Jaga Wajah atau Jaga Hati?

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
6 Juni 2019 9:57 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Setelah fitrah, kita mau apa lagi?” begitulah pertanyaan adik saya saat silaturahim keluarga kemarin. Maklum, lagi momen Idul Fitri 1440 H.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan sederhana, tapi sulit untuk menjawabnya.
Idul Fitri memang selalu diidentikkan dengan fitrah. Keadaan kembali suci lagi bersih. Insya Allah.
Tapi sayang, sama sekali gak mudah untuk bisa menjaga keadaan suci lagi bersih. Apalagi bagi kita yang terlalu cinta pada kehidupan dunia. Ambisi meraih harta, pangkat, dan jabatan. Hingga mengejar popularitas di dunia maya. Sifat itu semua, kian membutakan hati nurani. Maka hati pun jadi ternodai. Idul Fitri pun hanya sekadar seremoni. Akibat perbedaan politik, berapa banyak orang yang tetap menebar kebencian bahkan memelihara permusuhan. Hingga akhirnya lupa untuk bersyukur, lupa instrospeksi diri.
Jadi, setelah fitrah, kita mau apa lagi? Jawabnya, menjaga hati.
Sungguh penting, menjaga hati untuk tetap bersih. Apalagi di tengah godaan duniawi dan media sosial. Tidak sedikit kesucian hari Idul Fitri jadi ternodai. Kebersihan jiwa pun dikotori. Hobby mendengarkan gunjingan, gemar memancing obrolan buruk, hingga menebar benci lagi caci-maki. Sungguh, melawan sifat-sifat buruk dan menjaga hati pasti menjadi agenda setelah fitrah yang sangat sulit.
ADVERTISEMENT
Adalah nyata, bila hari ini banyak orang begitu peduli untuk menjaga dan memelihara wajahnya agar tetap bersih. Wajah yang dipelihara agar selalu cantik atau tampan. Maka, siapapun pasti menjaga wajahnya. Takut terkena sinar matahari yang bisa bikin keriput, maka sunblock atau cream apapun dijadikan solusi. Agar wajah tetap bersih, terhindar dari kotran atau debu jalanan. Bila kita mampu menjaga wajah sebegitu hati-hati, apalagi menjaga hati? Bukankah Allah SWT tidak melihat wajah kita. Tapi bagaimana kita mampu menjaga hati kita? Jadi, lebih penting wajah atau hati?
Jaga wajah atau jaga hati? Hikmah Idul Fitri
Setelah fitrah, mau apa lagi?
Jawabnya, menjaga hati. Karena hati ibarat raja. Kebaikan seluruh diri sangat bergantung kepada kebaikan hati. Jika hati baik, maka baiklah hidup. Sebaliknya, jika hati jelek, maka jeleklah hidup. Berapa banyak kendaraan yang kotor segera dibersihkan? Berapa banyak pula pakaian yang ternoda segera dicuci agar kembali bersih? Makah al yang sama pun berlaku untuk hati, harus selalu dijaga untuk bersih dan dibersihkan ketika kotor.
ADVERTISEMENT
Hati itu ada di dalam dada manusia. Hati memang tidak terlihat secara fisik. Tapi keberadaannya bisa dirasakan oleh setiap orang. Maka hati harus selalu dijaga. Karena hati, hanya ada dua kemungkinan: 1) hati yang sakit dan kotor atau 2) hati yang sehat dan bersih. Karenanya, siapapun harus berani untuk menjauhi segala hal yang dapat mengotori hati. Hati yang selalu eling dan bebas dari rasa iri, benci, dengki maupun dendam.
Untuk apa fitrah, bila kita terus-menerus “berteman” dengan sumber dosa. Untuk apa firah, bila kita lebih senang “bergaul” dengan penyakit hati. Bila menonton film jadi sumber dosa maka jauhilah. Bila media sosial jadi sumber permusuhan maha hindarilah. Fitrah itu komitmen untuk menjauhkan diri dari segala sumber keburukan, di samping ikhtiar menjaga hati tetap bersih.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa yang bisa diperbuat untuk menjaga hati yang bersih?
Hidup memang tidak sempurna. Kotor pun kadang sulit dihindari. Tapi bersih adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Cipratan noda kebencian, buruk sangka, sombong, dan lainnya selalu ada di depan mata. Jika noda-noda itu dibiarkan, maka fitrah jadi gak bermakna. Bikin hati kumal dan kotor. Maka penting untuk saling menasehati lagi mengingatkan kebaikan.
Jagalah hati. Jagalah hati. Jagalah hati.
Caranya, tentu cukup dua hal; 1) mengingat kematian dan 2) membaca Al Quran. Agar fitrah tetap bersemayam di dalam dada. Agar hati tetap bersih dan mudah mendapat hidayah Allah SWT. Karena ketahuilah, kunci sukses hidup di dunia bukanlah harta, pangkat, jabatan. Bukan pula popularitas dan pujian. Tapi hati yang selalu terjaga untuk tetap sehat dan bersih. Hati yang sabar dalam berbagai keadaan; hati yang tekun untuk tetap dekat dengan-Nya.
ADVERTISEMENT
Ketahuilah, fitrah yang sehat dan bersih sama sekali tidak tumbuh dengan sendirinya; ia harus dijaga dan diperjuangkan seperti cinta … #TGS #IdulFitri