Tertinggi di Sulbar, Pemkab Majene Cari Solusi Tekan Angka Stunting

Konten Media Partner
1 Juli 2019 13:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Bupati Majene, Lukman. Foto: Dok. istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Bupati Majene, Lukman. Foto: Dok. istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene, Sulawesi Barat, terus mencari solusi untuk menekan tingginya angka stunting di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Merujuk dari definisi Kementerian Kesehatan RI, stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Wakil Bupati Majene, Lukman, tak menampik jika angka stunting di daerahnya tersebut terbilang masih tinggi. Menurutnya, diperlukan kesadaran tiap kepala desa dan kepala dusun untuk melakukan pendekatan ke masyarakat untuk menekan tingginya angka stunting.
"Ada 10 desa di Majene yang masuk dalam lokus prevalensi stunting tertinggi, salah satunya Desa Bonde Utara. Indikator penyebabnya di antaranya masalah kesehatan lingkungan serta tidak memberikan vaksin dan vitamin kepada anak," kata Lukman, Senin (1/7).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, jika hanya persoalan vaksin atau pemberian imunisasi seharusnya tidak ada yang sulit. Masyarakat hanya perlu didorong untuk memperhatikan masalah asupan gizi pada anak.
"Di usia bangsa Indonesia saat ini, justru masih ada persoalan stunting. Gara-gara masyarakat kita yang tidak bisa diatur, stunting masih tinggi di Majene. Saya juga kadang malu ke Provinsi karena Majene yang paling tinggi stunting-nya di Sulbar," ujarnya.
Stunting merupakan kondisi tubuh pendek pada anak yang tidak sesuai standar usianya dan standar baku WHO-MGRS. Foto: Dok. Kemenkes RI
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, Sudirman, mengatakan pihaknya akan fokus melakukan pencegahan stunting di 10 desa dengan lokus prevalensi stunting tertinggi di Majene.
Dinas Kesehatan Kabupaten Majene juga akan melibatkan mahasiswa untuk melakukan penelitian tentang permasalahan stunting di daerah tersebut.
"Kami akan turun ke desa lokus stunting. Untuk langkah selanjutnya, telah disusun jadwal penelitian yang akan dilakukan mahasiswa S2 dan S3 Kesehatan Masyarakat di 10 desa lokus. Kita berharap, penelitian ini bisa menghasilkan jawaban mengapa tingkat prevalensi stunting di Majene masih tinggi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
[Sapriadi]