AC Milan Sedang Kendur, 'Raksasa' Italia Itu Kini 'Tertidur'

Supersoccer
Situs web sepak bola terlengkap menampilkan berita sepak bola internasional, preview highlights pertandingan ligaEropa, klub dan pemain, statistik pertandingan.
Konten dari Pengguna
4 November 2019 9:00 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supersoccer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suporter Milan di San Siro jelang Derby della Madonnina. Foto: Reuters/Daniele Mascolo
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Milan di San Siro jelang Derby della Madonnina. Foto: Reuters/Daniele Mascolo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak yang bilang, kalau Arsenal dan Manchester United itu sekarang lagi kacau-kacaunya. Dulu, dua eks juara Premier League itu amat disegani, tapi sekarang mah jauhlah dari kata ‘ngeri-ngeri’.
ADVERTISEMENT
Alhasil, para penggemarnya hanya bisa mencak-mencak sambil berandai-andai, “kapan klub kesayanganku balik jago lagi?”; “kapan klub kesayanganku balik menangan lagi?”; “kapan yang sayang sama aku mau balikan lagi?” Ehem. Maaf, sedikit out of topic.
Tapi, nasehat aja, nih, buat penggemar kedua klub asal Inggris itu: Temukan rasa syukur dengan melihat ke bawah--dan ke liga sebelah. Di Serie A, misalnya, itu AC Milan juga lagi suram-suramnya.
Mohon maaf, nih, tapi enggak bisa disangkal. Sudah 11 laga dilakoni tapi baru empat kali menang, sekali seri, dan enam kali kalah.
Alhasil, 'I Rossoneri' kini bertengger di peringkat 11 klasemen Serie A, dengan koleksi 13 poin. Bahkan sebelumnya, saat baru melakoni enam laga, klub yang sudah 18 kali juara Serie A ini sempat terpuruk di peringkat 16 klasemen.
ADVERTISEMENT
Milan memecat manajer mereka di awal musim, Marco Giampaolo, lalu memercayakan Stefano Pioli untuk menjadi nakhoda baru. Tapi kayaknya, sih, belum ada perubahan yang berarti.
Bersama Giampaolo, rekor Milan di Serie A adalah tiga kali menang dan empat kali kalah. Sementara bersama Pioli, Milan sekali menang, sekali seri, dan dua kali kalah. Duh, harus bagaimana lagi, sih, buat memperbaiki kondisi Milan ini?
Marco Giampaolo. Foto: Opta
Ingat, sejak era Massimiliano Allegri berakhir pada 2014, Milan sudah sembilan kali gonta-ganti pelatih --Pioli adalah pelatih yang kesembilan itu.
Bagaimana prestasi Milan bersama pelatih-pelatih sebelumnya itu? Ya, enggak terlalu oke juga, sih.
Dalam enam musim terakhir, mereka gagal finis di zona Liga Champions. Kebanyakan main di Liga Europa alias ‘Liga Malam Jumat’. Mau main sepak bola atau uji nyali?
ADVERTISEMENT
Padahal, kalau dilihat materi pemainnya, Milan ini punya komposisi yang baik. Rata-rata pemain masih ‘kepala dua’. Beberapa nama yang kini mengisi skuad Milan pun sempat jadi andalan di klub lama mereka, seperti Krzysztof Piatek, Samu Castillejo, Hakan Calhanoglu, hingga Ismael Bennacer.
Nah, kesalahan Giampaolo mungkin tidak mampu memanfaatkan potensi pemain-pemain ini. Atau mungkin, sebenarnya dari segi perekrutan pemain juga sudah salah. Okelah, mereka hebat di klub lama, tetapi apa benar sudah sesuai dengan kebutuhan strategi?
Kelakuan beberapa klub sepak bola itu kadang kayak anak milenial: Lebih suka membeli yang dipengin daripada yang dibutuhkan. Bahkan Giampaolo mengeluhkan ketidakmampuan timnya bermain sebagai sebuah unit. Terlalu individualis di lapangan.
Harusnya, di samping pemain muda, mereka juga harusnya membeli pemain yang memang bisa diandalkan. Tapi balik lagi, cuan berbicara. Milan enggak ada duit.
ADVERTISEMENT
Musim ini pun Milan enggak main di Liga Europa, meski musim lalu finis kelima Mereka memilih mundur karena permasalahan Financial Fair Play. Jadi, musim ini mereka main di kompetisi domestik aja.
