Masossor Manurung, Ritual Adat Pencucian Keris Pusaka Kerajaan Mamuju

Konten Media Partner
12 Oktober 2019 21:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ritual adat masossor Manurung atau pencucian keris pusaka milik Kerajaan Mamuju. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ritual adat masossor Manurung atau pencucian keris pusaka milik Kerajaan Mamuju. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kabupaten Mamuju mempunyai sejarah yang panjang. Dulunya, Mamuju termasuk dalam persekutuan kerajaan Pitu Ba'bana Binanga yang berarti tujuh kerajaan yang berada di muara sungai atau daerah pesisir pantai.
ADVERTISEMENT
Kerajaan lainnya yang berada di bagian hulu Sungai Saddang membentuk persekutuan Pitu Ulunna Salu atau tujuh kerajaan yang berada di hulu sungai. Kedua persekutuan kerajaan ini hidup rukun dalam wilayah yang hingga saat ini menjadi wilayah Sulawesi Barat.
Eksistensi Kerajaan Mamuju hingga kini pun masih dipertahankan. Salah satunya melalui ritual adat masossor Manurung, yaitu sebuah ritual adat berupa pencucian keris pusaka yang merupakan warisan Kerajaan Mamuju yang dilakukan sekali dalam setahun.
Tahun ini, ritual masossor Manurung sedianya akan dilakukan pada Desember 2019 mendatang melalui Festival Maradika Mamuju.
Maradika (Raja) Mamuju, Andi Maksum Dai, mengatakan ritual pencucian keris pusaka ini sendiri bermula ketika suatu masa masyarakat Mamuju mengalami kesulitan berupa kekeringan. Raja Mamuju pada saat itu lalu memerintahkan Gala'gar Pitu (tujuh orang yang menjadi pemangku adat) untuk memandikan dan mencuci keris pusaka Manurung.
ADVERTISEMENT
"Air dari proses pencucian keris pusaka ini kemudian disebar ke kebun, sawah, laut, dan beberapa hari kemudian kekeringan yang melanda Mamuju bisa teratasi," kata Andi Maksum, Sabtu (12/10).
Keris pusaka tersebut, kata dia, kadang pula disebut sebagai Maradika Tammakana-kana atau raja yang tak bisa berbicara dan diyakini sebagai kembaran dari seorang putra Raja Mamuju bernama Lasalaga.
Raja Badung, I Gede Cokorda Ratu Jambe Pemecutan, bersama Maradika Mamuju, Andi Maksum Dai, pada ritual masossor Manurung tahun 2015. Foto: Dok. Istimewa
"Menurut sejarahnya, Raja Mamuju bernama Tommejammeng memiliki seorang putra mahkota bernama Pattulawatu yang kemudian menikah dengan anak gadis Raja Badung di Bali. Dari pernikahan mereka lahir Lasalaga yang diyakini memiliki kembaran berupa keris yang disebut Manurung. Keris inilah yang jadi benda pusaka Kerajaan Mamuju hingga saat ini," ujarnya.
Keberadaan keris pusaka ini juga menunjukkan adanya hubungan Kerajaan Mamuju dengan Bali sejak dulu. Prosesi pencucian keris pusaka Manurung yang dilakukan gala'gar pitu ini pun dilakukan dengan ritual Bali. Warga Bali yang ada di Mamuju juga dilibatkan dalam upacara adat masossor manurung ini.
ADVERTISEMENT
"Umur keris pusaka ini sudah sekitar ratusan tahun karena bersamaan dengan kelahiran Lasalaga putra dari Pattulawatu yang menikah dengan putri Raja Badung, dan menjadi kewajiban kami untuk menjaga dan melestarikan ritual masossor Manurung ini," ujarnya.
(Sapriadi)