Pilkada Medan 2020: Antara Terjebak Labeling dan Politik Dinasti

Konten Media Partner
29 September 2020 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan, Bobby - Aulia dan Akhyar - Salman. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Dua paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan, Bobby - Aulia dan Akhyar - Salman. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MEDAN | Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan 2020 menjadi sorotan secara nasional. Hadirnya menantu dari Presiden Joko Widodo yakni Bobby Nasution sebagai calon Wali Kota memantik berbagai reaksi.
ADVERTISEMENT
Sementara calon petahana yaitu Akhyar Nasution harus menelan pil pahit karena tidak diusung oleh partainya sendiri. PDIP lebih memilih mengusung Bobby sehingga Akhyar memutar haluan ke Demokrat. Keputusan PDIP untuk memecat beberapa kader yang menolak pencalonan Bobby juga menuai pro kontra.
Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Warjio, memandang bahwa hadirnya kedua calon membuat masyarakat seolah tak memiliki pilihan lain yang membuat mereka lebih yakin.
"Masyarakat tentu berada dalam posisi yang dilematis ya, karena tidak adanya calon alternatif di luar kedua calon tersebut. Akhyar selama ini tidak menampilkan hal yang menonjol selama kepemimpinannya, sedangkan calon di luar Akhyar juga tidak memiliki pengalaman yang banyak," ujarnya, Selasa (29/9).
Ketua Program Studi Ilmu Politik tersebut juga menilai, bahwa Calon Wali Kota Akhyar Nasution maupun Bobby Nasution memiliki batu sandungan tersendiri ke depannya untuk meraih kepercayaan penuh dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Akhyar terjebak polarisasi karena Wali Kota sebelumnya yang bersama dirinya tersandung kasus korupsi, jadi dirinya juga memiliki labeling negatif, bisa tidak dia meyakinkan masyarakat untuk memilih. Sementara Bobby yang lekat dengan label politik dinasti, ia belum memiliki banyak pengalaman, wakilnya pun demikian. Jadi kekuatan Bobby ya hanya berdasarkan pada jejaring kekuasaan yang dimiliki oleh orang tuanya itu," jelas Warjio.
Tim pemenangan masing-masing calon Wali Kota Medan juga menjadi sebuah sorotan yang menarik. Masuknya Sandiaga Uno ke dalam tim pemenangan Bobby - Aulia menurut Warjio akan memberikan perspektif yang negatif.
"Saya kira masyarakat punya catatan. Mantan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno, menurut saya sangat disayangkan keterlibatannya dalam tim pendukungan Bobby. Karena itu akan memberikan suatu perspektif yang negatif juga di mana Sandiaga Uno juga tidak terlampau banyak kan mendapatkan dukungan di Sumatera Utara, terutama di Medan. Pendukung utamanya juga akan merasa kecewa terhadap sikapnya yang seperti itu, dan akan membuat golput semakin tinggi di Medan," katanya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan bergabungnya mantan Ketua PAC PDIP yang sebelumnya telah dipecat ke dalam tim pemenangan Akhyar - Salman dinilai oleh Warjio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap elektabilitas pasangan calon.
"Dari sisi dukungan itu tidak akan terlalu berpengaruh signifikan. Suaranya tidak akan cukup membantu suara Akhyar. Karena bagaimanapun label kekecewaan terhadap Akhyar juga cukup tinggi," pungkasnya. | SUMUT NEWS