Ketika Tukang Duren Ngomong Soal Politik

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
29 Desember 2018 21:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hingga larut malam begini, dagangan duren belum juga laku. Nongkrong dari siang sejak pasar di buka. Tapi hanya segelintir orang saja yang membelinya. Badan sudah kurus kering. Keringat pun bercucur deras. Tapi lagi-lagi, dagangan duren pun belum laku.
ADVERTISEMENT
Kenapa gak laku?
Karena pembeli menawar terlalu murah. Emang nanam duren gampang. Bukannya gak boleh nawar tapi sepantasnya dong. Buat tukang duren mendingan gak laku daripada dibeli dengan harga yang murah.
Begitulah hidup manusia. Kadang laku kadang tidak. Kadang di atas kadang di bawah. Kadang laris kadang gak laris. Itu semua sudah biasa. Segala yang terjadi, sungguh sudah sesuai dengan "garis edar"-Nya kok.
Pilpres besok juga begitu kira-kira. Ada yang laku ada yang gak laku. Siapapun, pasti sudah sesuai hukum-Nya. Jadi buat apa, mencemooh apalagi menghujat sambil menanam rasa benci pada pemimpin, pada orang lain. Gak ada guna. Narasi sehebat apapun kalo dasarnya "pikiran negatif" pasti gak laku. Jadi jauh lebih elegan atau lebih baik, bila membangun narasi yang positif. Daripada sangkaan atau cemoohan yang gak berarti.
ADVERTISEMENT
Apalagi buat saya, sudah sangat jelas pilihannya. Tanpa perlu menjelekkan yang lain pun, saya sudah tahu siapa yang harus saya pilih. Tentu, yang punya track record alias rekam jejak. Tentu, dengan segala kurang dan lebihnya. Realistis saja.
Dan bila berbeda pilihan pun gak masalah. Seperti tukang duren, kalo gak cocok harga gak masalah. Konsekuensinya, nongkrong seharian tetap dagangannya gak laku. Gak masalah. Kalo cocok harga, silakan durennya dibawa pulang.
Buat tukang duren yang gak laku. Mungkin, lebih baik tidak dibeli daripada harganya terlalu rendah. Tentu sebagai tukang duren, saya gak bisa menyenangkan semua pembeli. Begitu pula dalam hidup. KITA SAMA SEKALI GAK PERLU MELAKUKAN SESUATU UNTUK MENYENANGKAN ORANG LAIN. Aktivitas, sikap dan perilaku kita itu tidak mungkin dibuat untuk meng-entertain orang. Maka jalani saja asal tidak untuk mencelakakan atau menjelekkan orang lain. Itu yang namanya "kebaikan". Baik itu penting hari ini. Daripada menebar ketidak-baikan. Atau nelongso karena gak suka pada orang lain.
ADVERTISEMENT
Orang baik, dengan segala capaiannya, pasti ada saja orang yang gak suka. Jangankan presiden, tukang duren juga kalo panenannya bagus-bagus, banyak kok orang yang gak suka. Makanya doa mereka, kalo bisa durennya busuk dan gak bagus. Itu semua sudah biasa.
Maka, buat tukang duren seperti saya, sama sekali gak sudi buang-buang waktu untuk memikirkan kejelekan orang lain. Apalagi menghibur orang lain. Kebaikan yang banyak saja belum tentu bisa saya lakonin, apalagi yang jelek.
Sebagai tukang duren, saya lebih suka berpikir. Bagaimana bisa berproses untuk menghasilkan buah duren yang bagus, yang enak. Kalo di pasar gak laku, tentu gak masalah. Duren itu lebih baik dibagikan ke tetangga saja. Biar bisa jadi pahala. Karena hidup bukan melulu soal uang apalagi pangkat dan status sosial.
ADVERTISEMENT
Maka hari ini, bila masih ada teman-teman tukang duren yang berjuang mati-matian untuk menghibur orang lain pun gak masalah. Asal jangan lupa saja, untuk tetap "menjadi diri sendiri".
Karena tukang duren ya tukang duren. Bukan orang lain, bukan siapapun yang harus terhibur. Karena hakikatnya, hidup kita ada di tangan-Nya. Bukan di tangan orang lain, bukan pula di tangan tukang duren.
Biar gak laku, tukang duren gak pernah mengeluh. Apalagi mencemooh atau membenci pembeli yang menawar terlalu murah. Sama sekali gak perlu, bahkan tidak penting. Karena tukang duren, tetap punya sikap dan punya keputusan. Tanpa harus dipengaruhi orang lain.
Di atas semua itu, tukang duren hanya sedikit berpikir dan merenung. "Katanya zaman sudah berubah tapi perilaku tidak berubah. Orang banyak yang berubah tapi tingkah laku ternyata belum berubah.... ciamikk #TGS #KisahTukangDuren
ADVERTISEMENT