On the Verge of Insanity: Drama Kerjaan yang Perlu Kamu Ketahui

Shofiyatun
Alumni Jurusan Arsitektur Instintut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Konten dari Pengguna
30 Juli 2021 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shofiyatun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Poster On the Verge of Insanity. Dok. Rakuten VIKI
zoom-in-whitePerbesar
Poster On the Verge of Insanity. Dok. Rakuten VIKI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada pepatah yang bilang, orang-orang bekerja itu 10 persen beneran kerja, 90 persennya drama. Dan ini yang diangkat dari On the Verge of Insanity. Mulai dari lay off karyawan secara massal, rotasi kerjaan, sampai politik kantor yang melelahkan jiwa raga.
ADVERTISEMENT
Kamu-kamu para budak korporat pasti mengalami ini juga kan? Dan itulah seni jadi budak korporat ya kan? Seni bertolaransinya ngalah-ngalahin seni bertetangga. Kalau sama tetangga bisa saja hanya bertukar senyum, saling sapa basa basi jarang. Yang penting jangan lupa bayar arisan RT, bayar uang sampah sampai urunan bayar gaji security.
Kalau dalam dunia kerja tentu saja tidak bisa begitu ferguso. 8 jam sehari kita habiskan bekerja bahkan terkadang lebih banyak kita habiskan waktu dengan bekerja ketimbang dengan keluarga.
Rotasi kerjaan
Di dunia kerja jamak terjadi yang namanya rotasi. Bisa karena memang tuntutan kerjaan atau juga ya karena si pak boss pengin mindah aja. Dan saya pernah ngalamin dua-duanya. Rotasi kantor lapangan sama ya pak boss pengin saya pindah divisi biar divisi yang jadi jujukan ada tangan perempuannya.
ADVERTISEMENT
Apakah bisa nolak? Sebenarnya bisa. Tapi seringnya kalau pak boss sudah bertitah, Kita bisa apa?
Saya pernah sampe googling terkait ini. Maksudnya imbas ke kerjaan gimana kalau nolak. Dan ternyata posisi kita sebagai pekerja kalah tawar. Karena lebih seringnya yang terjadi take it or leave it.
Begitu juga di drama, tentang Choi Ban-Seok, seorang developer di perusahaan elektronik yang digeser ke kantor cabang ketika terjadi lay off massal di head office. Pilihannya ya hanya antara pensiun dini atau dipindah.
Posisi tawarmu rendah kalau bukan dari kampus ternama
Tentang Eo Hae-Mi dari divisi research yang berhasil mendapatkan posisi no 1 ketika ada sayembara ide produk baru. Harusnya ketika ide Eo Hae-Mi mau diimplementasikan ke sebuah produk dia dilibatkan pada proses produksi dan pengembangan. Tapi kenyataan berkata lain, Eo Hae-Mi harus rela digeser dikarenakan si ketua tim Han Se-Kwon ndak percaya sama kemampuan Eo Hae-Mi yang hanya lulusan STM. Bukan lulusan kampus ternama
ADVERTISEMENT
Di real life pun begitu. Eo Hae-Mi masih beruntung bisa sampai bekerja. Seringnya pihak HR sudah melakukan penyaringan dari awal. Kalau akhirnya yang diinterview bukan dari kampus ternama biasanya harus rela digaji lebih rendah dari lulusan kampus ternama. Ini kalau di sektor swasta.
Kalau di sektor pemerintahan, saya pernah kerja sebagai tenaga kontrak selama lima tahun, gajinya itu rata semua. Entah dari PTN ternama maupun kampus swasta biasa. Entah kerja sudah lima tahun maupun fresh graduate. Bonus dan THR? Jangan harap ada!
Politik kantor nyata adanya
Ada teman saya yang memutuskan resign setelah sepuluh tahun bekerja dikarenakan penilaian kinerja sudah lebih ke like and dislike.
Choi Ban-Seok yang harus rela dipindah ke kantor cabang pun mengalami itu. Di kantor cabang Han Se-Kwon sang ketua tim merasa was-was akan posisinya ketika Choi Ban-Seok bergabung ke timnya. Sampai kemudian ketika dia menemukan celah buat menggeser Choi Ban-Seok, digeserlah Choi Ban-Seok ke posisi HRD.
ADVERTISEMENT
Kelakuan Han Se-Kwon tak hanya di sini, dia juga mengeliminasi Eo Hae-Mi dari timnya dengan alasan Eo Hae-Mi bukan lulusan kampus ternama. Padahal kenyataannya biar dia bisa taking kredit akan kerja kerasnya Eo Hae-Mi.
Apakah manajemen kantor tidak tahu akan kelakuan Han Se-Kwon? Tentu saja tahu. Tapi apa yang diharapkan dari manajemen yang hanya mengejar keuntungan. Seorang Choi Ban-Seok dan Eo Hae-Mi hanyalah remah-remah rempeyek yang bisa disingkirkan kapan saja.
Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah perilaku bersifat menjurus atau seksual yang tidak bisa diterima, yang membuat seseorang merasa terhina, dipermalukan dan/atau diintimidasi.
Seperti yang saya baca pada hasil survei Equal Employment Opportunity Commision (EEOC) Amerika Serikat pada 2015, setidaknya 1 dari 4 perempuan mengalami pelecehan berbasis seksual di tempat kerja, bahkan dalam beberapa laporan ditemukan persentasenya hingga 85%.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Trade Union Congress dalam laporan yang berjudul “Still just a bit of banter?” memaparkan sebanyak 32% perempuan yang mengikuti polling menjelaskan telah menjadi sasaran lelucon berbau seksual yang tidak diinginkan, serta hampir seperempat dari total responden mengakui telah mengalami sentuhan yang tidak diinginkan (tangan di lutut atau di punggung bagian bawah), dan satu dari 10 perempuan dilaporkan mengalami sentuhan seksual atau percobaan untuk mencium yang tidak diinginkan.
Adalah Jung Sung-Eun yang selalu mendapat pelecehan secara verbal/catcalling oleh Kang Min-Goo. Tidak hanya secara verbal tapi juga tatapan yang menjurus. Jung Sung-Eun masih berusaha mengabaikan walau aslinya dia tidak nyaman. Karena ada relasi kuasa di sini. Jabatan Kang Min-Goo lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya kesabaran Jung Seung-Eun habis juga. Ketika di lift Kang Min-Goo mencoba meraba dan merangkul Jung Seung-Eun. Di sini Jung Seung-Eun berani melawan dengan cari membanting Kang Min-Goo. (Chop)