Betapa Tabunya Reputasi Sex Education di Indonesia

Shinta Sheilla Larasati
Mahasiswi Universitas Pembangunan Jaya fakultas Humaniora dan bisnis prodi Ilmu Komunikasi
Konten dari Pengguna
19 Desember 2022 13:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shinta Sheilla Larasati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tahapan Pendidikan Seks Sesuai Usia Anak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Tahapan Pendidikan Seks Sesuai Usia Anak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengetahui semakin banyak kasus pelecehan seksual dan married by accident di Indonesia, jelas terdengar miris bukan? Namun, apakah kita sendiri sudah memiliki pemahaman yang cukup perihal dunia seks atau hanya sekadar pemahaman tentang kenikmatan berhubungan intim?
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang tidak memahami topik tentang sex education. Biasanya mereka berpikir edukasi ini hanya perihal membahas penis, vagina, dan kontak kedua organ tersebut ketika saling berhubungan padahal...

Sex Education is not the same as pornography!

Sex edu masih menjadi hal yang tabu di negara kita. Hal itu membuat timbul pro kontra di masyarakat lantaran masih ada yang beranggapan bahwa membicarakan seks hanya akan mendorong untuk terus berhubungan seks untuk para remaja. Dan, sekarang kebanyakan orang tua hanya memilih bungkam persoalan ini karena mereka menganggap perbincangan ini vulgar dan tidak pantas.

Apakah sex edu sangat penting?

Faktanya penularan penyakit seksual HIV/AIDS, kehamilan tidak direncanakan pada usia dini, pelecehan seksual, sampai pemerkosaan masih marak terjadi sekarang. Bukti nyata bahwa kurangnya pendidikan sex pada anak, pendidikan sex ini seharusnya mulai diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak remaja atau dewasa, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
ADVERTISEMENT
Apalagi pada era digital saat ini dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, anak bisa dengan bebas dan cepat mengakses media dari berbagai platform sedangkan konten-konten yang belum pantas dilihat oleh anak juga masih banyak bertebaran jadi besar kemungkinan bahwa anak dapat mengakses hal yang tidak seharusnya. Informasi mengenai sex edu di internet pun belum ter-filter dengan baik kebanyakan mereka hanya berkedok memberikan “sex education”.
Secara naluri manusia menginginkan hal yang berbau seksualitas karena sudah matangnya organ reproduksi untuk dibuahi ataupun membuahi, itu hal yang sangat normal dan alami sebagai manusia, tetapi tanpa adanya pengetahuan, mereka akan tumbuh dengan butanya dan akhirnya jatuh karena tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan karena hanya mementingkan soal “enak-enaknya” saja.
ADVERTISEMENT

Lalu siapa yang berperan penting dalam Pendidikan seks ini?

Anak adalah investasi masa depan. Oleh karena itu, orang tua sebagai kerabat terdekat sang anak sangat berperan penting pada bagian ini. Selain orang tua, guru juga harusnya berperan menyalurkan pendidikan ini sebagaimana guru adalah pengganti orang tua saat di sekolah. Tidak harus menyampaikan dengan cara yang vulgar, namun cukup menggunakan bahasa yang bisa dipahami anak atau bisa juga melalui media sederhana yaitu boneka.
Anak harus terus dibimbing, dilindungi dan diawasi agar terus berjalan optimal sesuai harapan secara fisik, emosional, psikis, dan juga seksualitasnya. Secara alamiah anak memiliki rasa sangat ingin tahu termasuk yang berkaitan dengan tubuhnya.
Mirisnya, masih banyak anak yang menjadi korban child sexual abuse dan tumbuh menjadi karakter yang mempunyai trauma akan hal tersebut atau bisa juga menjadi karakter yang melazimkan hal tersebut yang membuatnya malah semakin terjebak sebagai korban, itu karena mereka tumbuh dengan dijauhkannya dari informasi mengenai masalah seksualitas.
https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-menyentuh-irisan-buah-jeruk-5187889/
Oleh karena itu semua proses pendidikan memerlukan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, karakteristik usia, dan kematangan psikologis. Contohnya seperti kita tidak mungkin juga kan membahas soal hubungan badan suami-istri kepada anak yang beranjak remaja.
ADVERTISEMENT
Semua perlu disesuaikan secara bertahap dengan perkembangan otak si anak seperti pendidikan seks yang diberikan pada anak usia dini mulai dari mengenal organ intimnya, privasi tentang tubuhnya hendak diberikan dengan memahami rasa kaingintahuan si anak serta memberi tanggapan dengan jujur.
Materi pendidikan seks ini tidak dapat dikatakan menjerumuskan apabila dilatih dan dibiasakan mulai dari anak usia dini oleh orang tua, dibandingkan mereka harus menerima informasi terkait yang belum tentu jelas, pasti, dan kognitif yang tanpa sadar bisa menjerumuskan mereka menjadi karakter yang terjebak, apalagi perihal pendidikan seks. Saya harap stigma yang beredar di masyarakat tentang “sex education” yang malah menjerumuskan segera patah.