Afrika Dalam Program Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia

Siti Rosidah More
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Mulawarman
Konten dari Pengguna
26 November 2022 10:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Rosidah More tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Oleh Siti Rosidah More
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Oleh Siti Rosidah More
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah kemerdekaan, pendidikan tinggi menjadi bagian penting dari proyek pembangunan nasional untuk melatih masyarakat Afrika dalam mengambil peran baru yang vital sebagai dokter, guru, pengacara, pegawai negeri, termasuk pengamat ekonomi. Untuk mencapai kemajuan dalam pembangunan domestik, diperlukan pendidikan yang memadai dan memfasilitasi kurikulum ekonomi tentang integrasi Afrika ke dalam ekonomi global. Namun sejak masuknya Program Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia di Afrika pada tahun 1980, paradigma neoklasik menjadi dominan di pendidikan ekonomi demi mencetak para ahli ekonomi dengan agenda neoliberal. Sebagian krisis universitas di Afrika, termasuk penurunan drastis upah akademik diakibatkan oleh proyek Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia pada tahun 1980.
ADVERTISEMENT
Inti dari program Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia adalah kebijakan deregulasi neoliberal, privatisasi, stabilisasi makro, dan biaya pengguna di bidang kesehatan dan pendidikan dengan tujuan menghasilkan keuntungan yang selalu efisien. Namun, pemotongan pengeluaran publik dan privatisasi layanan sosial dalam perawatan kesehatan dan pendidikan menempatkan negara-negara Afrika dalam kondisi kesehatan yang buruk sehingga sulit untuk mensterilkan Afrika dari wabah, khususnya ketika pandemi COVID-19 kemarin.
Donor, sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat Afrika dengan visi membangun, mengadvokasi, dan memajukan pembangunan berkelanjutan di benua Afrika mendukung siswa generasi baru dalam ekonomi neoklasik melalui organisasi seperti Konsorsium Riset Ekonomi Afrika (AERC). Konsorsium ini dibentuk pada tahun 1988 dengan dukungan dari Bank Dunia. AERC berangkat untuk mengubah pendidikan tinggi dengan melatih mahasiswa pascasarjana dan memberikan dukungan keuangan kepada departemen ekonomi di negara-negara Afrika untuk menyelenggarakan kursus dan penelitian pascasarjana di sepanjang jalur Barat. Aliran puluhan juta dolar AERC dari para donor ke universitas-universitas Afrika merupakan dorongan besar bagi departemen ekonomi Afrika untuk berpartisipasi dalam program-program tersebut. AERC percaya bahwa pemberdayaan para calon ahli ekonomi lokal ini menciptakan neoliberalisasi pembuat kebijakan di Afrika.
ADVERTISEMENT
Dalam program Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia, sifat neoliberalisme yang dimaksud adalah untuk meringankan pembatasan aliran modal, memprivatisasi perusahaan negara, dan meliberalisasi perdagangan yang merusak kapasitas manufaktur lokal yang mengarah pada ketergantungan impor barang-barang manufaktur termasuk obat-obatan dan komoditas kesehatan lainnya. Negara-negara Afrika semakin bergantung pada ekspor bahan mentah yang belum diproses untuk devisa. Oleh karena itu, program Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia menyebabkan penurunan sektor manufaktur negara Afrika. Manufaktur turun dari 18% PDB pada tahun 1980 menjadi hanya 7%-9% setelah tahun 2000.
Tantangan konseptual terbesar dalam program Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia adalah bahwa ideologi neoliberal mengadopsi kebebasan dan pilihan, peningkatan investasi asing, serta pasar terbuka dan perdagangan untuk memajukan kebijakan yang mengarah pada privatisasi kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air, listrik, dan perumahan. Orang kaya sering kali dapat bersaing secara adil di pasar bebas, tetapi bagi orang miskin yang tidak mampu membayar perawatan kesehatan, pendidikan, atau perumahan yang layak akan terpinggirkan. Neoliberalisme menggunakan bahasa kebijakan sosial dan keadilan, tetapi di lain hal tetap mendorong agenda yang sangat korporat dan tidak setara.
ADVERTISEMENT
Melihat fakta penerapan program Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia dalam neoliberalisme telah secara radikal menggeser ruang kesehatan masyarakat Afrika dalam dua dekade terakhir. Sebagian besar negara Afrika sub-Sahara secara drastis mengurangi anggaran perawatan kesehatan mereka mengikuti arahan Dana Moneter Internasional (IMF) dan program Penyesuaian Struktural Bank Dunia (SAP). SAP memiliki banyak dampak negatif terhadap ekonomi Afrika, termasuk pada tekanan inflasi, marginalisasi orang miskin dalam distribusi tunjangan pendidikan dan kesehatan dan pengurangan lapangan kerja. Karena dorongan utama SAP adalah untuk mengurangi dan menjatah pengeluaran, penyesuaian struktural di sektor perawatan kesehatan memangkas pengeluaran publik untuk perawatan kesehatan primer, serta membantu privatisasi sistem dan layanan kesehatan. Di Kenya, misalnya, The Bamako Initiative tahun 1987 menetapkan pembagian biaya sebagai prinsip utama kebijakan kesehatan masyarakat, di mana pasien diharuskan membayar hampir semua biaya diagnosis dan pengobatan. Di luar keadaan darurat, pasien diminta untuk memberikan bukti pembayaran sebelum layanan medis tersedia. Dengan menyalurkan dana untuk mempersempit kepentingan medis, kebijakan penyesuaian struktural menghasilkan lanskap medis yang tidak merata, dengan beberapa bidang bergengsi dikelilingi oleh departemen sumber daya yang buruk.
ADVERTISEMENT
Pembuat kebijakan Afrika perlu menggali pengetahuan dalam berbagai paradigma teoritis untuk merancang strategi dalam mendiversifikasi dan mengubah nilai ekonomi secara struktural dalam program Penyesuaian Struktural ala Bank Dunia. Melihat dari lambatnya perkembangan ekonomi di Afrika, tidak mudah dikonseptualisasikan dalam paradigma neoliberalisme yang saat ini mendominasi disiplin ilmu di Afrika.