Mengajari Anak Naik Sepeda: Tantangan dan Kebahagiaan Sebagai Orang Tua

Tantan
Praktiisi Pendidikan, merupakan Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung, Tinggal di Kota Moci
Konten dari Pengguna
28 April 2024 15:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tantan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Belajar Bersepeda (Poto: Pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Belajar Bersepeda (Poto: Pexels.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanpa sadar, saya berteriak, “Yee…. sekarang kamu bisa naik sepeda Nak”. Sebuah teriakan yang sedikit histeris, dengan tanpa mempedulikan tetangga dan tukang sayur di jalan depan rumah saya yang berada di sebuah komplek.
ADVERTISEMENT
Walaupun tidak rutin, anak saya belajar bersepeda hampir dua tahun dan masih belum bisa juga. Namun di pagi itu saya terperangah, melihat sibungsu bisa menggowes sepedanya beberapa langkah dan akhirnya bisa melaju tanpa terjatuh. Heran, bangga dan bahagia tercampur saat itu ketika melihat anak ke empat saya bisa mengendarai sepeda roda dua.
Mungkin semua pembaca pernah mengalami hal di atas, terlebih bagi orang tua seperti saya yang memiliki anak lebih dari satu, akan memiliki pengalaman yang unik ketika mengajari masing-masing anak naik sepeda.
Mengajari anak naik sepeda adalah sebuah keharusan, apalagi sebagai seorang Muslim yang diperintahkan oleh Rosul untuk mengajari anaknya berkuda, yang pada jaman ini kuda sudah jarang kita dapatkan kecuali di tempat-tempat rekreasi tertentu.
ADVERTISEMENT
Menurut hemat penulis sepedalah yang sepadan dan mudah didapat untuk menggantikan kuda. Bagi saya bermain kuda dan bersepeda, meskipun berbeda dalam konteksnya, namun memiliki persamaan dalam hal makna atau manfaat yang bisa diperoleh, baik dari olah raga, transportasi, rekreasi dan bahkan sepeda sebagai dasar bagi setiap orang untuk bisa mengendarai berbagai jenis kendaraan.
Bukan suatu hal yang mudah mengajari anak naik sepeda, saya memiliki empat orang anak, semuanya memiliki tantangan tersendiri dengan cara mereka sampai bisa naik sepeda yang berbeda-beda. Terkadang rasa kesal dan putus asa sering menyelimuti perasaan ketika kita mengajarkan sepeda pada anak kita.
Anehnya terkadang ada yang hanya tiga kali belajar langsung bisa, ada yang harus betahun-tahun baru bisa. Ada yang susah belajar bersama orang tuanya, namun tiba-tiba ia dengan sendirinya bisa ketika bermain dengan teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Kalau diperhatikan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi bervariasi, hal tersebut dikarenakan fitrah setiap anak itu memiliki perbedaan, terlebih lagi ditambah perlakuan orang tua dan lingkungan yang ikut membentuk perbedaan tersebut.
Perbedaan tersebut terletak bagaimana keseimbangan, tingkat kecemasan dan ketakutan, tingkat kesabaran, kondisi motorik, tingkat konsentrasi dan faktor motivasi. Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan fisik, mental, dan emosional mereka yang setiap orang tidak sama.
1. Keseimbangan.
Mengendalikan keseimbangan saat naik sepeda adalah keterampilan dasar yang harus dipelajari anak. Proses ini bisa sulit karena membutuhkan koordinasi tubuh yang baik, yang belum sepenuhnya terbentuk pada anak-anak.
Ketika kita mendampingi anak belajar bersepeda dengan memegang bagian depan, bahu atau belakang sepeda, itu adalah bagian dari proses pembelajaran pembentukan keseimbangan pada anak.
ADVERTISEMENT
Kadang kita suka kesal karena dengan cara itu tidak terlihat perkembangan keseimbangannya, namun itulah sebuah proses yang mungkin tidak langsung didapatkan pada hari itu, jadi bersabarlah bagi orang tua jangan sampai merusak mental anak kita, karena tidak bisa terus kita membentak mereka.
2. Ketakutan dan kecemasan.
Beberapa anak mungkin merasa takut atau cemas saat pertama kali mencoba mengendarai sepeda. Rasa takut ini bisa muncul karena ketakutan jatuh atau mengalami cedera.
Hal ini wajar bagi anak, perlu dukungan dan motivasi terus dari orang tua ketika anaknya jatuh dari sepeda supaya tetap memberikan semangat supaya mereka tidak kapok untuk belajar. Karena dengan takut yang berlebihan inilah yang menghambat anak untuk bisa naik sepeda.
ADVERTISEMENT
3. Kesabaran dan dukungan yang dibutuhkan.
Kesabaran setiap orang itu berbeda, begitupun juga dengan anak, ada yang mudah putus asa ketika satu atau dua kali mereka mencoba namun tetap tidak bisa. Bagi kita pun sebagai orang dewasa mengajari anak naik sepeda membutuhkan kesabaran yang besar, anak kita perlu dukungan kita yang konsisten.
Setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda, dan mungkin memerlukan waktu yang berbeda untuk merasa nyaman dengan keterampilan baru ini.
4. Kondisi fisik dan koordinasi motorik.
Keterampilan motorik halus dan kasar yang diperlukan untuk mengendalikan pedal, rem, dan kemudi sepeda bisa sulit bagi anak-anak yang masih dalam tarap pegembangan kemampuan ini. Perkembangan anak akan berbeda, maka jangan heran ada anak seusianya ada yang sudah bisa, ada juga belum bisa. Oleh karena itu tetap sabar dan terus menyemangati anak kita supaya tidak bosan atau kapok belajar.
ADVERTISEMENT
5. Ketidakpercayaan diri.
Beberapa anak mungkin merasa kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk belajar mengendarai sepeda, terutama jika mereka telah mengalami kegagalan sebelumnya atau jika mereka dibandingkan dengan teman-teman mereka. Rasa minder ini perlu disingkirkan dengan terus menyemangati anak untuk terus berlatih dan berlatih.
7. Motivasi dan Tantangan.
Jika anak tidak merasa tertarik atau termotivasi untuk belajar mengendarai sepeda, proses tersebut bisa menjadi lebih sulit. Motivasi ini lebih dominan akan terkondisikan oleh orang tuanya, diupayakan anak senang belajar bermain sepeda.
Banyak cara orang tua supaya anaknya mau belajar sepeda, seperti membelikan sepeda yang sesuai dengan anak kita, membersamai anak kita untuk bermain sepeda, memfasiltasi anak kita untuk bermain dengan teman-teman sebayanya ikut bermain sepeda.
ADVERTISEMENT
Pada prinsipnya tidak ada yang tidak bisa, kecuali bagi seorang pemalas. Sama halnya dengan belajar yang lain pun, sikap malas pada anak ini harus dikikis dan dikondisikan oleh kita sebagai orang dewasa sehingga tertanam sikap semangat yang tinggi dan senang dalam belajar apa pun.
Sebetulnya dengan membuat anak kita senang bermain sepeda, masalah besar bagi orang tua yaitu menjauhkan anak dari main gadget sedikit demi sedikit akan tertangani. Oleh karena itu, tetap peran orang tua dalam memotivasi kegiatan-kegiatan positif bagi anak seperti bersepeda adalah sangat diperlukan.