7 Mitos Menstruasi, Mana yang Benar?

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
1 Januari 2020 8:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
7 Mitos Menstruasi, Mana yang Benar?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat masih remaja dulu, Anda mungkin sering mendengar sejumlah mitos tentang menstruasi seperti minum soda agar menstruasi lebih deras sehingga cepat selesai. Kini, Anda seharusnya sudah mengerti dengan baik mengenai seluk-beluk menstruasi sehingga bisa membedakan mitos dan fakta. Tujuannya, agar Anda mengetahui bagaimana mengatasi keluhan menstruasi dan mengerti keluhan seperti apa yang harus diwaspadai atau dibiarkan.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah mitos seputar menstruasi yang perlu Anda ketahui:

1. Makanan tertentu membuat menstruasi berbau

Bau darah menstruasi disebabkan oleh dua hal, yaitu kadar pH (keasaman) vagina dan adanya bakteri. Jadi, makanan bukanlah penyebab darah menstruasi berbau.
Darah menstruasi memiliki bau yang khas, yang terkadang berubah-ubah. Jika baunya seperti logam, hal tersebut disebabkan oleh kandungan zat besi yang ada di dalam darah. Sementara itu, bau yang busuk bisa disebabkan oleh pembalut/tampon yang terlalu lama tidak diganti. Darah menstruasi juga bisa berbau seperti bau badan. Penyebabnya adalah adanya kelenjar keringat di area kemaluan, yang mengeluarkan bau khas saat seseorang dalam keadaan cemas. Karenanya, bau keringat jenis ini berbeda dengan keringat setelah berolahraga.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan bau yang sangat amis? Bisa jadi Anda mengalami infeksi bakteri (bacterial vaginosis), di mana bakteri tumbuh lebih banyak dari yang seharusnya. Ciri lain jika Anda terkena infeksi adalah munculnya keputihan berwarna putih atau keabu-abuan di luar periode menstruasi. Untuk memastikannya, kunjungi dokter.

2. Minuman pereda nyeri haid bisa membuat rahim kering

Ada kalanya, nyeri perut saat menstruasi membuat aktivitas terganggu. Minum-minuman pereda nyeri haid pun menjadi pilihan. Namun, benarkah rutin meminumnya membuat rahim kering? Ternyata tidak. Rahim hanya bisa kering dalam kondisi menopause. Jika tidak yakin dengan kandungan minuman tersebut, Anda bisa mengonsumsi parasetamol atau menggunakan cara alami seperti kompres air hangat dan jamu kunyit asam.

3. Menstruasi bisa “menular”

Katanya, perempuan yang tinggal satu rumah lama-kelamaan memiliki jadwal menstruasi yang sama. Sejumlah penelitian yang dimuat dalam situs Healthline menunjukkan bahwa siklus menstruasi tidak dipengaruhi oleh kedekatan jarak antara wanita satu dan lain. Jika terjadi persamaan periodenya, kemungkinan besar disebabkan oleh perhitungan matematis seperti probabilitas.
ADVERTISEMENT

4. Soda menambah deras menstruasi

Salah. Ternyata, soda malah dapat membuat PMS (pre menstrual syndrome) bertambah buruk. Kandungan kafein dalam minuman bersoda mampu meningkatkan tekanan darah, sakit kepala lebih parah, dan nyeri punggung bawah. Jika ingin menstruasi lebih lancar, minumlah cukup air putih, olahraga, dan makan-makanan sehat.

5. Menstruasi membuang darah kotor

Apa sih sebenarnya darah kotor? Secara medis, darah kotor adalah darah yang membawa sisa metabolisme, dicirikan dengan tingginya kandungan karbondioksida. Sebaliknya, darah bersih masih kaya oksigen. Nah, darah menstruasi yang seolah merupakan kotoran jangan diasumsikan sebagai darah kotor, ya! Darah menstruasi sebenarnya berasal dari lapisan dinding rahim yang luruh, bukan dari aliran darah balik yang kembali ke jantung.
ADVERTISEMENT

6. Berhubungan saat mens tidak mungkin hamil

Sel sperma dapat bertahan di dalam rahim selama 5 hari. Artinya, saat menstruasi berakhir, sel sperma tetap dapat bergerak menuju sel telur. Jadi, kehamilan masih mungkin terjadi.

7. Boleh berenang

Katanya, tekanan air kolam renang bisa menahan keluarnya darah haid sehingga Anda bisa aman berenang. Memang betul, namun ketika Anda berdiri keluar dari kolam renang, tekanan tersebut akan menurun drastis dan darah dapat keluar kembali. Untuk mencegah hal tersebut, Anda bisa menggunakan tampon atau menstrual cup. Penggunaan pembalut tidak disarankan karena dapat menyerap air kolam renang sekaligus menyebarkan “jejak darah” di kolam.
Nah, sekarang sudah tahu kan, mana yang salah mana yang benar?
ADVERTISEMENT