Bagaimana Rasanya Menjadi Anak Johan Cruyff? Ini Kisah Jordi

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
5 Juni 2020 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Johan Cruyff circa 1975. Dia lahir pada 1947 dan wafat pada 2016. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Johan Cruyff circa 1975. Dia lahir pada 1947 dan wafat pada 2016. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kehebatan Johan Cruyff saat bermain sepak bola di lapangan sudah sering diceritakan. Tak sedikit pula orang yang mengulas teori ihwal filosofi totaalvoetbal yang dipopulerkannya.
ADVERTISEMENT
Namun, Cruyff tetaplah manusia biasa. Pernahkah kamu membayangkan seperti apa citranya di luar lapangan? Lebih liar lagi, bisakah kamu mengkhayalkan rasanya menjadi anak kandungnya?
Well, anak ketiganya dari hasil pernikahan dengan Diana Margaretha Coster, Jordi, bercerita kepada Radio Marca tentang hal tersebut. Pria yang juga sempat berkarier sebagai pesepak bola itu menyebut Cruyff sebagai 'big family man'.
"Hal yang paling disukainya adalah dikelilingi oleh orang-orang yang dicintainya (keluarganya). Dia benar-benar tahu bagaimana menyeimbangkan antara kehidupan keluarga dengan karier olahraga," ujarnya.
Jordi juga bilang, sang ayah tak pernah membawa pulang sisa-sisa emosi maupun stres terkait pekerjaannya. Hal buruk apa pun yang terjadi di pertandingan atau momen latihan, ya, biarlah tetap di sana, tak perlu dibawa hingga ke rumah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jangan dikira bahwa yang ada di otak legenda Timnas Belanda, Ajax Amsterdam, dan Barcelona itu hanya sepak bola. Laiknya ayah pada umumnya, Cruyff juga peduli, kok, dengan pendidikan anak-anaknya.
Johan Cruyff ketika menjadi pelatih Barcelona. Foto: La Liga
"Dia bilang pada kami, 'Kalau prestasi kalian di sekolah buruk dan aku tak melihat adanya usaha [kalian memperbaiki diri], aku akan melarang kalian melakukan hal yang kalian senangi'," sambungnya.
Bayangkan, Cruyff mengatakan kalimat barusan sambil berdiri di depan ketiga anaknya; dengan mengenakan kacamata, kain sarung, dan kaus oblong, plus sembari mengangkat telunjuknya ke atas. Persis bapak-bapak pada umumnya, 'kan?
Sementara itu, Jordi dan kakak-kakaknya hanya diam tertunduk. Mereka paling cuma bisa sesekali menjawab, "Iya, Be (Babe atau yang dalam Bahasa Belanda disebut 'Vader')".
Johan Cruyff tak hanya tegas kepada para pemainnya, tetapi juga ke anak-anaknya. Foto: La Liga
Ya, begitulah sedikit cerita tentang bagaimana rasanya menjadi anak Cruyff yang dikisahkan langsung oleh anak kandungnya. Intinya, Jordi bangga memiliki ayah seperti Johan Cruyff, baik karena sikapnya di rumah maupun cerita-cerita hebat tentangnya di lapangan.
ADVERTISEMENT
Untuk urusan sepak bola, kebangaan Jordi terhadap sosok ayahnya kian bertambah besar jika ada orang yang pernah menonton ayahnya berlaga, lalu menitikkan air mata ketika menceritakannya. Dia percaya, warisannya untuk sepak bola akan abadi.
"Melihat orang menjadi emosional dan menceritakan kisah tentangnya adalah hal terbaik yang bisa didapatkan sebagai seorang putra," tandas pria yang sempat membela Manchester United itu.
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini.