang ia peroleh hanya dianggap sebagai belas kasihan dan hoki semata. Ketika berbuat kesalahan, ia akan menilai dirinya rendah, tidak peduli walau hanya kesalahan kecil. Perasaan palsu menyebabkan terjadi konflik antara persepsi diri sendiri dengan bagaimana cara orang lain memandangnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini disebabkan karena pengidap Impostor Syndrome akan terobsesi bahwa suatu saat mereka akan melakukan kesalahan dan menerima feedback negatif dari orang lain. Bahkan, Impostor Syndrome dapat memicu siklus kecemasan, depresi, dan rasa bersalah. Seseorang yang hidup dalam rasa ketidakpantasan dan memperjuangkan sebuah kesempurnaan dalam segala hal membuat diri akan terbiasa dengan hal tersebut. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, ia akan selalu merasa tidak berharga jika targetnya tidak tercapai, merasa kelelahan, kewalahan, dan jika dibiarkan berlarut-larut dapat menyebabkan gangguan kecemasan kemudian berakhir pada depresi.
Contoh kasus
Ana mendapatkan nilai tertinggi dalam salah satu mata pelajaran, bukannya merasa bahagia, Ana malah merasa tidak pantas mendapatkan nilai tersebut. Timbul perasaan was-was jika nanti mendapat nilai jelek, orang lain akan menuduh Ana mencontek, padahal Ana sudah belajar dengan keras, bahkan sampai mengikuti les private.
ADVERTISEMENT
Impostor Syndrome bisa diatasi!
Terdapat beberapa strategi yang dapat kita lakukan untuk membantu mengatasi Impostor Syndrome. Pertama, sadar akan pentingnya validasi perasaan. Ketika merasa diri senang atas pencapaian yang telah dilakukan, akui diri senang, begitu juga sebaliknya. Ketika gagal mencapai target, akui perasaan sedih dan berusahalah meningkatkan kemampuan, bukan malah merasa ragu terhadap kemampuan diri. Kedua, berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Tanamkan pada diri bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Orang lain bukanlah sebuah tolak ukur kesuksesan diri. Bersyukurlah atas hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kamu akan merasa cukup. Terakhir, cobalah untuk melawan pikiran negatif. Pikiran negatif memang susah untuk dicegah, namun bukan berarti tidak bisa. Berikan afirmasi terhadap diri dengan hal-hal positif dan ucapkan berulang-ulang setiap hari.
ADVERTISEMENT
Merasa familiar dengan gejala-gejala impostor syndrome di atas? Kalau kamu mencurigai diri mengalami Impostor Syndrome, sebaiknya berkonsultasilah dengan psikolog ataupun orang-orang yang ahli di bidang ini. Cobalah menerapkan strategi-strategi di atas, namun jika merasa semakin terganggu pergilah mencari bantuan profesional. Jangan sampai self-diagnosis yaa!
Kesimpulan
Poin yang perlu digarisbawahi mengenai Impostor Syndrome ini adalah ubah pola pikir mengenai kesuksesan karena kesuksesan bukan segalanya. Gagal merupakan bagian dari proses hidup. Gagal mencapai target bukan berarti kita merupakan seorang yang gagal dan menjadikan diri sebagai penipu. Mengakui kemampuan diri, menikmati kesuksesan sebagai hasil kerja keras, merasa diri sendiri layak mendapatkan setiap hal baik, semua itu dapat membantu menciptakan diri yang sehat, terutama terhadap kondisi psikologis. Semangat melawan perasaan palsu!
ADVERTISEMENT
Referensi
Bennett, J. (2021). How to Overcome Impostor Syndrome. nytimes.com. https://www.nytimes.com/guides/working-womans-handbook/overcome-impostor-syndrome
Raypole, C. (2021). Imposter Syndrome: What It Is & How to Overcome It. healthline.com. https://www.healthline.com/health/mental-health/imposter-syndrome#takeaway
Anonim. (2021). Imposter Syndrome. psychologytoday.com. https://www.psychologytoday.com/us/basics/imposter-syndrome