Saat Anak Mulai Malas Sekolah Daring

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
4 Januari 2021 8:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Saat Anak Mulai Malas Sekolah Daring
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak terasa kita sudah berada di awal tahun 2021. Sayangnya, pandemi Covid-19 belum juga usai, yang artinya sekolah daring atau school from home masih tetap harus dijalani. Rutinitas yang kian membosankan tanpa ada aktivitas fisik tatap muka membuat anak menjadi malas sekolah. Membangunkan mereka menjadi lebih sulit. Ada kalanya, mereka merasa terpaksa sehingga sering tidak fokus saat belajar daring. Ketika ini terjadi, bagaimana seharusnya kita bersikap?
ADVERTISEMENT
1. Turunkan ekspektasi pada anak
Memang benar, sekolah tak hanya sekedar menggali ilmu tapi juga berkompetisi dalam memperoleh nilai yang baik. Ketika nilai menurun selama pandemi, saatnya turunkan pula ekspektasi. Saat ini, mereka tak butuh nilai tinggi. Untuk bisa secara konsisten tetap melakukan tatap muka daring (yang bagi mereka mungkin membosankan) sudah menjadi nilai plus yang harus kita hargai. Beri apresiasi pada anak. Berterima kasih setiap mereka mau sekolah, bisa menjadi pacuan semangat bagi mereka.
2. Jangan paksa diri untuk menjadi guru yang sempurna
Tenang, orang tua bukan guru sekolah mereka dan tak perlu bersusah payah menjadi sempurna. Cukup dengan berada di samping Ananda ketika mereka melakukan tatap muka, serta berusaha menjelaskan semampu kita ketika mereka tak paham. Jika kita harus bekerja, baik di luar maupun work from home, biarkan mereka berusaha fokus saat sekolah daring dan jangan paksakan untuk melakukan tugas saat itu juga. Titipkan pada asisten atau penanggung jawab di rumah, sempatkan untuk mengulang pelajaran bersama Anda di malam harinya. Ingat, jangan jadikan ini sebagai beban.
ADVERTISEMENT
3. Tawarkan anak untuk mengerjakan tugas di lain waktu
Ketika mood anak benar-benar tidak ingin belajar, tawarkan untuk mengerjakan tugas di lain waktu tanpa melebihi batas pengumpulan tugas. Memang benar, memiliki jam belajar rutin membuat anak lebih disiplin. Namun, ada kalanya kejenuhan dan berbagai faktor lain membuat otak mereka sangat tidak siap bekerja. Kita pun pernah mengalaminya. Jika memutuskan untuk menunda pekerjaan, sepakati bersama pukul berapa ia akan mengerjakannya agar anak tidak melupakan tanggung jawabnya.
4. Ubah cara belajar menjadi lebih kreatif
Ketika anak tidak bisa konsentrasi saat belajar daring dan memilih untuk pasif ketika guru menjelaskan, saatnya kita "turun tangan" untuk mengubah cara penyampaian materi menjadi lebih kreatif agar suasana belajar lebih menyenangkan. Caranya? Dengan mengulang pelajaran ketika sesi daring usai. Misal, anak sulit menangkap konsep perkalian, gunakan Lego atau balok untuk memudahkan penjelasan. Sulit memahami bacaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia? Singkirkan sejenak buku pelajaran dan pilih buku cerita yang menarik namun tetap bisa mengaplikasikan materi yang diajarkan. Jika perlengkapan kreativitas kita terbatas, misal materi tentang tata surya, cari videonya di YouTube. Sesuaikan video dengan usia anak.
ADVERTISEMENT
Sekolah daring memang menjadi kurang menyenangkan saat dilakukan terlalu lama. Tak hanya untuk anak, tapi juga untuk kita para orang tua. Namun, jangan jadikan kondisi ini menjadi penambah beban bagi anak. Mereka perlu memahami bahwa sekolah tetap penting, walau dengan cara yang berbeda. Tidak mengapa untuk rehat sesekali ketika mereka sudah tidak nyaman. Tapi jangan kelewat batas, ya. Ingat, kontrol tetap ada di tangan kita sembari pahami apa yang anak butuhkan. Lakukan apa yang bisa kita lakukan dan jangan fokus pada apa yang tak bisa kita kendalikan.