Maulid Nabi di Sulbar: Festival Galuga hingga Atraksi Kuda Menari
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW disambut antusias warga Sulawesi Barat. Tentu saja, dengan sejumlah tradisi lokal yang masih dilestarikan warga setempat.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, peringatan maulid nabi di Lingkungan Salabose, Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Tak hanya kegiatan doa, zikir, dan selawat, peringatan maulid nabi yang digelar di samping Masjid Purbakala Syech Abdul Manan Salabose ini juga diwarnai dengan Festival Galuga.
"Galuga ini merupakan batang pohon yang dipasangi telur rebus hias dengan model dan tinggi yang bervariasi dan ditancapkan pada tiriq yang memiliki bentuk seperti rumah atau perahu. Kadang ada yang mencapai tinggi 4 meter," kata Imam Masjid Syech Abdul Mannan Salabose, Muhammad Gaus, Sabtu (9/11).
Menurutnya, Festival Galuga tersebut sudah menjadi tradisi bagi warga Salabose dalam memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, kata dia, usai acara peringatan maulid nabi, warga akan berebut telur hias tersebut serta sokko (penganan dari beras ketan) yang menjadi bagian tradisi peringatan maulid nabi di Salabose.
ADVERTISEMENT
"Intinya ada kebersamaan warga dan menjadi ciri khas peringatan maulid nabi di Salabose setiap tahunnya," ujarnya.
Atraksi Kuda Menari
Lain halnya kemeriahan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Nurut Taubah, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Di masjid yang merupakan salah satu peninggalan ulama penyebar Islam di Tanah Mandar, KH Muhammad Tahir atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Lapeo ini, warga menggelar atraksi sayyang pattuddu atau pertunjukan kuda menari.
Pengurus Masjid Nurut Taubah, Sabri Maulana, mengatakan atraksi ini diikuti oleh anak-anak yang telah menamatkan bacaan Alquran maupun orang dewasa dan diarak dengan naik kuda mulai dari masjid mengelilingi kampung.
Yang menarik, kuda-kuda tersebut akan menari mengikuti irama parrabana (pemain rebana) serta sesekali warga mengucapkan pantun khas Mandar (kalidanda).
ADVERTISEMENT
"Selain dari Lapeo dan Kecamatan Campalagian, peserta kali ini ada juga dari daerah lain. Seperti dari Majene, Mamuju, Pinrang (Sulawesi Selatan), hingga dari Kalimantan," tandas Sabri.