Inilah Fakta Pahit Pekerja di Masa Pensiun

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
17 November 2023 8:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pensiun. Foto:  Westend61/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pensiun. Foto: Westend61/Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak pekerja mengkhawatirkan hari tuanya sendiri. Bingung nanti pensiun kondisinya bagaimana? Sama sekali tidak bisa diprediksi. Puluhan juta pekerja “dihantui” ketidakpastian untuk masa pensiun, saat tidak bekerja lagi. Sementara katanya di masa bekerja, gaji hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara gaya hidup terus melenggang walau hanya sekadar kuota internet.
ADVERTISEMENT
Hidup hanya mengandalkan gaji, lagi terbuai gaya hidup. Akhirnya selalu beralasan tidak bisa menabung untuk hari tua. Malas menabung untuk masa pensiunnya sendiri. Maka wajar, survei menyebut 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan. Tidak mampu membiayai hidupnya sendiri dan terpaksa bergantung kepada anaknya. Lalu, mau sampai kapan begitu?
Mungkin, sulit dihindari pekerja Indonesia dihadapkan fakta pahit di masa pensiun. Akibat tidak adanya kecukupan dana untuk membiayai hidup di hari tua, di masa pensiun.
Fakta pahit di masa pensiun seorang pekerja, bisa jadi disebabkan oleh: 1) ternyata tidak punya tabungan untuk hari tua, 2) terpaksa menunda pensiun dan bekerja lagi, 3) punya banyak masalah finansial termasuk gagal melunasi utang saat masih bekerja, dan akhirnya 4) kesehatan bermasalah dan menelan biaya yang malah pula.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, saat membutuhkan bantuan biaya dari anak di masa pensiun. Bukannya dikasih malah diceramahin, terus siapa yang salah bila hal itu terjadi?
Jangan sampai gagal memenuhi kebutuhan hidup di saat tidak bekerja lagi. Maka agar tetap mampu memiliki penghasilan yang berkesinambungan, program pensiun menjadi diperlukan pekerja saat ini. Karena masa depan sama tidak ada yang pasti. Tidak ada jaminan sejahtera di masa bekerja akan tetap sejahtera di masa pensiun. Apalagi hingga kini, belum punya program pensiun untuk untuk hari tua.
Sipakan progran pensiun sejak dini, agar tidak merana di hari tua
Nah, salah satu cara pekerja untuk merencanakan masa pensiun tentu dapat dilakukan melalui Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Yaitu program pensiun yang iurannya dibayarkan secara rutin sehingga nanti beserta hasil investasinya dijadikan manfaat pensiun. Melalui PPIP berarti seorang pekerja berarti menyetor iuran dana pensiun secara rutin yang manfaatnya dapat dicairkan saat mencapai usia pensiun.
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada 5 (lima) ciri penting PPIP yaitu 1) manfaat pensiun yang akan diterima pekerja adalah akumulasi iuran beserta hasil pengembangannya, 2) besaran iuran ditetapkan di awal dengan pilihan berupa persentase dari gaji atau sejumlah nominal tertentu, 3) kontrol dan risiko ada di tangan peserta, 4) pencatatan dana bersifat individual, dan 5) saat manfaat pensiun dibayarkan maka dikenakan pajak final sebesar 5%. Lebih lanjutnya, apa dan bagaiman PPIP silakan hubungi penyelenggara program pensiun seperti DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) yang ada di pasaran.
Harus disadari, PPIP spiritnya adalah mempersiapkan masa pensiun pekerja yang layak di hari tua. Agar memiliki jaminan atau kesinambungan finansial di saat tidak bekerja lagi. Maka orientasi PPIP adalah untuk hari tua dan bersifat jangka panjang. Semakin lama mengikuti PPIP maka akumulasi dana untuk masa pensiun semakin besar dan optimal.
ADVERTISEMENT
Ada 3 (tiga) manfaat utama bila memiliki PPIP di DPLK, yaitu 1) ada dana yang pasti masa pensiun, 2) ada hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta, dan 3) ada insentif pajak saat manfaat pensiun dibayarkan, pajaknya final 5%.
Program pensiun iuran pasti, sejatinya bukan soal biaya tapi soal komitmen dan moral untuk mempersiapkan masa pensiun yang Sejahtera. Apalagi bila dikaitkan dengan tingkat penghasilan pensiun (TPP) yang layak, sebesar 70%-80% dari gaji terakhir. Apakah kita sudah terbayang, dari mana bisa punya dana 70%-80% dari gaji terakhir di masa pensiun? Sulit bila tidak dimulai dari sekarang di saat masih bekerja. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #DanaPensiun