Menghidupkan Bahasa Jawa di Era Gen Z

Silfa Silviana
Mahasiswi Akuntansi S1 Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
20 Juni 2022 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Silfa Silviana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
budaya Jawa. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
budaya Jawa. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan bahasa. Dikutip dari data Kementerian Pendidikan dan Budaya pada tahun 2022, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah. Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan bahasa daerah terbanyak nomor dua di dunia. Bahasa jawa merupakan bahasa daerah dengan penutur terbanyak yakni mencapai 84,3 juta jiwa. Bahasa jawa merupakan bagian dari keanekaragaman tanah air yang patut dibanggakan dan dijaga eksistensinya.
ADVERTISEMENT
Gen Z adalah generasi yang tumbuh dan berkembang berdampingan dengan kemajuan teknologi. Dengan berkembangnya teknologi saat ini, kita mampu menjangkau seluruh dunia hanya melalui telepon genggam. Karena kemajuan teknologi yang semakin pesat ini pula semakin mudah budaya dan bahasa asing masuk ke tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Menjaga warisan budaya adalah tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia, terutama gen Z yang merupakan pewaris di masa yang akan datang. Namun sangat disayangkan, sedikit banyaknya penggunaan bahasa Jawa mulai tergeser arus globalisasi. Dengan paradigma yang menyebar ditengah masyarakat, khususnya anak-anak muda bahwa menggunakan bahasa daerah itu ketinggalan zaman dan tidak gaul, menyebabkan gen Z sedikit banyaknya meninggalkan bahasa daerah mereka dan beralih menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul. Lalu, bagaimana cara menjaga bahasa eksistensi Bahasa jawa di era gen Z?
ADVERTISEMENT

Cara Menjaga Eksistensi Bahasa Jawa di Era Gen Z

Menurut hasil sensus penduduk ditahun 2020, jumlah gen Z di Indonesia mencapai 74,93 juta jiwa. Menurut K-JTP: Vol.06, No.01, mengatakan bahwa gen Z adalah generasi yang melek teknologi, open minded, cerdas, serta toleran dan menyukai budaya instan. Lantas, bagaimana cara mempertahankan eksistensi bahasa Jawa di era gen Z?
Salah satu filosofi Jawa yang harus ditanamkan pada gen Z bahwasanya bahasa Jawa adalah “busana ning bangsa”, yang memiliki makna bahwa bahasa jawa adalah pakaian. Jadi, pakaian tersebut akan senantiasa ada dan dipakai selama orang-orang jawa masih ada. selain itu, ada filosofi Jawa mengenai motivasi kehidupan yang mengatakan “menang tanpa ngasorake, nglurug tanpa bala, sugih tanpa banda”. Filosofi Jawa seperti ini patut kita perkenalkan dan tanamkan kepada gen Z.
ADVERTISEMENT
Mengadakan lomba dan festival bahasa Jawa dianggap sebagai cara yang paling efektif, karena dengan ini akan banyak pihak yang terlibat, mulai dari panitia, peserta, donatur, dan pengunjung. Sehingga bahasa Jawa akan semakin dikenal oleh masyarakat luas.
Ungkapan tradisional jawa memiliki nilai-nilai luhur yang dapat memberikan nasihat untuk kehidupan. Contohnya ungkapan “aja adigang adigung adiguna”, yang artinya jangan bersikap berlebihan, sombong dalam bertindak.
Ada banyak sekali budaya Jawa yang harus kita jaga dan kembangkan, diantaranya adalah wayang dan ketoprak. Dengan memperkenalkan serta mengembangkan kesenian ini, kita dapat sekaligus mempertahankan eksistensi bahasa Jawa.
Pemerintahan Jawa Timur telah mencanangkan salah satu program guna menjaga eksistensi bahasa Jawa di era gen Z, yaitu dengan mengadakan "Javanese day" (hari berbahasa dan berbudaya Jawa). Beberapa lembaga dan instansi sudah menerapkan program ini pada hari-hari tertentu. Hal ini diharapkan dapat menjaga eksistensi budaya dan bahasa Jawa ditengah gempuran arus globalisasi.
ADVERTISEMENT
Kita seharusnya bangga sebagai anak bangsa yang memiliki budaya dan bahasa daerah yang beranekaragam. Sudah sepatutnya kita membuang jauh-jauh paradigma yang mengatakan bahwa bahasa daerah itu kuno dan tidak gaul. Mari kita jaga dan lestarikan bahasa serta budaya bangsa, jika bukan kita siapa lagi?