Secara enggak langsung, ada kesan bahwa “Milan mau fokus”. Duh, itu kayak alasan anak SMA mau putus dari pacarnya, ya. “Kita ‘udahan’ dulu, ya, aku mau fokus belajar buat masuk Perguruan Tinggi Negeri”, padahal malah ‘jadian’ sama cewek lain.
Jadi, mau enggak mau, Pioli yang kini mengampu 'tongkat estafet' dari Giampaolo harus bisa memanfaatkan potensi dari pemain-pemain yang 'seadanya' ini. Tapi masalahnya, itu tadi, sejauh ini belum ada perubahan berarti.
Direktur Olahraga Milan, Paolo Maldini Foto: Dok. Media AC Milan
Sebenarnya, Paolo Maldini (direktur olahraga) dan Zvonimir Boban (chief football officer) juga punya andil atas keterpurukan ini. Mereka berdua sebenarnya adalah orang yang bertanggung jawab di balik penunjukkan Giampaolo dan juga Pioli tentunya.
ADVERTISEMENT
Di bawah Gennaro Gattuso, Milan bermain dengan pakem 4-3-3 dan 4-2-3-1. Giampaolo juga sempat mencoba 4-3-3 kala menang atas Brescia dan Hellas Verona, tetapi ia lalu ngotot pakai 4-3-1-2 atau 4-3-3 yang berakhir dengan empat kekalahan.
Artinya, Giampaolo ini tidak cocok dengan Milan dari segi peramuan formasi. Harusnya, Maldini dan Boban tahu akan hal ini, tetapi kenapa masih saja dipilih? Ndilalah, Pioli kini juga tampak menggunakan 4-3-3 yang sama dengan Giampaolo.
Pelatih AC Milan, Stefano Pioli. Foto: Miguel MEDINA / AFP
Pokoknya, masalah Milan ini jauh lebih kompleks dari Arsenal dan Manchester United. Dua klub Premier League itu memang sampai sekarang juga masih belum konsistensi untuk urusan strategi, sama seperti Milan.
Namun setidaknya, 'The Gunners' dan 'Setan Merah' masih punya banyak duit, kalau Milan harus irit-irit. Sudah begitu, manajemen dua klub Premier League itu tak serumit Milan. Milan dulu sempat dibeli oleh pengusaha China, lalu tak lama kemudian dibeli Elliott Management, dan ada kabar katanya mau dijual lagi --meski akhirnya dibantah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Milan juga bermasalah di sisi pembinaan pemain muda, sedangkan Arsenal dan Manchester United tidak. Malah sekarang, banyak pemain muda dari kedua klub Premier League itu yang eksis di tim utama.
Chief Executive AC Milan, Ivan Gazidis, bilang bahwa kunci untuk mengembalikan kejayaan Milan adalah pembinaan pemain muda.
"Kami memiliki strategi yang jelas. Itu adalah untuk berinvestasi pada pemain muda, yang tahun-tahun terbaiknya ada di depan mereka, yang dapat berkembang bersama kami menjadi pemain kelas atas," kata mantan CEO Arsenal itu dilansir The Washington Post.
Lucunya, di tengah-tengah kekacauan ini, tiba-tiba ada seseorang yang berani ngomong begini, “Panggil aku jika kalian (Milan) membutuhkanku”.
Siapa 'aku' yang dimaksud itu? Ia adalah Keisuke Honda, gelandang yang dulu pernah membela Milan (2014-2017).
ADVERTISEMENT
Honda mengungkapkan hal itu lewat akun Twitter pribadinya sambil men-tag akun Twitter resmi AC Milan. Lagi butuh kerjaan atau gimana? Kirain lagi sibuk bantu Marc Marquez di MotoGP. Eh, beda, ya….
Pesepak bola asal Jepang itu berlagak laiknya Kapten Tsubasa. Dunia nyata ini bukan anime. Kalau di anime, selama ada Kapten Tsubasa di lapangan, semua masalah teratasi. Kalau di dunia nyata, dunia sepak bola profesional tepatnya, enggak kayak gitu.
Oke, balik lagi. Jadi, yang sekarang harus dilakukan Pioli adalah menemukan racikan taktik yang pas untuk Milan dan menggunakan setiap pemainnya secara tepat. Apa Pioli bisa? Ya, kita lihat aja. Beliau perlu dikasih kesempatan.
---
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League. Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer, gratis! Baca syarat dan ketentuannya di sini. Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV, dan jersey original.
ADVERTISEMENT