Pohon Lontar, Pohon Kehidupan Tanah Belu

suparman hasibuan
Diplomat Indonesia, Pernah Bertugas di KBRI Rabat, Maroko Saat ini sedang mengikuti Diklat Sesdilu ke-61
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2018 6:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari suparman hasibuan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pohon Lontar, Pohon Kehidupan Tanah Belu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
(Ket. Photo: Bersama Bapak Tobais di Pantai Tuamase-Kabupaten Belu) Sumber Photo: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Menyusuri daerah pantai Tuamese, Kabupaten Belu, tidak sengaja bertemu Pak Tobais, seorang warga yang tinggal di sekitar Pantai Tuamese. Dengan ramahnya, beliau menyapa dan menanyakan maksud tujuan kami, rombongan Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Kementerian Luar Negeri, yang berkunjung ke Kabupaten Belu.
Setelah terlibat obrolan panjang, beliau kemudian menceritakan tentang perjuangannya menafkahi keluarganya sehari-hari dengan menyadap bunga pohon lontar untuk dijadikan gula merah dan kemudian menjualnya ke pasar.
“Dengan kondisi di perbatasan seperti ini dan juga keadaaan tanah yang kering dan tandus, tidak ada ada lagi Pak yang bisa saya kerjakan. Tapi puji Tuhan, kami punya pohon lontar yang tumbuh alami dengan sendirinya di tanah kami," ujar Pak Tobais.
ADVERTISEMENT
"Sehari-hari saya menyadap bunga pohon lontar untuk dibuat gula merah dan kemudian dijual ke pasar dan hasilnya lumayan untuk menghidupi keluarga saya,” lanjutnya.
Pohon Lontar, Pohon Kehidupan Tanah Belu (1)
zoom-in-whitePerbesar
(Ket. Photo: Pohon Lontar disekitar Pantai Tuamase-Kabupaten Belu) Sumber Photo: Dokumentasi Pribadi
Pak Tobais kemudian menjelaskan pohon lontar di Kabupaten Belu biasa disebut pohon tuak. Pohon ini disebut juga pohon kehidupan oleh masyarakat Belu karena telah memberikan manfaat, mulai dari akar hingga buahnya dengan berbagai olahan sehingga menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat.
Nira atau sari pohon lontar misalnya, merupakan air hasil penyadapan buah lontar yang bisa langsung diminum dan membuat orang merasa kenyang atau tahan lapar. Nira juga dapat pula dimasak menjadi gula cair, gula merah/lempeng, dan gula semut. Selain itu, air nira lontar dapat juga difrementasikan menjadi tuak atau arak.
Pohon Lontar, Pohon Kehidupan Tanah Belu (2)
zoom-in-whitePerbesar
(Ket. Photo: Gula Merah Hasil Olahan dari Nira Pohon Lontar) Sumber Photo: Wikipedia
ADVERTISEMENT
Buah muda pohon lontar bisa langsung dimakan atau dibuat menjadi minuman segar. Selain itu, buah yang setengah tua dapat pula dijadikan makanan alternatif ternak. Cara pemberiannya sangat mudah, yaitu buah lontar tersebut dibelah dan isi buahnya diambil dan diberikan pada ternak.
Dapat pula dibakar terlebih dahulu sebelum dibelah dan diberikan pada ternak. Buah yang sudah tua dapat juga dijadikan bahan baku pembuatan make up atau produk-produk kecantikan.
Pohon Lontar, Pohon Kehidupan Tanah Belu (3)
zoom-in-whitePerbesar
(Ket. Photo: Buah Pohon Lontar) Sumber Photo: Wikipedia
Selain itu, daun pohon lontar juga dapat dibuat berbagai aneka kerajinan anyaman, seperti topi, tikar, tempat penampungan air, kipas, aneka keranjang, tenunan, dan juga yang sangat spesial yaitu alat musik tradisional Sasando.
Pohon Lontar, Pohon Kehidupan Tanah Belu (4)
zoom-in-whitePerbesar
(Ket. Photo: Topi dan Alat Musik Tradisional Sasando dari Daun Pohon Lontar) Sumber Photo: Wikipedia
ADVERTISEMENT
Akhirnya, mari kita bangun daerah perbatasan yang kita cintai ini dengan potensi yang ada pada kita. Tuhan telah menyediakan potensi alam yang besar bagi kita, termasuk dengan kehadiran Pohon Lontar yang tumbuh alami ini. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan dan mengelolanya demi kebaikan dan kemajuan kita bersama.