Kisah Pilu Pemuda di Mamuju, Lumpuh Usai Tertimpa Bangunan saat Gempa 6,2 M

Konten Media Partner
11 Februari 2023 15:28 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kurniawan (27) kini hanya terbaring lemah di rumahnya karena mengalami kelumpuhan usai tertimpa reruntuhan bangunan saat gempa 6,2 magnitudo. Foto: Awal Dion/sulbarkini
zoom-in-whitePerbesar
Kurniawan (27) kini hanya terbaring lemah di rumahnya karena mengalami kelumpuhan usai tertimpa reruntuhan bangunan saat gempa 6,2 magnitudo. Foto: Awal Dion/sulbarkini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kurniawan (27) kini hanya bisa berbaring tidak berdaya di tempat tidur karena mengalami kelumpuhan akibat tulang belakang bergeser usai tertimpa bangunan imbas gempa 6,2 magnitudo yang mengguncang Mamuju-Majene pada 15 Januari 2021 lalu.
ADVERTISEMENT
Kurniawan sehari-hari dirawat ibunya di rumah sederhana berukuran 3x5 meter di Desa Bambu, Kabupaten Mamuju. Di rumah itu, dia tinggal bersama bapak, ibu, dan adiknya. Kurniawan hanya bisa berdiri dengan menggunakan tongkat atau dipapah anggota keluarganya.
Kepada Sulbar Kini, Kurniawan menceritakan dirinya sementara tertidur pulas di kamar saat gempa 6,2 magnitudo mengguncang Mamuju sekitar pukul 02.30 dini hari. Dia tak dapat bangun karena tertimpa reruntuhan bangunan yang membuat tulang belakangnya bergeser atau patah.
Kurniawan sempat dirawat di RSUD Regional Sulbar kemudian dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Namun, orang tuanya memilih membawanya kembali ke Mamuju untuk berobat jalan lantaran terkendala biaya pengobatan.
"Saya mengalami lumpuh karena tubuh saya sepotong sampai kaki mati rasa akibat tulang saya bergeser," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kurniawan kini hanya terbaring lemah di tempat tidur dengan menggunakan popok dan kateter. Dirinya pun tetap menyimpan harapan untuk dapat beraktivitas selayaknya remaja normal dan membantu keluarganya mencari nafkah.
"Semoga saya bisa sehat dan beraktivitas kembali membantu keluarga saya," kata dia.
Ibunda Kurniawan, Mariaty, mengatakan dirinya memilih mengobati putranya tersebut dengan pengobatan tradisional lantaran terkendala biaya meski memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Mariaty berharap pihak pemerintah bersama donatur tergerak untuk membantu meringankan biaya pengobatan putra sulungnya itu sehingga bisa beraktivitas kembali.
"Saya berharap ada kasihan bantuan karena di mana kita mau dapat biaya untuk pengobatan anakku karena kondisi kita susah," tandasnya.