Cafu: Si Kereta Ekspres yang Singgah di 2 Stasiun Besar Serie A

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
7 Juni 2020 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cafu, legenda dua klub Serie A, AS Roma dan AC Milan. Foto: AFP/Gabriel BOUYS & DAMIEN MEYER
zoom-in-whitePerbesar
Cafu, legenda dua klub Serie A, AS Roma dan AC Milan. Foto: AFP/Gabriel BOUYS & DAMIEN MEYER
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tinta emas Marcos Evangelista de Morais, atau yang lebih akrab disapa Cafu, tak bisa dimonopoli oleh satu klub Serie A saja. AS Roma dan AC Milan sama-sama punya hak paten untuk jejak legendanya.
ADVERTISEMENT
Ya, dua klub yang identik dengan kostum kandang merah itu menjadi stasiun persinggahan Il Pendolino (si Kereta Ekspres) di 'Negeri Pizza'. Berawal di ibu kota, berakhir di kota mode.
Sebetulnya, sebelum mencicipi Serie A, Cafu sempat terlebih dahulu merasakan kerasnya La Liga bersama Real Zaragoza. Namun sayang, itu bukan cerita perjalanan yang mengesankan.
Kisah manis kariernya di Benua Eropa, ya, hanya di Italia itu. Cafu membela AS Roma selama 1997-2003 dan mencicipi manisnya merengkuh scudetto Serie A pada musim 2000/01.
Yep, jarang-jarang, lho, ada pemain yang bisa menjuarai Serie A bersama Giallorossi. Jadi, tak salah jika Cafu layak masuk ke dalam daftar AS Roma Hall of Fame.
Nyatanya, kala AS Roma mengunci titel Serie A ketiga mereka itu, pemain bertinggi 176 cm itu tak bertindak bak penumpang kereta yang sekadar ikut-ikutan berpesta. Dia adalah kru yang krusial eksistensinya dalam skuat besutan Fabio Capello pada masa itu.
Fabio Capello, pelatih yang membawa AS Roma menjuarai Serie A 2000/01. Foto: Satish Kumar/REUTERS
Syahdan, julukan Il Pendolino juga pertama didapatnya ketika membela AS Roma. "Pendolino" sejatinya nama kereta bikinan Italia yang laku di Eropa sebagai kereta ekspres untuk perjalanan jarak jauh, kereta tercepat pada zamannya.
ADVERTISEMENT
Nah, Cafu dijuluki begitu karena larinya begitu kencang, sulit dihentikan, kerap bikin pemain lawan kalang kabut dan semaput. Itu menjadi salah satu nilai plusnya kala beroperasi sebagai bek kanan Roma.
Pada usia 33 tahun, pria asal Sao Paulo itu memulai kariernya bersama Rossoneri. Ya, dia sudah tak lagi muda saat itu, tetapi bukan berarti bisa diremehkan.
Cafu Foto: PACO SERINELLI/AFP
Sebab, jika Cafu tak pernah didatangkan, Milan era Carlo Ancelotti boleh jadi tak akan menjuarai Serie A 2003/04, Liga Champions 2006/07, hingga Piala Dunia Antarklub 2007. Oh iya, dia juga turut andil saat Milan menjuarai Piala Super Italia 2004 dan Piala Super UEFA 2003 dan 2007.
Jadi, bukan hal yang aneh kalau nama Cafu juga masuk dalam daftar AC Milan Hall of Fame. Ya, takdirnya memang menjadi legenda Roma dan Milan sekaligus. Semoga fan dua klub tersebut mau mengakui kenyataan itu dengan akur.
ADVERTISEMENT
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini.