Menjadi Mahasiswa Bukan Hanya Melakukan Kegiatan Secara Formalitas

Sovinah Junnajah
Mahasiswa Universitas Pamulang Program Studi Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
22 Juni 2023 20:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sovinah Junnajah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mahasiswa. Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mahasiswa. Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi mahasiswa memang terdengar sangat mudah. Hanya mendaftarkan diri di perguruan tinggi, dan menjalani setiap kegiatan di dalam kelas dengan sungguh-sungguh. Sifat rajin yang dibangun tentunya akan membuahkan nilai akhir yang baik. Inilah yang dicita-citakan oleh banyak mahasiswa dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Tetapi apakah eksistensi mahasiswa hanya berada dalam kelas dan lingkup perkuliahan saja. Apakah dengan melakukan kegiatan yang formatif seorang mahasiswa memiliki eksistensi?. Dirasa tidaklah cukup jika sebatas masuk kelas dan keluar kelas. Tapi bagaimanapun juga, setiap kegiatan adalah pilihan masing-masing mahasiswa dengan landasan pemikiran dan alasannya tersendiri.
Pendidikan memang menjadi solusi dari kebodohan generasi. pendidikan memang meningkatkan kualitas atau mutu manusia. Tapi pendidikan itu diterima dengan cara apa, dan direspon bagaimana. Jika pendidikan hanya diterima secara formalitas dan tidak dapat dipergunakan bagi kemashlahatan umum, maka pendidikan hanya menjadi hiasan dalam sel-sel otak yang tidak berkembang.
Pada dasarnya, mahasiswa yang menempuh pendidikan memiliki pilihan untuk merespon pendidikan yang diberikan kepada dirinya. Apakah mahasiswa memilih untuk menjadi akademisi, atau terjun dan berorganisasi. Kedua pilihan itu tidak menjadi masalah selama setiap ide dari mahasiswa yang menjadi kekuatan terbesarnya bisa diekspresikan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Cara mengekspresikan pemikiran hasil pendidikannya tidak hanya sebatas menjawab berbagai soal di atas kertas atau melakukan pergerakan organisasi, tapi juga bisa dituangkan dalam bentuk karya seni dengan penuh potensialitas.
Jika melihat mahasiswa akademis, sudah banyak terlihat di bangku perkuliahan dan mudah terlihat. Jika melihat mahasiswa yang bergerak dalam organisasi juga bisa dilihat dalam berbagai forum dan aksi. Namun, untuk melihat potensi terpendam dari mahasiswa terkadang sulit karena memang tidak banyak yang menunjukkan berbagai karyanya secara umum.
Ilustrasi Potensi Terpendam dari Mahasiswa. Sumber: Pexels.com
Banyak mahasiswa malu dengan potensi yang dimiliki karena akan dipandang aneh, lebay, sok, dan lainnya. Potensi yang banyak terpendam misalnya dalam menulis puisi, membuat gambar, dan lainnya. Potensi tersebut biasanya hanya dipendam dan dinikmati oleh dirinya sendiri karena memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Selain kepercayaan diri yang rendah, selalu ada pikiran takut karyanya dinilai negatif.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu banyak yang mengejar pendidikan secara formatif, karena lebih menjanjikan dibanding membuat karya yang entah tujuannya apa dan tidak ada stardardisasinya. Penilaian formatif ini memang tidaklah bisa dilepaskan dalam setiap lini pendidikan. Karena bertujuan sebagai pengukur taraf kualitas dan mutu seorang siswa atau mahasiswa. Kualitas-kualitas ini juga didukung oleh keaktifan dalam berorganisasi.
Namun, jika hanya menanggapi secara formalitas, dimana letak praktik nyata pendidikan. Hasil dari pendidikan yang efektif adalah dengan terciptanya sebuah pemikiran yang lebih maju, pergerakan yang lebih nyata, dan melahirkan karya yang orisinil. Bentuk nyata inilah yang seharusnya lebih eksis dan menjadi label dari mahasiswa. Jadi pendidikan tidak hanya melahirkan gelar, tapi kemashlahatan bagi khalayak umum.
ADVERTISEMENT