Lurik...makin di lirik, makin ciamik

Siti Asiyah
a mother who always misses her loved ones
Konten dari Pengguna
11 Maret 2018 4:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Asiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lurik...makin di lirik, makin ciamik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kain Lurik (Foto: dok. pribadi)
Dari sekian banyak kekayaan wastra nusantara, hanya beberapa dari kita yang mengetahui apa itu kain Lurik. Tidak seperti batik yang telah mendapat tempat di hati masyarakat luas bahkan sampai ke luar negeri, pesona Lurik sebagai salah satu warisan budaya luhur masih belum dikenal luas. Banyak dari masyarakat Indonesia yang belum dapat membedakan antara batik dan lurik.
ADVERTISEMENT
Lurik merupakan kain khas dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pusat pembuatan tenun lurik ada di daerah Pedan, Klaten dan Sewon, Bantul. Lurik berasal dari kata “lorek” yang artinya lajur atau garis. Namun tidak semua kain yang memiliki corak lajur atau garis disebut lurik. Keistimewaan kain lurik terdapat pada motifnya yang berupa garis-garis yang sangat khas dan proses pembuatannya yang cukup rumit, mulai dari pencelupan dan pewarnaan benang sampai penenunan kain. Kain lurik pada umumnya dibuat menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)/tradisional dari kayu yang disebut gedogan.
Lurik...makin di lirik, makin ciamik (1)
zoom-in-whitePerbesar
Alat Tenun Bukan Mesin/ ATBM (Foto: mayaimoy.wordpress.com)
Pada zaman dulu, kain lurik didominasi warna hitam putih yang hanya digunakan oleh supir andong, prajurit dan abdi dalem keraton. Seiring dengan berjalannya waktu, lurik mulai digunakan oleh kalangan keraton dan masyarakat luas. Para wanita mulai menggunakan kain lurik sebagai kebaya, sementara kaum laki-laki memakai kemeja lurik yang disebut sorjan atau beskap. Dewasa ini, kain lurik tidak hanya di dominasi warna hitam dan putih, namun mulai dibuat berwarna-warni dengan menggunakan pewarna tekstil atau pewarna alam.
ADVERTISEMENT
Desain dan potongan fashion berbahan baku lurik juga mulai berkembang lebih modern sesuai dengan permintaan pasar. Pakaian berbahan kain lurik mulai banyak dihasilkan oleh para designer muda Indonesia baik yang sudah memiliki nama, atau yang baru merintisnya. Permainan warna dan cutting design yang apik menjadikan kain lurik sangat elegant dan memiliki nilai jual tinggi. Dua diantara perancang busana berbahan dasar lurik yang memiliki inovasi dan sering mengadakan peragaan busana adalah Lulu Lutfi Labibi dari Yogyakarta dan Maharani Setyawan dengan Lurik Prasojo dari Pedan, Klaten.
Jika Indonesia mengenal Iwan Tirta sebagai perancang busana berbahan batik, maka Lulu Lutfi Labibi terkenal sebagai designer yang menggunakan kain lurik sejak pertama kali meluncurkan koleksinya. Kecintaan dan kepedulian Lulu akan kain lurik sebagai warisan luhur nusantara yang sudah mulai ditinggalkan menjadikannya sebagai salah satu pelopor tren busana lurik di tanah air. Tujuan utamanya adalah membuat lurik “naik kelas” dan dikenal banyak orang karena memiliki nilai seni yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Selain memiliki butik di Yogyakarta, Lulu juga telah menggelar koleksinya pada Jakarta Fashion and Food Festival tahun 2017 dan Indonesia Fashion Week 2018. Di kancah internasional, Lulu telah memperkenalkan lurik melalui partisipasinya pada MQ Vienna Fashion Week tahun 2018 di Wina, Austria. Warna-warna terang dengan desain yang simpel menjadikan hasil karyanya semakin berkelas dan banyak dicari oleh penggemar lurik, langsung ke butiknya di Prenggan, Kotagede Yogyakarta. Koleksi lurik Lulu Lutfi Labibi yang mempesona dapat dilihat melalui instagram @lululutfilabibi.
Lurik...makin di lirik, makin ciamik (2)
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa Koleksi Lurik Lulu Lutfi Labibi (Foto: Kelik Broto from instagram @lululutfilabibi)
Pelestarian kain lurik juga dilakukan di pusat produksi lurik Pedan Klaten oleh lurik Prasojo yang telah berproduksi sejak tahun 1950. Awalnya, lurik Prasojo hanya membuat lurik dengan warna-warna klasik menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan menjualnya dalam bentuk bahan. Melalui tangan Maharani Setyawan yang merupakan generasi ketiga pemiliknya, kreasi lurik Prasojo semakin berkembang. Bukan hanya menjual bahan lurik, namun juga ready-to-wear fashion, topi, kalung, sepatu, serbet, tempat laptop, tempat tisu dan selendang lurik dengan warna-warna yang beragam. Showroom dan workshop lurik Prasojo terletak di Ds. Pencil, Bendo, Pedan Klaten Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya motif lurik polos dan senada, lurik Prasojo juga memunculkan design patchwork, lukisan dan bordir pada beberapa produksinya. Bahkan, wastra nusantara lainnya seperti batik dan tenun juga dikombinasikan dengan apik pada beberapa koleksinya. Pangsa pasar lurik Prasojo bukan hanya untuk generasi tua, namun juga mengakomodasi kalangan anak muda dengan desainnya yang modern dan up-to-date. Selain aktif berpartisipasi pada pameran dan peragaan busana di tingkat daerah, lurik Prasojo juga telah dua kali memamerkan koleksinya di istana Negara Jakarta pada saat perayaan hari Sumpah Pemuda. Koleksi lengkap lurik Prasojo yang beragam dapat dilihat melalui instagram @prasojobyrani.
Lurik...makin di lirik, makin ciamik (3)
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa Koleksi Lurik Prasojo (Foto: instagram @prasojobyrani)
Selain kedua perancang busana diatas, tentunya masih banyak lagi karya kreatif anak bangsa yang menggunakan bahan dasar kain lurik dengan ciri khas rancangan masing-masing. Seni membuat kain lurik yang sangat sederhana menjadi produk yang ciamik dan berkelas harus terus dikembangkan guna melestarikan warisan budaya wastra nusantara kita. Mereka yang dapat menyesuaikan permintaan pasar dengan kreatifitas dan inovasi lah yang akan bertahan. Pelestarian lurik tersebut tentunya dapat berhasil dengan dukungan dan partisipasi kita menggunakan kain khas nusantara sebagai ciri khas dan kebanggaan. Untuk itu, perlu kiranya kita melihat lemari masing-masing. Sudahkan ada produk lurik disana?
ADVERTISEMENT